part 13 MR. X Playboy

1.1K 92 0
                                    

Mereka bertiga berjalan bersama menyusuri jalanan yang sepi. Mayat Ronald sudah mereka urusi. Sementara mobilnya masih berada di jalan.

"Mobilnya kita apakan?" tanya Mr. X pada Lea dan Axel. Sementara keduanya masih sibuk berpikir. Jika dijual itu tidak akan mungkin, karena bisa menimbulkan kecurigaan atas menghilangnya Ronald. Akhirnya mereka bertiga sepakat membakar mobil tersebut. Selesai membakarnya mereka merayakan pesta di sebuah caffe. Saat memasuki caffe, ketiganya menjadi sorotan. Lea yang berjalan di tengah, sementara Axel dan Mr. X di belakangnya. Mereka berdua layaknya bodyguard untuk Lea. Namun, Lea tak membutuhkan bodyguard. Dirinya sudah mampu membunuh orang tanpa bantuan. Ketiganya memilih duduk di bagian paling dalam. Pelayan menghampiri mereka. Pandangan pelayan itu tak beralih dari Axel.

"Mbak, yang itu sudah ada pacarnya. Kalau saya masih sendirian," ujar Mr. X yang membuat pelayan tersebut menoleh ke arahnya.

"Em maaf. Mau pesan apa Mas, Mbak?" tanya pelayan tersebut.

"Pesan jus aja gimana? Malas makan," usul Lea yanh diangguki keduanya.

"Jus rasa apa, Mbak?" tanya pelayan itu kembali.

"Rasa cinta sepanjang masa ada nggak, Mbak?" tanya Mr. X membuat semua melongo. Tangan Lea terulur menyentuh kening Mr. X, namun Axel segera menepisnya.

"Jangan sentuh cowok lain," perintah Axel yang dijawab gelengan oleh Lea. Sementara Mr. X masih menatap pelayan itu dengan lekat. Yang ditatap pun sudah salah tingkah.

"Mbak, kami pesan jus kelapa muda aja," ujar Lea yang mendapat jitakan Axel.

"Sakit bego," maki Lea dengan mengelus kepalanya yang dijitak Axel. Sementara si pelayan sudah bingung di tempatnya. Orang gila seperti apa yang dihadapinya? Batin pelayan bertanya. Menurutnya disini yang paling waras hanya Axel.

"Jangan dihiraukan, Mbak. Mereka memang suka begitu," ujar Axel yang dijawab senyuman oleh sang pelayan.

"Jadinya jus apa, Mas?" tanya Pelayan menegaskan kembali. Axel pun menyatukan alisnya tanda bahwa Ia sedang berpikir.

"Jus kentang aja, Mbak." Damn it! Ternyata tidak ada yang waras diantara mereka. Pelayan itu memijit pelipisnya pusing.

"Jus melon saja, Mbak." Perkataan Lea membuat pelayan itu segera pergi. Dirinya tak mau mengambil pusing dengan lebih lama bersama tiga orang yang menurutnya gila itu. Pelayan itu kembali lagi dengan membawa nampan berisi pesanan mereka. Setelah meletakkan pesanannya, pelayan itu pergi. Namun, Mr. X malah menahannya.

"Jusnya kok nggak manis?" tanya Mr. X yang membuat pelayan bingung. Sebelumnya tak ada yang komplain tentang makanan ataupun minuman di caffe ini. Karena koki yang meracik makanan ataupun minumannya adalah koki profesional.

"Masa iya, Mas?" tanya pelayan tersebut.

"Iya. Nggak tau kenapa kalau ada kamu, rasanya jus ini kalah manis sama senyummu." Axel dan Lea tersedak mendengar penuturan Mr. X yang sedang menggombali pelayan tersebut. Sementara pelayan itu sudah tersenyum salah tingkah.

"Bisa aja, Mas. Kalau begitu saya permisi," pamit pelayan tersebut.

"Kamu tidak mau menemani saya?" tanya Mr. X yang mendapat pelototan tajam dari Lea dan Axel. Tapi sesama psikopat, tak ada rasa takut sedikit pun pada dirinya.

"Nggak bisa, Mas. Sekarang saya masih ada jam kerja," ujar pelayan itu sopan.

"Yasudah. Nanti kamu temenin saya di pelaminan saja." Perkataan Mr. X sontak saja membuat Lea dan Axel kembali melongo. Sejak kapan Mr. X jadi tukang gombal? Batin mereka berdua. Pelayan itu hanya menanggapi dengan senyuman. Sementara Mr. X dengan santai meminum jusnya.

"Sejak kapan lo suka gombal?" Pertanyaan Axel membuat Mr. X menoleh ke arahnya.

"Sejak ayam melahirkan." Lea dengan reflek menjitak kepala Mr. X karena perkataan ngawurnya. Mr. X sendiri hanya mengaduh. Jitakan Lea memang lumayan keras baginya. Bagaimanapun Lea bukanlah wanita seperti biasanya.

"Mr. X jangan gila!" teriak Lea yang mendapat pelototan dari orang-orang sekitarnya. Lea pun menutup mulutnya karena malu.

"Gue gila kan karena lo." Bukan hanya jitakan, sekarang Mr. X mendapat bogeman karena telah menggoda Lea. Walau sebenarnya, Lea sama sekali tak terpengaruh. Namun, karena terlalu cemburu Axel pun tetap memukulnya. Semua pengunjung caffe berteriak histeris. Padahal yang dipukul hanya diam sambil tersenyum manis. Karena kegaduhan yang dibuat, mereka diusir dari caffe tersebut.

"Kalian sih, kita mau pesta. Malah hancur." Lea benar-benar kesal dengan keduanya. Sementara yang dimarahi hanya menggaruk tengkuknya.

"Maaf sayang. Mr. X sih pakai goda kamu. Aku kan cemburu." Lea hanya mendengus kemudian berjalan meninggalkan mereka.

"Le, ikut gue yuk ke minimarket bentar. Tadi mamah titip," ajak Axel yang kemudian diangguki Lea. Mr. X sendiri sudah pulang terlebih dahulu. Keduanya memasuki minimarket dengan membawa troli.

"Le, dimana sih tempatnya?" tanya Axel kebingungan.

"Kamu nyari apa sih?" Lea bertanya pada Axel. Pasalnya sedari tadi dirinya tak tau apa yang sedang dicari Axel.

"Itu suruh nyari mama muda." Lea memelototkan matanya dan menatap horor ke arah Axel. Axel sendiri hanya tertawa.

"Maksudnya apaan hah?" tanya Lea dengan berkacak pinggang.

"Buat nyuci buah itu loh, Yang. Kan namanya mama muda." Tangan Lea terulur untuk menjitak kepala Axel. Membuat sang empu meringis kesakitan.

"Mama lemon bego," ujar Lea dengan berjalan mendahului Axel. Axel segera berlari untuk menyusul pacarnya.

"Lah, kok lo tau?" Lea heran dengan isi kepala pacarnya itu. Dari dulu yang dipakai untuk mencuci buah namanya mama lemon bukan?

"Axel, sayang. Dari dulu yang buat cuci buah tuh mama lemon bukan mama muda. Kamu mau cari mama baru memang?" Lea bertanya dengan kesal. Axel pun hanya menjawab dengan gelengan. Mereka pun menuju ke kasir untuk membayar belanjaan Axel. Axel kembali menjadi pusat perhatian seperti biasanya.

"Coklatnya lagi promo, Mas. Mau nambah?" tanya kasir tersebut menawarkan coklat yang sedang ada promo.

"Le, mau coklat?" tanya Axel pada kekasihnya yang sibuk dengan ponselnya.

"Mau kamu aja gimana?" Bukannya menjawab pertanyaan Axel, Lea malah kembali bertanya. Sementara Axel hanya terkekeh mendengar lontaran gombalan yang keluar.

"Nggak, Mbak. Pacar saya suka sama saya bukan coklat. Coklat mbak kalah manis sama saya," ujar Axel membuat pelayan hanya tersenyum canggung. Selesai membayar keduanya pergi keluar.

"Mau langsung pulang?" tanya Axel yang diangguki Lea. Mata Lea pun sudah memerah karena mengantuk. Hari ini memang mereka banyak menghabiskan tenaga. Axel pun mengantar Lea sampai rumahnya. Setelahnya Axel pulamg ke rumahnya sendiri. Sampai rumah suasana sangat sepi. Mungkin mereka memang sudah tidur, batin Axel. Dia pun segera  pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Seperti biasa jangan lupa vote dan comment ya!

Sweet Couple Psychopath (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang