15. + Filosofi mata

370 77 13
                                    

[ Lokawigna ]

tik

tok

tik

tok

Jam dinding yang berdetak pelan dan menunjukkan bahwa langit telah gelap gulita dibawah Chandra purnama. Cahaya sayup sayup satu lampu yang menerangi ruang tengah yang cukup luas itu. Menemani sang tuan rumah tenggelam dalam pikirannya.

Tangannya menggenggam satu mug berisi teh hangat. Dan matanya yang terus menatap kearah langit-langit dinding rumah. Desahan risau terus terusan keluar dari lobang hidungnya,hatinya gelisah dan pikirannya meresah.

Ada sesuatu yang dari tadi mengganggu pikirannya,membuat kepala keluarga ini tidak bisa pergi tidur dengan lelap. Keringat dingin membasahi dahinya,urat pelipis mengeras dan satu tangannya dipakai untuk meremat batang hidungnya cemas.

"Wooyoung....," monolognya pelan.

Otaknya tahu,pandangannya abu berkilat tabu. Seharusnya dia tidak membuang anak bungsunya dulu,seharusnya dia tidak membiarkan Wooyoung hidup sendirian di luar sana,seharusnya dulu Suho sadar anak bungsunya sakit menderita.

Peperangan antara ego dan cinta harus mengorbankan anak bungsunya,kepalang kesal sekarang hatinya menyesal.

Penyesalan itu datangnya emang selalu diakhir,kalo diawal itu namanya pendaftaran.

Untuk saat ini Suho sadar bahwa anak itu lebih penting dari egonya. Cinta kasih Irene sudah membutakannya pada anaknya sendiri.

"Maafin ayah ya nak,...ayah nyesel udah biarin kamu berjuang sendirian..."

Kalo kata Hongjoong,Suho itu kayak perahu sampan,mau aja di dayung kemana mana tapi akhirnya menglanglang sendiri,dan akhirnya nyalahin orang lain.

"Mas,kok gak tidur?," Irene menuruni anak tangga sambil memegang gelas kosong.

Suho hanya menggeleng tanpa berpaling dari lampu. Irene mendekatinya lalu duduk di sofa sebelah Suho. "Tidur aja dari pada ngelamun kayak gitu,"

"Kamu masih ingat Wooyoung?,"

Pertanyaan yang diberikan Suho berhasil membuat Irene meneguk ludah. Salah tingkah dan tidak tahu mau menjawab seperti apa. Jujur,dia masih ingat siapa anak yang disebutkan oleh Suho.

"Kamu masih inget dulu mas pernah bawa dia ke panti sewaktu dia masih umur delapan bulan?,kalo mas masih inget banget. Dulu kamu pernah hasut mas supaya anak itu disimpen di panti dengan iming iming yang klise. Dan bodohnya mas kehasut dan langsung nikahin kamu," Suho menegak tehnya dan menyimpan mug tersebut diatas meja. Lalu melipat kedua tangannya di dada dan bersandar pada punggung sofa.

"Dan bodohnya saya hampir buang anak saya yang pertama. Hongjoong bilang,saya banyak berubah sejak saat itu, sejak Aisha pergi,kamu dan Namjoon datang kedalam hidup saya dengan alasan sahabat. Saya kehasut sama semua omongan kamu,mulai dari Wooyoung yang harus saya buang ke panti karena dia cacat,dan Aisha yang pergi karena nyelametin kamu dari tabrak beruntun. "

Suho menjeda omongannya untuk melihat ekspresi Irene. Irene hanya diam angkuh, Suho sadar selama ini dia terlalu memanjakan kehidupan mewah pada Irene juga Namjoon sampai lupa pada Hongjoong.

"Saya menyesali semuanya,saya ingin kembali ke kehidupan saya yang dulu,gaada campur tangan kamu dan suami kamu itu. Aisha istri saya,kalian yang buat istri saya pergi."

"Gausah ungkit masa lalu. Aku gak suka ya kalo mas ngungkit tentang dulu," ucap Irene angkuh.

"Kenapa?kenapa saya gak boleh ngungkit masa lalu saya sendiri?,kamu kesinggung?," tanya Suho sambil menaikkan sebelah alisnya.

#3. Lokawigna ; [joonghwa] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang