Part 10 Varel?

1.5K 118 2
                                    

Seperti pagi biasanya, Lea sudah siap berangkat sekolah. Ia turun menuju lantai bawah.

"Selamat pagi," sapanya tanpa melihat orang-orang yang duduk di meja makan.

"Pagi princess." Lea terkejut mendengar sapaan yang familiar itu. Benar saja, disana sudah Axel dengan senyum yang dimanis-maniskan.

"Axel? Kok kamu ada disini?" tanya Lea heran.

"Jemput bidadari lah," jawab Axel dengan menaik turunkan alisnya. Lea pun hanya tertawa. Kemudian mereka berpamitan kepada orang tua Lea. Sampai di sekolah Lea turun dari motor Axel.

"Ayok aku anter sampai kelas." Axel langsung menautkan tangannya dengan tangan Lea. Mereka menjadi pusat perhatian para siswa. Bahkan tak segan para kaum hawa menampilkan wajah tak sukanya pada Lea.

"Liat tuh, fans kamu ngeliat aku kaya mau makan orang," tukas Lea. Axel menghentikan langkahnya kemudian menatap sekitarnya.

"Yang masih natap cewek gue kaya gitu, lo mau masuk UGD apa langsung neraka?!" Teriakan Axel mampu membuat semuanya terkejut. Lea saja tak menyangka jika Axel melakukan semua itu.

"Ih Axel. Aku kan cuma bilang gitu doang," ucap Lea yang diabaikan Axel. Mereka kembali melanjutkan perjalanan ke kelas Lea. Sampai di depan pintu keduanya berhenti.

"Belajar yang rajin. Jangan mikirin aku terus. Nama kamu udah ada disini," Axel menunjuk ke arah dadanya kemudian mengacak pelan rambut Lea, lalu pergi ke kelasnya. Sementara Lea hanya diam terpaku pada tempatnya. Perlakuan Axel membuat jantungnya berdegub lebih kencang.

"Cieee yang dianterin pacar." Sebuah suara berhasil menyadarkan Lea dari lamunannya. Sahabatnya itu terus saja menggoda dirinya.

"Apasih masuk sana," ujar Lea menyuruh Lia pergi. Karena kini pipinya sudah bersemu merah karena malu.

***

Bel istirahat pun sudah berbunyi. Lea pamit ke toilet terlebih dahulu sebelum pergi ke kantin. Saat keluar dari bilik toilet tiba-tiba tangannya diseret oleh seseorang. Orang itu menghimpit tubuh Lea ke tembok.

"Siapa lo?!" bentak Lea menepis tangan laki-laki itu yang membelai pipinya.

"Kenalin, gue Varel, sayang," ujar laki-laki bernama Varel itu. Ingin sekali Lea melayangkan pukulannya, jika saja ini bukan area sekolah.

"Mau apa lo?" tanya Lea yang muak dengan manusia di depannya ini.

"Bermain sama lo gimana?" bisik Varel di telinga Lea. Lea pun menampar pipi Varel. Namun, Varel hanya tersenyum licik.

"Ikut gue." Varel menyeret Lea. Lea terus memberontak untuk dilepaskan sampai seseorang datang dan memukul wajah Varel.

"Berani lo!" teriak Varel yang sudah geram.

"Untuk apa gue harus takut? Lu nyakitin cewe gue, berarti lu harus siap mati di tangan gue." Orang tersebut adalah Axel. Keduanya terlibat adu jotos. Lea pun hanya diam menyaksikan. Sorot mata Lea menatap tajam ketika melihat salah seorang guru mulai berjalan ke arahnya.

"Axel ayo lari!" Lea langsung menarik tangan Axel dan menyeretnya pergi. Sampai di kantin mereka mengambil nafas karena kelelahan berlari.

"Lea kenapa diajak lari, aku belum puas mukul dia," gerutu Axel yang masih kesal. Lea memelototkna matanya. Jika saja dia tak mengajak Axel lari, mungkin saat ini sudah ada surat panggilan untuk Axel.

"Tadi ada guru, Xel." Axel hanya menghembuskan nafasnya. Dirinya masih sangat belum puas dengan pukulannya tadi. Lea menolehkan kepalanya ke arah Axel yang masih menahan ekspresi.

"Nggak usah kesal. Kalau kurang puas nanti bunuh saja." Mungking pernyataan Lea hanya dianggap bercandaan oleh orang lain. Namun, makna membunuh disini bukan bercandaan. Karena Lea adalah psikopat kejam.

"Ide bagus," jawab Axel dengan tersenyum. Ayolah, mereka berdua adalah psikopat. Apapun yang berkaitan dengan membunuh, mereka tak akan main-main.

"Lea!!" Teriak sebuah suara yang mampu mengejutkan mereka berdua. Kompak keduanya menoleh ke arah sumber suara. Siapa lagi kalau bukan Lia.

"Kenapa?" tanya Lea pada temannya itu. Sementara Lia malah mengerucutkan bibirnya. Lia mengkhawatirkan Lea setengah mati, tapi respon Lea sungguh menyebalkan.

"Gue tuh khawatir. Ke toilet dari tadi belum juga kembali. Makanya gue nyuruh Leo nyusul. Lo ngapain aja sih?" tanya Lia penasaran.

"Itu tadi, Axel masih pakai bedak jadi ya lama," ujar Lea yang mendapat jitakan dari pacarnya.

"Pacar nggak ada akhlak," tukas Axel. Bagaimana citranya nanti di depan orang, jika Lea mengatakan seperti tadi. Menyebalkan, batinnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk memesan makanan di kantin. Leo pun juga sudah menunggu di sana.

"Tuh makan, udah gue pesenin," ujar Leo kesal, karena dirinya sudah menunggu sejak tadi.

"Makasih calon kakak ipar," ujar Axel dengan senyum tanpa dosanya. Jika saja Leo tak mengingat bahwa Axel adalah temannya sekaligus pacar adiknya, bisa dipastikan Axel sudah mendapat bogeman darinya. Namun, dia tak punya keberanian sebesar itu, bukan karena alasan tadi, melainkan ilmu bela diri Axel lebih tinggi darinya. Mereka pun mulai memakan makanannya. Axel mengulurkan tangannya ke bibir Lea.

"Kalau makan jangan kaya anak kecil," ujar Axel dengan mengelap sudut bibir Lea. Rasanya jantung Lea seperti mau keluar dari tempatnya.

"Ehm! Rasanya panas ya," dehem Leo membuyarkan adegan romantis di depannya itu.

"Jomblo harap menepi. Adegan ini mempunyai daya kebaperan yang tinggi, daripada meratapi nasib diri, lebih kalian mati." Perkataan Axel sontak saja mengundang tawa banyak orang yang kebetulan mendengar perkataan Leo.

"Sialan lo. Gue nggak jomblo, cuma single aja. Bedain bro mana jomblo mana single," ujar Leo dengan menaik turunkan alisnya sombong.

"Halah jomblo sama single dasarnya tetep sendirian," celetuk Lea yang mengundang kembali tawa semua orang. Adik sialan, batin Leo.

"Kata orang jomblo tuh nasib, kalau single tuh prinsip." Leo kembali melontarkan kata-kata mutiaranya. Dia tak kan menyerah saat harga dirinya dipertaruhkan.

"Itu mah orang. Kalau Leo tuh pasnya, jomblo karena ditinggal buat cari yang baru lalu single karena nggak laku." Jlebb, perkataan Lia sukses membuat hati Leo jatuh serendah mungkin. Ahh mungkin hari ini memang nasibnya begitu sial. Bahkan orang yang disukai pun menyudutkannya.

"Kalian semua nggak asik ah," ujar Leo dengan mengerucutkan bibirnya.

"Leo kan jomblo jadi sadar diri sadar posisi," ujar Lia dengan tertawa begitu keras..

"Ngaca woy!" teriak Axel begitu keras sehingga dirinya menjadi sorotan. Namun, itu tak berlangsung lama karena Axel memelototi mereka semua.

"Kalian kan sesama jomblo nih. Kenapa nggak jadian aja," tukas Lea yang membuat keduanya tersedak dan buru-buru mengambil minum.

"Masih mau sendiri," ujar Lia yang membuat Leo terdiam. Leo hanya menghembuskan nafas. Belum saatnya mungkin, batin Leo berkata. Lewat pandangan mata Axel dan Lea terus menyemangati Leo untuk berjuang. Karena bel sudah berbunyi, mereka kembali ke kelas masing-masing.
Seperti biasanya, Lea pulang sekolah selalu bersama Axel. Seperti saat ini dirinya sudah naik di atas motor Axel. Sampai depan rumahnya Lea segera turun.

"Terima kasih, Axel," ujar Lea yang dijawab senyuman oleh Axel.

"Nanti malam dandan yang cantik, aku jemput jam 7," ujar Axel yang diangguki oleh Lea. Mereka pun berpisah di depan rumah Lea.

Yuhuu update gimana? Masih mau lanjut atau berhenti aja? Kasih vote, comment and share yes. Follow jugaa. Sampai ketemu di part selanjutnya😅

Sweet Couple Psychopath (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang