"Karena kita udah mau di penghujung acara, mungkin dari Braja ada yang mau disampaikan soal panitia ospek semester depan?"
"Jangan cinlok!"
"Nyindir lo, ya?"
Gelak tawa Braja bisa Rayadinata dengar dengan jelas.
"Ampun! Hm, apa ya? Pokoknya buat calon panitia ospek besok, jangan lupa jaga kesehatan. Karena selain fisik, mental kalian harus kuat; apalagi kita punya acara inti dari pra-ospek sampai Hari H. Jangan apa-apa langsung dibawa pakai emosi, kalau capek istirahatnya gantian. Harus siap buat ngadepin beberapa maba yang rewel atau bandel. Kalau ada hal yang mau disampaikan, langsung diomongin; jangan cuma ngedumel di circle kalian aja. Kalau kata ketua ospek kemarin, sih, kuncinya satu: yang capek nggak cuma kamu, tapi yang lain juga. Jadi, ayo kerja bareng-bareng, dimaksimalkan, biar kita bisa cepet-cepet istirahat dengan hasil yang memuaskan."
"Wih, keren lo masih inget omongannya Mas Yuda!"
"Inget, dong. Membekas di hati, eh."
"Dangdut sekali, ya, lur. Anyway, terima kasih buat Braja karena udah mau mampir ke Night Chit Chat buat ngobrol dan sharing pengalaman sebagai panitia ospek tahun lalu. Untuk para calon panitia ospek, semangat! Gue, Adit, mau undur diri dulu soalnya udah malem, keburu diusir satpam gedung."
"Hahahaha."
"Sampai jumpa besok malem, guys!"
"Yah, telat banget." Rayadinata merutuki nasibnya. Perjuangannya membawa radio tua dari kamar ayahnya ke kamarnya sendiri tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Meski begitu, Rayadinata masih punya kesempatan untuk mendengarkan suara Braja meski hanya sebentar.
Gadis yang sedang melakoni semester dua di bangku perkuliahan itu menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, mendengarkan beberapa lagu yang diputar radio kampusnya sebelum tengah malam. Meski segmen Night Chit Chat sudah berakhir, biasanya DJ Adit masih tetap memutar beberapa lagu sebelum siaran radio kampus itu benar-benar ia sudahi pada pukul 23:59.
Rayadinata memang jarang bahkan hampir tidak pernah mendengarkan siaran dari Neo Radio, tapi dia tahu kalau tidak ada lagi siaran radio di atas pukul 00:00, menjadikan Night Chit Chat sebagai segmen paling larut di Neo Radio. Informasi yang Rayadinata dapat dari sesi perkenalan UKM selama ospek itu cukup membekas di ingatannya, entah mengapa.
Rayadinata nyaris terlelap ketika sebuah suara membuatnya terjaga.
Suara yang berasal dari radio di atas nakas.
"Halo, semuanya! Kembali lagi di segmen After Midnight bareng cowok ganteng dari Bantul, alias gue, Heksa Kesuma!"
Rayadinata melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 00:01. Apakah Neo Radio sudah menambah segmen baru?
"Seperti biasa, gue bakal bacain pengalaman-pengalaman horor dari para pendengar yang udah dikirim lewat email. Let's see ... ah, ini dia. Udah siap? Coba dicek dulu di kolong tempat tidur, atau di atas lemari, atau mungkin di sebelahmu. Ada yang nimbrung, nggak?"
Penyiar itu terkekeh geli, dan secara tiba-tiba bulu kuduk Rayadinata meremang saat mendengar bagaimana DJ Heksa tertawa.
"Sebelum gue bener-bener memulai, gue mau ngingetin lagi siapa tahu ada pendengar baru di segmen ini. Lo boleh banget ngirim pengalaman mistis lo lewat email ke neoradio@gmail(dot)com dengan subject After Midnight, dan nantinya kita pilih secara acak buat dibacain tiap malemnya."
Rayadinata bergumam sambil menopangkan dagu pada tangan kanannya. Ah, jadi ini semua berdasarkan pengalaman nyata para pendengar, ya? Berarti dalam satu segmen, hanya ada satu cerita?
Selagi Rayadinata bertanya-tanya pada dirinya sendiri, DJ Heksa kembali berbicara.
"Kali ini gue mau baca cerita dari ... Inneke. Lampu kamar udah dimatiin 'kan? Pintu udah dikunci? Tirai udah nutupin jendela? Buat jaga-jaga, siapa tahu ada yang ngintip mau ikutan denger di sebelah lo juga, hehehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Midnight
HorrorI thought everything was normal, until I realized how wrong I was. -Bathed in Fear, Bonus Project 1. © 2021 nebulascorpius