part 16 Ratu dan Raja

1K 89 0
                                    

Tiga bulan sudah Lea dan Axel menjalin hubungan asmara. Dan hari ini SMA WIJAYA 1 ramai membicarakan tentang pensi penyambutan kepala sekolah baru nanti malam. Para guru meminta perwakilan 3 murid dari setiap kelas. Lia, Lea, Axel dan Leo juga ditunjuk sebagai perwakilan dari kelas masing-masing. Kini mereka semua tengah berkumpul di aula sekolah. Ruangan yang semula ramai kini menjadi sepi karena salah seorang guru datang.

"Baik anak-anak langsung saja ya. Kita akan mengadakan drama panggung gabungan berjudul Cinderella. Kebetulan disini saya sudah mendapat peran utama ceweknya. Dia Queenza anak SMA Tunas Mulia." Axel mendengus kesal mendengar nama seseorang yang Ia temui beberapa hari lalu. Dia adalah Queenza, anak dari Carla. Sementara pandangan Queenza tak lepas dari Axel.

"Saya membutuhkan peran cowoknya. Kamu kesini." Tunjuk Pak Burhan pada Axel. Dengan berat hati Axel pun melangkah ke depan.

"Kamu menjadi pemeran cowok utama ya. Saya rasa kalian cocok." Queenza tersenyum girang mendengar penuturan Pak Burhan. Sementara, Axel sudah memasang raut kesalnya.

"Saya nggak mau, Pak. Kalau saya jadi pangeran maka ratunya harus Lea." Axel pun mendapat sorakan dari semua yang ada di aula tersebut.

"Tidak bisa! Queenza ini sudah terlatih di bidang teater." Kini senyum Queenza semakin mengembang mendengar keputusan Pak Burhan.

"Saya tau kalau dia sudah terlatih dalam bidang teater. Tapi Lea sudah terlatih dalam urusan mencintai saya," bela Axel. Semua siswa yang berada di aula berteriak setuju. Queenza pun mendengus kesal.

"Saya mau jadi peran utama, Pak. Bapak kan tau saya sudah banyak memenangi lomba," tukas Queenza yang membuat Axel mendengus. Axel pun melangkah mendekati Lea dan membawanya ke depan.

"Saya tetap mau sama Lea. Kalau bapak nggak setuju, bapak cari saja peran lainnya," putus Axel mutlak. Dengan terpaksa Pak Burhan menyetujui Axel. Pasalnya acara ini tinggal nanti malam. Naskah yang dihafal pun sangat banyak. Sehingga tak mungkin siswa dapat menghafal, kecuali mereka yang dianugrahi otak yang jenius. Queenza pun sudah sangat kesal di tempatnya. Latihan pun dimulai dari Lea yang membersihkan lantai. Queenza sendiri kini berperan menjadi kakak tirinya.

"Eh kamu berdiri!" perintah Queenza memeragakan peran kakak tiri. Dirinya menjambak rambut Lea dengak kencang. Memang semua ini sudah disengajanya.

"Aw sakit bego!" maki Lea dengan menghempaskan tangan Queen dari rambutnya.

"Pak lihatkan, Lea tak bisa bermain profesional." Queenza mengadukan Lea pada Pak Burhan. Sementara, Lea malah tersenyum licik.

"Pak, saya tukar peran aja deh sama dia. Sepertinya saya lebih cocok mendalami karakter antagonis." Axel hendak memotong perkataan Lea. Namun, Lea segera memberi kode lewat kedipan matanya. Axel pun membalas dengan senyuman saat tau kode yang diberi Lea. Mereka pun kembali ke peran baru. Lea yang menjadi kakak tiri, Queenza menjadi Cinderella dan Axel menjadi pangeran.

"Heh kamu cepat berdiri!" Lea memulai perannya. Ia menjambak rambut Queenza kencang seperti apa yang dilakukan padanya tadi. Queenza pun hendak protes, namun dengan cepat Lea mengguyurnya dengan air.
"Pak, lihat apa yang dilakukan Lea," adu Queenza pada Pak Burhan. Sebelum Pak Burhan angkat bicara, Lea sudah mendahuluinya.

"Saya tidak salah dong, Pak. Sesuai naskah yang bapak beri saya harus menuangkan timba ke kepala Cinderellanya. Lah itu yang isi air bukan saya. Jadi ya salah dia." Skak! Tak ada yang disalahkan disini. Karena malu, Queenza pun berlari pergi dari sana. Sementara yang lain malah menertawakannya.

"Pak, daripada dadakan gini, mendingan nanti malam pensinya nyanyi ajalah. Saya yang gitar, Lea yang nyanyi. Lagipula ini penyambutan kepala sekolah kita bukan anak SMA TUNAS MULIA." Pak Burhan terlihat sedang berpikir keras tentang usulan Axel. Kemudian Ia mengangguk untuk menyetujui. Akhirnya mereka semua berlatih. Ada yang menjadi penari latar ada pula yang bermain alat musik.
Di lain sisi Queenza masih menangis di kamar mandi.
"Kurang ajar! Berani sekali mereka ngehina gue! Awas lo Lea!" tangannya terkepal karena marah. Matanya memerah karena menangis. Dia pun segera bergegas kembali ke aula. Disana dia kebingungan karena tak ada yang sedang bermain peran. Namun, yang Ia lihat mereka malah memegang alat musik.

"Pak, maksudnya apa?" tanyanya menoleh ke arah Pak Burhan.

"Drama batal dan kami mau menampilkan sebuah nyanyian. Tau artinya kan? Lo udah nggak dibutuhin. " Axel menyela Pak Burhan yang hendak bicara. Tak sopan memang, tapi dirinya sudah muak dengan tingkah Queenza.

"Pak, saya masih bisa jadi penari latar. Masa saya disuruh kesini namun pada akhirnya diusir?" ujar Queenza dengan nada sedikit tinggi. Axel pun hanya mendecih melihat sikap keras kepala Queenza. Dengan terpaksa Pak Burhan menyetujuinya. Kali ini latihan pun berjalam lancar, karena Queenza sama sekali tak bertingkah.

***

Malam pun tiba. Lea sudah siap dengan dress biru tuanya. Terlihat kontras dengan kulitnya yang putih. Axel pun juga sudah siap dengan Jas yang senada. Mereka terlihat seperti raja dan ratu di malam ini. Mereka semua masih bersiap-siap di belakang panggung. Karena masih ada beberapa sambutan mereka tampil. Lain halnya dengan Queenza. Queenza masih sibuk memikirkan cara untuk mempermalukan Lea di depan umum nanti. Dia berencana menyenggol Lea saat menari nanti.
Acara yang ditunggu-tunggu pun mencapai puncaknya. Lea dan Axel maju bergandengan. Begitu juga penari yang saling bergandengan. Axel dan Lea pun mulai menyanyikan lagunya. Di tengah-tengah lagu, Queenza dengan sengaja menyenggol Lea sehingga terjatuh. Penampilan pun berhenti dan keadaan menjadi hening. Pak Burhan pun sudah menahan amarahnya di belakang panggung. Sementara  Queenza menampilkan senyum puasnya. Namun, itu tak berlangsung lama. Karena Axel melakukan sesuatu.
"Bangunlah. Kau ditakdirkan untukku. Angkat kembali kepalamu. Seorang putri tak akan jatuh terlalu lama karena bayangan jahat yang sengaja menusukmu." Axel mengulurkan tangannya pada Lea. Secuplik kalimat tadi adalah penggalan dari dialog naskah yang dibaca tadi. Lea pun tersenyum. Sementara, Queenza mengepalkan tangan kesal.

"Terima kasih pangeranku. Aku tau kau memang untukku. Seseorang yang membantu kala aku terjatuh." Lea membalas uluran tangan Axel dan mereka kembali melanjutkan lagunya. Riuh tepuk tangan penonton menggema pada pertunjukan tersebut. Pak Burhan sendiri sudah tersenyum puas di tempatnya. Penampilan pun selesai mereka turun dari panggung.

"Maksud lo apaan dorong Lea kaya tadi!" bentak Lia yang kesal dengan ulah Queenza. Sementara Queenza hanya tersenyum remeh di tempatnya.

"Udah, sayang. Biar mereka yang ngurusin." Leo pun membawa Lia pergi. Karena menurutnya ini adalah urusan mereka yang tidak berhak dicampuri.

"Ikut gue," perintah Lea yang diikuti Queenza. Lea membawanya ke taman belakang sekolah.

"Mau lo apa? Gue diem bukan berarti gue nerima semua perbuatan lo," tukas Lea. Queenza pun malah tertawa.

"Gue suka Axel. Tapi karena lo, dia nolak perjodohan ini." Lea sempat terkejut mendengar kata perjodohan. Namun, dia kembali menormalkan raut wajahnya.

"Sekarang gue tanya. Apa yang bikin lo suka dan cinta sama Axel?" tanya Lea.

"Jelaslah, Axel tampan, most wanted, baik dan kaya," tutur Queenza.

"Itu artinya lo hanya terobsesi bukan cinta. Karena cinta tidak butuh alasan." Queenza mengerjap mendengar penuturan Lea. Dirinya kini malah menertawakannya.

"Gue yakin pasti lo cinta karena hartanya kan?" Queenza tersenyum remeh ketika melontarkan pertanyaannya.

"Sorry gue bukan wanita yang memandang harta dan tahta seperti Queenza. Namanya sih Queenza tapi kelakuan kaya rakyat jelata. Mengemis cinta hanya untuk harta. Satu lagi, gue tulus sama Axel bukan karena harta." Lea pergi meninggalkan Queenza yang sudah hampir meledak. Kata-kata pedas yang terlontar dari mulut Lea berhasil membungkam Queenza. Lea pun segera kembali menemui Axel. Karena acara selesai, mereka pun pulang ke rumahnya masing-masing.

Jangan lupa vote dan comment ☺

Sweet Couple Psychopath (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang