part 6 Harus Mati

2K 158 9
                                    

Paginya Lea sudah siap berangkat sekolah. Kerena identitasnya sudah terbongkar, Lea pun sudah bisa berangkat dengan Leo. Sampai di sekolah, Lea turun dari motor Leo. Dulu tatapan cemooh yang selalu ia dapat saat memasuki gerbang.
Namun, sekarang hanya ada tatapan kagum. Bahkan tak segan para kaum adam yang menyapanya dan hanya dibalas senyuman oleh Lea. Sampai depan kelas, Lea berhenti heran menatap Dewa di depan kelasnya. Namun, Lea tetap berjalan tanpa menghiraukan sosok itu. Langkahnya terhenti saat Dewa mencekal tangannya.

"Bicara sebentar bisa?" tanya Dewa. Lea mengangkat sebelah alisnya kemudian mendengus.

"Lima menit cepat," perintah Lea malas.

"Le, apa nggak ada lagi kesempatan kedua buat kita balikan?" tanya Dewa penuh harap. Lea pun hanya terkekeh mendengar permintaan Dewa.

"Hah? Balikan? Kemana aja kata-kata lo saat mutusin gue?" Lea kembali mengingatkan kembali ucapan dan cacian Dewa saat memutuskan dirinya.

"Le, gue minta maaf atas sikap gue kemarin. Gue ingin kita balikan," pinta Dewa.

"Sorry, Wa. Lo mungkin berfikir, Tuhan aja bisa ngasih kesempatan kedua apalagi gue kan? Tapi gue juga mikir, buat nggak lakuin kesalahan yang sama," ujar Lea kemudian masuk ke dalam kelasnya. Dewa hanya menunduk lesu dan pergi dari depan kelas Lea. Sampai di dalam kelas, Lea diserbu pertanyaan oleh temannya.

"Le, ngapain tuh si Dewa kematian?" tanya Lia yang sudab kelewat kepo.

"Ngajak balikan," jawab Lea singkat.

"Apa! Ngajak balikan?!" teriak Lia heboh. Sontak pandangan penghuni kelas menuju ke arah mereka. Sementara Lea hanya meringis mendengar suara melengking sahabatnya.

"Jangan teriak, berisik Lia," perintah Lea. Sementara Lia hanya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Habisnya tuh orang bikin kesel aja. Masih punya muka juga tuh anak," ujar Lia dengan menekuk wajahnya. Lea hanya menggelengkan kepalanya heran. Dirinya yang disakiti tapi Lia yang kesalnya setengah mati. Lea merasa sangat beruntung memiliki teman seperti Lia. Dirinya memilih hanya memiliki satu teman tapi setia, daripada banyak teman tapi bermuka dua. Tak berselang lama guru memasuki kelasnya. Lea dan Lia menghentikan percakapannya dan memilih fokus pada guru di depan.

   Sementara di lain sisi Axel tengah duduk di kelasnya. Karena jam kosong, kelas Axel begitu ramai seperti pasar.

"Diam!" bentak Axel yang menghentikan aktivitas satu kelas. Leo pun hanya memandang cengo ke arah Axel.

"Tarik mang!!" teriak Axel lebih menggelegar yang membuat kelas kembali riuh. Axel pun kini sudah berdiri di atas bangku dan membawa buku seolah-olah itu adalah microphone.

"Ehm! Tes satu, dua, tiga. Udah pdkt tapi nggak jadian juga," ucap Axel yang mendapat sorakan teman sekelasnya. Namun, hal itu tak membuat Axel merasa malu. Bahkan kini temannya sudah berbaris melingkar layaknya penonton konser.

"Buat yang sedang ambyar harap bersabar. Buat yang lagi pdkt-an tapi belum juga jadian, harap terima kenyataan. Buat yang udah jadian semoga cepat?" tanya Axel pada teman-temannya.

"Nikahan!" teriak semua murid membalas pertanyaan Axel.

"Semoga cepat jadi mantan!" teriak Axel yang tak kalah keras. Axel kembali mendapat sorakan dari teman sekelasnya.

"Bang Leo musik!!" perintahnya pada Leo. Leo pun memutar musik yang sedang viral-viralnya yaitu goyang mamah muda. Dengan semangat 45, seisi kelas pun berjoget ria. Riuhnya suara, sampai terdengar di kelas lain. Bahkan murid dari kelas lain tak segan menonton aksi Axel dan temannya.

"Axelio! Cepat ikut saya ke ruang BK!" Teriakan Pak Doni berhasil menghentikan aksi murid satu kelas itu. Axel dengan wajah tak berdosanya turun dari meja yang ia naiki tadi. Dengan langkah santai, dirinya mengikuti langkah Pak Doni menuju ruang BK. Sesekali dia menebar senyum pada kaum hawa, yang mampu membuatnya berteriak histeris. Sampai di ruang BK, Axel dipersilahkan duduk.

"Saya sudah pusing melihat kelakuan kamu Axel," keluh Pak Doni dengan memijit pelipisnya. Pasalnya bukan sekali atau dua kali Axel melakukan pelanggaran, tapi sudah puluhan kali.

"Saya kan nggak ngajak Bapak muter, kok pusing." Lihatlah jawaban yang diberikan Axel. Bisa-bisa Pak Doni terkena stroke hanya karena menangani kelakuan murid satu ini. Tanpa basa-basi Pak Doni langsung menyuruh Axel hormat pada bendera sampai jam pulang. Axel pun hanya menurut, karena ini sudah biasa menurutnya.

***

Sementara di tempat lain Lea dan Lia sedang bercengkrama. Karena sebentar lagi bel istirahat.


"Le, gue digantung," keluh Lia.

"Lah lo disini baik-baik aja. Nggak ada tali kan yang lagi gantung lo?" Pertanyaan yang Lea lontarkan membuat Lia kesal.

"Ihh Lea. Maksudnya, gue tuh digantung sama doi. Jemuran aja bisa hilang kalau kelamaan digantung apalagi gue," sungut Lia kala mengingat dirinya yang sampai kini belum mendapat kepastian tentang status hubungannya. Terdengar miris memang tapi mau bagaimana lagi? Bukankah Tuhan yang tahu siapa jodoh terbaik kita?

"Ibaratin kok kaya jemuran. Jemuran hilang bisa diganti dengan yang baru. Ibaratin tuh nyawa. Kalau lo hilang dia bakal mati," tutur Lea. Sementara, Lia hanya mendengus pasrah melihat nasibnya.

Tak berselang lama waktu istirahat tiba. Semua penghuni kelas sudah berhamburan keluar. Namun, Lea dan Lia tak ada niatan beranjak dari tempat duduknya, karena memang keduanya malas pergi ke kantin.

Brakkkk

Seseorang masuk dan menggebrak meja. Sontak saja Lea dan Lia menoleh pada sang pelaku. Ternyata mereka adalah Siska dan temannya.

"Pulang sekolah temui gue di taman belakang!" bentak Siska pada Lea kemudian pergi begitu saja. Sementara Lea hanya memberikan senyumnya. Kali ini umpan datang sendiri, batinnya.
Pulang sekolah pun tiba. Sementara Lia masih mengkhawatirkan nasib sahabatnya itu. Lia bersikeras untuk ikut Lea menemui Siska. Namun, Lea menolak dengan tegas. Ia meyakinkan sahabatnya bahwa dirinya akan baik-baik saja. Lia pun akhirnya menurut dan pulang terlebih dahulu. Sampai di taman belakang Lea melihat Siska dan temannya sudah menunggu disana.

"Wow, berani juga lo," ucap Siska dengan bertepuk tangan.

"Kalau kalian mau nyelesaiin, ikutin gue," perintah Lea kemudian berjalan pergi. Siska dan temannya pun mengikuti Lea. Mereka tak berpikir bahaya apa yang akan didapatnya. Lea membawa mereka di gang kecil yang sepi dan gelap.

"Guys, kayaknya dia emang siap banget deh buat disiksa. Buktinya dia udah nyiapin tempat khusus." Lea hanya tersenyum miring mendengar tuturan Siska. Manusia bodoh, batinnya. Dengan perlahan Lea mengambil pisau di dalam tasnya. Kemudian mendekati Siska.

"Mau apa lo?" tanya Siska bingung. Lea sama sekali tak menjawab. Dengan gerakan cepat Lea mengikat ketiganya.

"Heh! Apa yang mau lo lakuin?!" teriak Siska yang mulai ketakutan.

"Bermain sedikit. Karena lo udah ganggu ketenangan gue." Perlahan Lea mendekati Siska. Lea membelai pipi Siska yang putih mulus karena bedak itu. Dengan ujung pisaunya ia mulai menyayat pipi itu. Darah segar keluar beserta jeritan kesakitan.

"Sakit bego!" maki Siska yang tak dihiraukan Lea. Lea terus menyata pipi itu sampai tak berbentuk. Kini pisaunya beralih pada jari-jari Siska.

"Tangan ini yang sudah menamparku," ujar Lea kemudian mulai memotong jari-jari itu. Teriakan demi teriakan terus keluar dari mulut Siska. Sementara kedua temannya sudah pingsan sedari tadi.

"Ucapkan selamat tinggal pada dunia," ucap Lea kemudian menusuk jantung Siska. Jeritan terakhir yang mulai terdengar lemah. Lea mencabut jantung tersebut dan menyimpannya ke dalam toples khusus. Lea melirik dua teman Siska yang masih pingsan. Lea membangunkan keduanya dengan kakinya. Keduanya pun tersadar dan merasa ketakutan, apalagi melihat tubuh Siska sudah tak bernyawa.

"Kalian mau bernasib seperti dia?" tanya Lea yang langsung dijawab gelengan oleh keduanya.

"Bagus. Jika kalian ingin tetap hidup tenang maka jangan sampai ada yang tahu tentang kejadian ini. Dan mulai sekarang rubah sifat buruk kalian. Mengerti?" tanya Lea sekali lagi yang diangguki mereka. Lea pun menelfon seseorang untuk membereskan mayat Siska dan menghilangkan jejaknya. Kemudian dirinya pergi meninggalkan tempat itu.

Yuhuuu udah update kembali😆😆😆 seperti biasa yaa. Jangan lupa vote, commen and share. Biar makin disayang sama Axel😂 salam manis dari aku ya😘

Sweet Couple Psychopath (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang