Hargai penulis dengan memberikan Vote dan komentar💐
■.●
"YUNA!"
Teriakan Deska membuat Dylan yang berada di sampingnya tersentak kaget. Pria itu yang tadinya tertidur kini dalam sekejab membuka matanya. Kemudian menatap saudara kembarnya sendiri yang saat ini terlihat ngos-ngosan dan bercucuran keringat seakan sudah lari beribu-ribu meter.
Dylan bangun dari sofa. Kemudian mengambil air minum yang berada di samping ranjang rumah sakit dan menyerahkannya ke arah Deska.
"Minum dulu." sarannya.
Deska segera saja mengambil air itu dan meminumnya cepat. Tanpa memperdulikan tetesan air minum yang mengenai baju rumah sakit miliknya.
Setelah menghambiskan minuman. Deska menatap Dylan bingung. Gadis itu memandang sekeliling dengan linglung.
"Gue dimana?"
"Di rumah sakit. Lo pingsan kemarin malem," jelas Dylan.
Deska yang mengetahui itu seketika melotot. Dia hendak saja melepas infus yang tertancap di tangannya, sebelum tangan Dylan dengan kasar menepisnya.
"Lo mau apa?" tuding Dylan Tajam
"Gue punya firasat buruk dengan Yuna. Gue mau kesekolah!" ujar Deska panik. Wajah gadis itu juga terlihat tak tenang. Bukan tipikal Deska sekali yang selalu menampilkan raut wajah santai.
Dylan tentu saja tak membiarkannya. Dirinya mendorong kedua bahu Deska hingga gadis itu yang tadinya terduduk, menjadi berbaring kembali.
"Lo apa-apaan si, Gue mau pergi!" kekeh Deska dengan berusaha mendorong tangan Dylan.
Dylan tak mengalah. Lelaki itu tetap menahan badan Deska. Tak membiarkannya pergi.
"Yuna baik-baik saja! Sekarang yang perlu lo cemasin itu diri lo sendiri!" bentak Dylan. Wajah lelaki itu tak karuan. Campuran marah dan juga panik. Muak terhadap sikap Deska yang tak pernah mau menjaga diri.
Deska berdecak sebal. Namun demikian, ia menghentikan pemberontakannya pada Dylan.
"Gue takut Yuna terluka kalau nggak ada gue, Dylan. Gue takut."
Dylan melepaskan pegangannya pada bahu Deska. Lelaki itu menatap kembarannya yang saat ini terlihat pucat. Gadis yang selalu kuat. Kini terlihat tak berdaya.
"Kalau lo takut ninggalin Yuna. Harusnya lo berusaha sembuh. Tapi yang lo lakuin justru sebaliknya. Lihat sekarang. Leukimia lo semakin parah." ujar Dylan. Suaranya semakin pelan saat kalimat parah ia ucapkan.
"Lo bahkan nggak mau kemoterapi." tambah Dylan.
Deska mendengus pelan, kemudian menampilkan wajah skeptis, "Percuma. Itu cuma buang waktu gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want To Die
FantasyWarning : 18+ Harsh word and Adult scene. Tolong bijak dalam memilih bacaan sesuai umur. Tidak suka silahkan keluar. Dan mohon, jangan plagiat cerita orang. •~• Reina Yuna Hidupnya tak pernah bahagia. Sedetikpun tak pernah. Seakan tuhan memang tak...