03. + dia kak Namjoon

713 120 5
                                    

[ Lokawigna ]

Dengan membawa helm di pelukannya, Hongjoong berusaha memelankan suara langkah kakinya. Matanya dipakai untuk mengontrol sekitarnya jaga jaga jika ada yang tahu kedatangannya.

Baru saja Hongjoong memegang kenop pintu kamarnya, panggilan dari belakangnya membuat Hongjoong menghela nafas lalu dengan murung berbalik kebelakang menatap sosok menyeramkan di depan sana.

"Masih inget pulang kamu?? dari mana aja semingguan kgk balik?!" Pria tua di hadapannya berdiri tegap dengan tangannya yg dilipatkan di depan dada.

"Hehe, inget pulang dong, yah. Kan ini masih rumah Hongjoong" jawab Hongjoong sambil masang senyuman watadosnya.

Asal tahu, Hongjoong jarang pulang kerumahnya. Berbagai alasan ia lontarkan seperti ada tugas lah, kerja kelompok, atau hal lainya. Aslinya Hongjoong mabar game, atau sesekali jalan jalan ke angkringan dengan circle nya, kadang juga nonton konser.

"Ngapain aja kamu??!! Bilangnya ada tugas ada tugas, kelompok sana sini lah. Mana?? Tau nya main melulu, buat onar sana sini!" marah ayah membuat Hongjoong menunduk dan mendengarkan.

"Apa tuh luka luka di muka kamu?? Tawuran lagi?? Ngancurin tempat lagi iya?? Ngancurin dunia lgi??? Mana piagamnya buat kemenangan tawurannya?? Mana?!"

"Nggak ada, yah. Hongjoong tawuran kok bukan Olimpiade"

"Hongjoong. Kamu ga kapok kapok ya?? Mamah kamu udh berapa kali dipanggil kesekolah gara gara kamu??"

"Maaf, ayah"

Hongjoong itu tidak pernah luluh di hadapan orang lain, apalagi menundukkan kepalanya seperti kena hukuman. Hongjoong tidak pernah takut kepada bantahan, cacian, dan bullyan orang lain. Malah Hongjoong lawan.

Benar kata Minho, Hongjoong itu kelewat santuy, apalagi dihadapan orng yang baru dikenal.

Hanya di depan ayahnya, Hongjoong bisa menunduk dan memberikan rasa hormat itu. Ingat!! Hanya ayahnya. Mamahnya? Tidak tuh, menurut Hongjoong hidup itu tidak perlu banyak takut, apalagi klo cuma manusia yang cuma bisa ngebuat dosa juga munafik. Yang Hongjoong takuti dan Hongjoong hargai di dunia ini ada tiga, yang pertama Tuhan yg menciptakannya, lalu ibu yang melahirkannya, dan ayah yang mengantarkan Hongjoong hidup. Mamah?? tidak perlu, mamah bukan siapa-siapa Hongjoong.

Kata Hongjoong sih- "mamah sama kakak gpp jadi keluarganya ayah, tapi kalian bukan siapa siapanya Hongjoong. Jadi gausah ngatur ngatur Hongjoong" selanya setiap kali mamahnya ikut campur urusan Hongjoong.

"Maaf ayah" mohon Hongjoong ketika melihat wajah ayah yang dipenuhi urat urat mengeras.

"Sini kamu" Ayah menghampiri Hongjoong tapi Hongjoong dengan muka cemasnya lari kebelakang Sofa.

"A-ayah,hehe mau ngapain??? Duh yah udh dong kan udh minta maaf" mohon Hongjoong.

"Sini kmu! Anak ini harus diapain sih ga nurut nurut" Ayah mengikuti arah anaknya berlari.

"SINI KAMU!! BELUM RASAIN JURUS BARU AYAH YA"

"PLEASE YAH, HONGJOONG UDH PERNAH RASAIN KOK, SUER"

"SINI KAMU!!! KOK MAKIN NGACO YA HIDUP KAMU, PAPAH UDH SUSUN HIDUP KAMU ESTETIK DRI DULU BIAR KAMU GA JADI ANAK NAKAL, EH MALAH DIANCURIN...SINI KAMU!!!"

"IYA YAH, NANTI AKU SUSUN LAGI HIDUP AKU BIAR RAPIH"

Berakhir lah mereka yang kejar kejaran seisi rumah dengan si ayah yang membawa panci.

Tak lama mereka berdua tergeletak di lantai dengan lengan Hongjoong yang sudah memerah karena kena satu pukulan panci tadi.

"Ah hah hah hah, yah udh puas ya lari lariannya? Aku capek, pen bobo cantik"

#3. Lokawigna ; [joonghwa] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang