MCA |19|

8 6 0
                                    

Arkan melangkah masuk kedalam sebuah rumah sambil menggandeng Hisqa.  Alan memandang Hisqa sampai tidak terlihat lagi.

"Astaghfrullah, ampunilah hambamu ini ya allah, karena memandang wanita yang bukan mahram" batin Alan.

"Katakan kepada orang-orang mukmin bahwa wajiblah atas mereka untuk menahan pandangannya." (QS. An-nur:30)

***

   Sekarang Arkan dan Hisqa sudah berkumpul dengan keluarga Abrisan di ruang tamu ndalem. Hisqa juga sudah mengganti pakaiannya dengan meminjam pakaian santriwati.

"Abi, Umi, Arkan datang kesini dengan kakak Arkan" Arkan segera mencium tangan Abi Abrisam dan menangkupkan tangan kepada Umi Zahwa.

"Hisqa om,tante" Hisqa juga melakukan apa yang di lakukan Arkan barusan, Mencium tangan Umi Zahwa dan menangkupkan tangan kepada Abi Abrisam.

"Panggil Umi. sama Abi aja biar sama kayak Arkan" ucap Umi Zahwa, dan hanya diangguki oleh Hisqa.

"Ohh ya Abi sama Umi turut berduka cita ya atas meninggalnya Bapak kalian. Maaf ndak bisa datang" ucap Abi Abrisam.

"Iya ndak papa bi" balas Arkan.

"Maaf semuanya, Hisqa boleh ndak jalan-jalan di area pesantren?" tanya Hisqa

"Ya boleh dong Hisqa masa ndak boleh" balas Umi Zahwa.

Hisqa langsung berlalu pergi dari ndalem dan keliling area pesantren.

"Alan temani Hisqa gihhh!"

Apakah ia tak salah dengar? Menemani seorang perempuan? Abinya sedang tidak bercandakan? Seorang perempuan loh ini... Apalagi dia belum mengenalnya.

Astaghfirullah .... Alan tidak mau berburuk sangka apalagi pada abinya sendiri.

Abrisam yang melihat raut wajah anaknya yang seperti kebingungan, segera menjawab,
" Abi percaya sama kamu, lagi pula di area pesantren banyak yang berlalu lalang, jadi kamu tidak hanya berdua". Hanya di angguki oleh Alan.

Hisqa duduk di kursi taman pesantren, memandang langit yang sudah mengisyaratkan akan turun hujan. Tiba-tiba kursi kosong di sebelahnya ada sedikit pergerakan. Yaps, Alan duduk di sebelah Hisqa yang hanya berjarak 1 meter. Hisqa yang merasa di sampingnya ada seseorang, hanya menatap sekilas lalu kembali menatap langit.

Hatinya sakit dan bertanya-tanya kepada Allah, lagi-lagi ia memberi ujian? Padahal Hisqa sudah berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Luka yang kemarin-kemarin aja belum kering sudah di beri luka lagi.

Hidupnya sudah pernah hancur, bahkan ia masih ingat betul rasanya kehilangan, namun takdir tidak mau Hisqa lupa dengan kejadian itu, dengan mengambil pak Faris untuk meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Kehormatan yang ia jaga juga sudah di renggut, apa yang salah dengannya? Sampai-sampai yang menurutnya berharga hilang sudah...

"Saya memang tidak tahu apapun tentang mu, namun apapun masalah yang sedang kamu hadapi saat ini, berceritalah kepada Sang Pemilik Segalanya. Agar kamu lebih tenang..."

"Emang Hisqa banyak salah ya??? Semua yang Hisqa miliki di renggut secara paksa. Mulai dari bunda yang meninggalkan Hisqa untuk selama-lamanya, kehormatan Hisqa yang yang direnggut secara paksa, semua luka itu belum sepenuhnya kering, dan sekarang?? Bapak ikut dengan Bunda untuk meninggalkan Hisqa, kenapa Hisqa nggak diajak saja untuk ikut dengan mereka??" balas Hisqa.

"Hisqa juga sudah berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih lagi" imbuhnya.

Deg

Hisqa tersadar apa yang ia ucapkan barusan, bisa-bisanya dia bercerita dengan orang yang sama sekali tak ia kenali.

Alan?? Terkejut pastinya, namun ia segera menetralkan raut wajahnya kembali.

"Allah tidak akan membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya"

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang jujur dan sesungguhnya Dia benar-benar mengetahui orang-orang yang dusta! (Qs. Al-Ankabut2-3)"  ucap Alan.

"eh kakak maaf ya, pasti risih ya, tiba-tiba Hisqa cerita begitu padahal kita nggak kenal" balas Hisqa sambil cengesesan.

"Terima kasih sudah jadi pendengar yang baik"

"Hisqa pamit dulu, Assalamualaikum" Hisqa melangkah pergi, belum saja lima langkah Hisqa kembali menghadap Alan.

"Jangan cerita ke siapa-siapa ya kak"

"Jangan bilang ke umi juga kalau Hisqa bawel dan cengeng, nanti malah Hisqa dicoret dari daftar calon istri kakak"

"Assalamualaikum" Hisqa pergi sambil menahan tawa, sksjsksk.

"waalaikumsalam wr. wb" batin Alan.

Alan hanya geleng-geleng dan tersenyum tipis sangat tipis, sangkin tipisnya mungkin dirinya tak sadar jika ia sedang senyumm.

***

Assalamualaikum temen-temen, Jangan lupa vote dan komen ya, share juga boleh wkwkkw;v

Mojokerto, 18 Juni 2021
Zuroida Alya Fatma

Mengejar Cinta AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang