Hargai penulis dengan memberikan Vote juga komentar💐
■.□
Iris biru itu terbuka perlahan. Menangkap silaunya cahaya, netra gadis itu menutup kembali. Sebelum perlahan membuka dan berusaha menyesuaikan sinar lampu. Mengerjab pelan, kemudian sepenuhnya benar-benar terbuka.
Yuna mengerutkan kening bingung. Dirinya memandang ruangan serba putih berbau obat-obatan. Setelah itu, ingatan tentang apa yang terjadi masuk. Membuat Yuna dengan segera memandang tubuhnya sendiri. Memastikan keadaannya.
"Yuna, lo udah sadar?!"
Rine yang mengetahui Yuna telah siuman dari pingsannya dengan segera mendekat. Dirinya terlihat panik bercampur lega.
"Syukurlah... Gue panggil dokter dulu." ujar Rine dan menekan tombol Nurse Call yang berada di samping ranjang Yuna.
Tak lama, pria berusia 40 tahunan dengan setelan putih masuk bersamaan dengan seorang suster. Dengan itu, Rine mundur perlahan. Memberikan ruangan agar Yuna dapat diperiksa kondisinya.
"Ada keluhan?" tanya dokter disertai dengan dirinya yang mengecek kondisi Yuna.
Yuna menggeleng. Karena memang dirinya tak merasakam sakit di bagian tubuh manapun.
"Anda hanya mengalami shock ringan saja. Harusnya di ketinggian yang lumayan serta cepatnya tubuh kalian jatuh, kemungkinan terkecil adalah pendarahan sedang. Tuhan memberkati anda." jelas Dokter setelah selesai mengecek denyut jantung Yuna dan tekanan darahnya.
"Saya akan meresepkan beberapa obat untuk sekedar vitamin. Tapi saya sarankan untuk tidak melakukan kegiatan berlebih selama 2 hari."
"Jadi karena saya baik-baik saja. Apakah bisa keluar hari ini?"
"Istirahatlah sejenak hingga sore nanti. Saya akan kembali mengecek kondisi anda. Jika tidak ada keluhan kembali. Anda bisa pulang dengan segera."
Setelah mendengar putusan dokter, Yuna mengangguk mengerti. Dokter bersama suster kemudian pergi. Meninggalkan Yuna bersama dengan Rine saja.
Rine mendekat ke arah ranjang Yuna. Entah mengapa seuasana sangat canggung untuk keduanya. Yuna yang memang tak pernah membuka suara terlebih dahulu. Dan Rine, yang masih takut-takut untuk memulai percakapan.
"Gue..." Rine tak melanjutkan kembali kalimatnya.
Melihat Rine yang terlihat merasa bersalah membuat Yuna merasa kasihan dengannya. Walau Yuna tak tau kronologi diantara Aria dan Rine. Yuna yakin. Gadis itu bukanlah tipe jahat yang akan menodai persahabatannya sendiri. Mungkin saja, terdapat alasan Rine yang Yuna tak mengerti hingga temannya itu bisa bersama dengan Aria.
"Kalau belum siap. Gausah lo ceritain dulu. Gue paham kok."
Mendengar kalimat Yuna yang menenangkannya justru menambah rasa bersalah Rine. Gadis itu semakin menunduk dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want To Die
FantasyWarning : 18+ Harsh word and Adult scene. Tolong bijak dalam memilih bacaan sesuai umur. Tidak suka silahkan keluar. Dan mohon, jangan plagiat cerita orang. •~• Reina Yuna Hidupnya tak pernah bahagia. Sedetikpun tak pernah. Seakan tuhan memang tak...