Hargai penulis dengan memberikan Vote juga komentar💐
"Dimana seharsnya aku menetap dikala semua orang membenciku?"
***
Yuna terdiam dengan menundukkan kepala di kursi panjang rumah sakit. Rambutnya yang panjang menutupi mata Yuna yang bengkak dan dalam keadaan linglung. Rasa bersalah mulai menjalar. Ia tak pernah berniat sedikitpun menyakiti orang lain.
Ia hanya ingin mati.
Yuna meremas kedua tangannya dengan gemetar. Berharap harap cemas, berdoa agar ibu Yuna tidak mengalami luka yang parah.
"Aku harap, semua baik baik saja."
Terlalu larut dalam pikirannya membuat Yuna tak sadar bahwa ada orang lain yang melangkah menuju kearahnya dengan ekpresi marah. Perawat dan pengunjung yang lain, memilih menyingkir melihat ekpresi menyeramkan dari sang tersangka utama.
"PUAS LO?!"
Yuna tersentak kaget. Terlebih lagi suara keras itu diiringi oleh tangan yang dengan kasar menarik dan mendorongnya hingga terjatuh di kursi besi rumah sakit itu.
Brak!
Yuna meringis pelan saat sikunya tak sengaja tergores. Walau begitu, dia mengabaikan rasa sakit dan lebih memilih memfokuskan diri pada seseorang yang baru saja menjatuhkannya.
"Maaf." hanya kata itu yang dapat Yuna katakan.
"HAH, MAAF!?"
Yuna terdiam. Dia mengigit bibir bawahnya hingga merasakan anyir. Ini aneh. Benar-benar aneh. Kenapa ada perasaan sedih ketika orang dihadapannya memandangnya jahat. Padahal, Yuna sendiri tau. Dirinya bukan lah siapa siapa untuk orang di hadapannya. Dia hanya hantu gentayangan yang tak sengaja memasuki tubuh ini. Tapi mengapa... mengapa rasanya sangat sakit?
Hatinya sakit.
Mungkin saja. Perasaan dari 'Yuna', masih tertinggal ditubuhnya.
"LO PIKIR, DENGAN MAAF IBU BISA SEMBUH KEMBALI?!"
Wajah Lucas-si tersangka pendorongan-mengeras. Melihat adiknya yang terjatuh dan menunduk diam tak meredakan amarahnya. Justru membuatnya lebih marah lagi. Adiknya terlihat tak berdaya. Lemah. Dan lucas tau, itu hanyalah tak tik belaka.
Lucas tak akan terjebak"Lo denger ya..." Tangan lucas menarik kerah baju Yuna. Hingga Yuna mau tak mau bertatapan mata langsung dengan nya.
"Lo pikir dengan mainin permainan rendahan seperti bunuh diri, bisa buat semua orang care sama lo?" tanya Lucas sinis. Matanya melirik pergelangan tangan kiri Yuna yang hanya di balut dengan perban secara acak-acakan.
"Lo salah. Sekarang justru gue semakin benci sama lo." sambung Lucas meludahkan hinaan.
"Dan lo ingat. Sampai kapanpun. Gue nggak bakal pernah sayang sama orang seperti lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want To Die
FantasyWarning : 18+ Harsh word and Adult scene. Tolong bijak dalam memilih bacaan sesuai umur. Tidak suka silahkan keluar. Dan mohon, jangan plagiat cerita orang. •~• Reina Yuna Hidupnya tak pernah bahagia. Sedetikpun tak pernah. Seakan tuhan memang tak...