Hargai penulis dengan memberikan Vote juga komentar💐
"Semua milikku. Sebelum aku membuangnya. Tidak akan ada yang bisa mengambilnya."
○.○
Dylan mengusap sudut bibirnya pelan. Kemudian bangkit berdiri dan memasang ekspresi datar di wajahnya.
"Sejak kapan Yuna menjadi milik lo?" ucapnya yang di tujukan untuk Gavin.
Gavin tersadar sejenak. Mengetahui dia baru saja melakukan hal diluar akal sehatnya. Dylan benar. Sejak kapan juga dirinya menjadi seperti ini? Mangsanya bukan Yuna. Melainkan Aria. Tapi entah mengapa, melihat Yuna yang terlihat di pelukan Dylan membuat darahnya mendidih. Apalagi kondisi Yuna yang dapat dilihatnya berantakan.
Apa yang mereka berdua lakukan?
Tanpa sadar pegangannya pada Yuna mengerat.
"Cih, Yuna sejak awal selalu jadi milik gue. Dia tunangan gue."
Baru pertama ini Gavin mengakui Yuna sebagai tunangannya. Ia ingin Dylan, mengetahui tempatnya saat ini.
Yuna sendiri yang jadi bahan keributan memilih diam di pelukan Gavin. Tubuhnya lemas. Tenaganya sudah habis. Mungkin bila saja Gavin tak menompangnya. Ia akan dengan mudah tiduran di tanah tanpa tenaga.
"Kalau begitu. Aria milik gue," balas Dylan menyeringai.
Saat itulah Gavin menatapnya tajam. "Aria juga milik gue."
Aria mangsanya. Yuna tunangannya. Semua milik Gavin. Dan Gavin tak suka miliknya direbut.
"Menjijikan."
Setelah mengatakan itu. Dylan berjalan pergi. Namun dirinya sempat melirik Yuna yang berada di pelukam Gavin. Gavin yang mengetahui itu segera mengeratkan pelukannya dengan posesif.
Setelah Dylan hilang dari pandangannya. Yuna kemudian ia gendong ala bridal style. Saat itu lah Gavin bisa melihat luka cekikan yang berada di leher Yuna. Matanya mengerut tajam. Berani beraninya Dylan melakukan ini semua.
"Lo pulang bareng gue."
Gavin mengharapkan balasan antusias dari Yuna. Tapi yang ia dapat justru hening dengan pandangan Yuna yang menatap ke arah lain. Bukan kearahnya.
Memilih untuk melupakan itu sejenak. Gavin membawa Yuna ke dalam mobilnya. Kemudian mendudukkan Yuna di kursi samping kemudi. Gavin juga memasangkan sabuk pengaman untuk Yuna.
"Wanginya... berbeda." batin Gavin dalam hati.
Biasanya Yuna akan memakai parfum yang baunya sungguh menyekit hidung Gavin. Tapi sekarang, Yuna harum. Gavin ingin mencium bau itu lebih.
Tanpa sadar Gavin mendekatkan dirinya ke leher Yuna. Sampai suara Yuna terdengar di telinganya.
"Apa yang lo lakuin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want To Die
FantasyWarning : 18+ Harsh word and Adult scene. Tolong bijak dalam memilih bacaan sesuai umur. Tidak suka silahkan keluar. Dan mohon, jangan plagiat cerita orang. •~• Reina Yuna Hidupnya tak pernah bahagia. Sedetikpun tak pernah. Seakan tuhan memang tak...