VIII

72 15 0
                                    

"Halo, Kak Heksa! Kenalin namaku Coraline. Lewat email ini, aku mau berbagi sedikit pengalaman waktu aku ngekos di suatu tempat. Nggak tahu ceritanya bakal nakutin apa enggak, intinya aku cuma mau sharing aja, hehe.

"Beberapa bulan lalu, aku ngekos sementara di tempat temenku (sekarang udah pindah). Jadi, aslinya aku nggak berniat buat ngekos di situ karena jaraknya jauh banget dari kampusku. Tapi karena kos-kosan yang aku incar ini baru punya kamar kosong semester depan, akhirnya aku mutusin buat di kosan temenku dulu. Untungnya harga sewa per bulan lebih murah (ya maklum, jauh dari kampus-kampus), jadi nggak masalah.

"Aku sendiri tipe orang yang kalau ngerjain tugas terbiasa malem bahkan dini hari. Bukan karena males, tapi emang otakku baru bisa diajak kerja sama di jam-jam segitu, hahaha. Kebetulan temenku (ada dua orang yang ngekos di tempat itu) juga setipe kaya aku, jadi kami bertiga sering nugas sambil ngobrol ataupun ngemil di depan kamar, kadang juga di dalem kamar masing-masing tapi saling nemenin.

"Singkatnya, aku mulai ngerasa ada yang aneh setiap aku begadang, entah itu nugas atau sekedar nonton film. Jadi, kaya ada suara orang mukulin tembok dari arah luar kosan. Aku pikir itu pasti kerjaan pemuda-pemuda sekitar kosan, soalnya emang agak bandel anak-anak di situ.

"Tapi, makin lama rasanya makin aneh dan janggal. Mukulnya tuh nggak di satu tempat atau di kamarku aja, tapi kaya lari dari ujung ke ujung mukulin tembok kosan. Ganggu banget 'kan? Apalagi mukulnya tuh keras, aku lagi dengerin musik aja masih bisa denger 'duk, duk, duk' dari temboknya.

"Sampai suatu ketika, aku ngomongin soal itu ke temen-temenku. Waktu aku habis cerita, mereka diem aja, terus akhirnya ngaku kalau mereka juga sering denger kaya gitu di kamar mereka kalau pas begadang.

"Tadinya aku mau laporin ini ke pemilik kos karena merasa keganggu sama pemuda-pemuda yang sering mukulin temboknya. Tapi aku baru sadar kalau itu nggak mungkin ulah orang iseng.

"Kalian tahu tembok rumah yang cuma disemen sekali gitu 'kan? Yang permukaannya kasar dan bikin sakit kalau tangan kita ditekan ke situ? Nah, belakang tembok kos-kosan tuh kaya gitu, dari ujung ke ujung. Cuma sekadar megang aja kadang sakit, kebayang nggak sih ada orang mukulin tembok itu dari kamar pertama sampai kamar paling ujung? Orang normal pun nggak akan mau mukulin tembok kaya gitu.

"Yah, kecuali ... kalau yang mukulin temboknya emang bukan orang ...."


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Wah."

Benar. 'Wah' adalah ungkapan yang tepat untuk digunakan setelah membaca cerita yang baru saja dibaca oleh DJ Heksa. Se-nyeleneh apa pun seorang Hendrasaka, dia pasti menolak jika diminta untuk tembok bersemen yang kasar, meski dengan iming-iming boneka Rapunzel. Rayadinata juga bakal menolak mentah-mentah meski diberi imbalan album NCT. Ia sudah pernah secara tidak sengaja memukul tembok seperti yang dimaksudkan oleh Coraline dalam ceritanya, dan sensasi perihnya sungguh membuat Rayadinata kapok.

"Mari kita ambil sisi positifnya aja. Mungkin siapa pun atau apa pun yang mukul tembok kos-kosan itu punya maksud tersendiri. Bisa jadi dia berusaha ngingetin para penghuni kosan biar cepet-cepet tidur, soalnya begadang 'kan emang nggak bagus buat kesehatan."

Benar juga.

Tapi 'kan tetap saja ....

"Semoga cerita Coraline tadi bisa menjadi pengantar tidur buat kalian, ya. Gue, Heksa Kesuma, pamit undur diri dulu. Kalian juga langsung tidur, jangan ngelanjutin begadangnya. Nggak mau 'kan kalau sampai ditegur kaya Coraline dan temen-temennya?"

After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang