Warning : 18+
Harsh word and Adult scene.
Tolong bijak dalam memilih bacaan sesuai umur. Tidak suka silahkan keluar. Dan mohon, jangan plagiat cerita orang.
•~•
Reina Yuna
Hidupnya tak pernah bahagia. Sedetikpun tak pernah. Seakan tuhan memang tak...
Hargai penulis dengan memberikan Vote juga komentar💐
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ketika kamu membenci hidupmu. Mungkin, ditempat lain, ada seseorang yang ingin menjadi dirimu."
•••
Keluarga. Apa definisi keluarga sesungguhnya
Tempat bersandar dikala lelah
Tempat berkeluh di kala resah
Atau hanya tempat berpulang karena tak ada tempat lain selain itu?
Tempat bersinggah. Tanpa menemukan kehangatan.
Keluarga yang dibangun, atas dasar tanpa cinta.
Dan siapa yang menjadi korban atas itu semua?
Lagi-lagi hanya janin tanpa dosa yang tumbuh tanpa mengenal hangatnya keluarga.
Yuna membenci itu.
Yuna membenci mereka.
Yuna membenci, betapa egoisnya orang tua yang melahirkan anak hanya unyuk merasakan itu semua.
Jika bisa memilih, Yuna memilih untuk tak dilahirkan di dunia ini.
•••
Yuna masih berdiam diri. Tak membuka sedikitpun suara atas tamparan yang Terdo berikan padanya detik lalu. Matanya menatap Terdo tanpa takut.
Melihat tak adanya rasa penyesalan pada mata anak bungsunya. Membuat amarah Terdo semakin berada pada puncak ubun-ubunnya.
Terdo berjalan menjauh. Melihat itu, ibu Yuna menghela nafas lega saat ia kira, suaminya akan mengakhiri ini semua. Tapi yang tak ia sangka, Terdo berjalan lagi ke arah Yuna dengan membawa stick golf.
Mata ibu Yuna membelalak horor.
Dengan langkah tergesa Ibu Yuna berdiri di hadapan suaminya yang memandangnya tajam. Mengisyaratkan untuk menjauh dari jalannya.
"Pergi," perintah Terdo dingin.
Ibu Yuna menggeleng kuat. Dengan cepat, dia berlutut. Memeluk kaki suaminya erat serta menangis sesegukan.
"Tolong, Mas. Maafin Yuna. Tolong...."
Terdo tak mengubris istrinya. Dia menendang ibu Yuna tanpa perasaan hingga jatuh teratuk kursi disamping Lucas duduk.
Melihat membujuk suaminya tak akan membuahkan hasil. Ibu Yuna berdiri dan menghadap Lucas. Anak itu masih makan dengan tenang seakan gangguan disampingnya bukanlah apa apa.
"Lucas, tolong adikmu. Tolong Yuna..."
Lucas tersenyum kecil.
"Yuna ingin mati bukan, Bu. Kalau begitu, biarkan ayah yang membunuhnya."
