Die-1

29.3K 2.3K 272
                                    

Hargai penulis dengan memberikan Vote juga komentar💐

"Mati adalah kepastian dan Bunuh Diri adalah pilihan"

●_●

Jelek, bodoh, dan dekil. Itu hanyalah sedikit dari sekian banyak kekuranganku. Bully dan ejekan bukan lagi hal asing bagiku. Entah dosa apa yang kuperbuat kepada mereka, mereka seakan mengangapku hanyalah kotoran yang layak diinjak-injak.

Aku ini sampah.

Aku anak haram. Itu adalah kesalahan pertamaku. Begitulah yang ibuku tekankan kepadaku ketika aku bertanya mengapa ia membenciku. Aku ini anak yang tak pernah diinginkan. Lahir sebagai bencana bagi ibuku. Tak pernah diharapkan dan tanpa kesengajaan. Kelahiranku ini beban dalam keluarga. Dari awal aku tak layak hidup. Aku ini harusnya mati saja. Kalimat itu, bagai makanan pokok keseharianku.

Ingin rasanya aku membela diri. Mengatakan dengan keras di depan wajah cantik ibuku. Jika kau tak menginginkanku, maka gugurkanlah aku. Jika kau tak ingin mempunyai anak haram, janganlah menerima benih sana-sini. Jika kau ingin aku mati, bunuh aku ibu!

Kill me!

Aku tak minta kau lahirkan...

Aku sendiri tak ingin lahir hanya untuk menerima siksaan...

Tapi aku masihlah lemah. Tak punya nyali dan kekuatan untuk mengatakan itu.

Aku ini pengecut.

Kakakku selalu menatapku sinis. Seakan aku adalah tai ayam diantara teras bersih berwarna putih. Menganggu. Aku tak tau apa kesalahanku. Tapi yang kutahu, kakakku sangat sangat sangat membenciku.

Aku ini dibenci.

Lalu apa yang harus kulakukan di dunia ini jika tak ada lagi alasan untukku hidup?

Beri tahu aku... satu alasan saja...

Alasan untukku tetap menetap dalam fananya dunia.

Alasan untukku tetap bangun keesokan harinya...

Sebenarnya... apa gunanya hidup itu?

○○○●

PLAK!

"Akh!" Tamparan itu keras. Hingga membuat wajahku menoleh kesamping dengan kencang. Pekikan tak sengaja kulontarkan kala lagi-lagi ditempat yang sama, tangan itu membuat luka baru. Perih sudah lagi tak tertahankan. Sudut bibir ku tergenang darah serta rasa asin berkarat. Luka lama yang baru kemaren ia berikan di wajahku, kini ia tambah lagi dengan luka baru. Wajah ini, sudah lagi tak layak dilihat.

Kumohon. Sudah cukup.

"Sudah kubilang jangan memberontak!"

Perintah itu lagi. Bagaimana aku tak memberontak? Dia memaksaku. Pria tua itu memaksa tubuhku menerimanya. Menerobos paksa kehormatanku. Setiap malam, dia selalu saja membuat tubuhku redam remuk akibat nafsu bejatnya. Dia membuatku kehilangan harga diri.

Ahh... harusnya memang dari awal aku tau.

Aku memang tak punya harga diri

Aku ini budak.

I Just Want To Die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang