"Bukan rahasia umum kalau ada syarat tertentu buat ngelakuin perjanjian sama dia, iya nggak, Ra? Sebenarnya syarat yang dikasih banyak, tapi syarat utama yang harus dipenuhi cuma satu, yaitu tumbal dua orang. Adikmu-"
"Kamu apain Arsa?!" Rayadinata berteriak, membuat Heksandriya terkejut selama beberapa detik sebelum ia tertawa terbahak-bahak.
"Menurutmu, adik tirimu itu diapain, Ra? Tadi udah lihat 'kan?"
"Berengsek!" Rayadinata memaki pemuda yang ada di hadapannya, berusaha memukul Heksandriya. "Berengsek!"
"Kok, aku? Bukan aku yang bunuh adikmu, kok. Urusanku 'kan cuma sama kamu, nggak sama yang lain."
"Jahat. Jahat banget. Urusan ini harusnya cuma sama aku aja 'kan? Harusnya nggak usah bawa-bawa orang lain."
"Aku jahat?" Heksandriya memberikan tatapan seolah-olah Rayadinata baru saja melontarkan pernyataan tolol tentangnya. "Ya ... emang? Kamu pikir hidup dan tumbuh besar di dalam 'sana' selama bertahun-tahun bakal bikin aku jadi manusia yang baik, Ra? Ditambah ...." Heksandriya sengaja memberikan jeda dramatis, lagi-lagi mendekatkan wajahnya ke wajah Rayadinata dengan senyum yang tidak pernah luntur. "Apa kamu pikir nggak aneh, kakakku bisa melakukan perjanjian tanpa harus mengorbankan dirinya sendiri?"
Tunggu. Tunggu sebentar. Alarm tanda bahaya sudah nyaring terdengar di kepala Rayadinata, tetapi gadis itu masih belum paham dengan situasi yang sebenarnya.
"Kebencianku ke kamu yang terlalu besar dimiliki oleh seorang anak kecil menarik perhatian dia, Rara. Iya, Iblis itu sendiri. Sebelum Mbak Hayu bikin perjanjian itu, dia mengajukan persyaratan tertentu sama aku. Kalau aku mau bebas dan ketemu Mbak Hayu lagi, harus ada seseorang yang gantiin aku di sana untuk sementara waktu.
"Kamu ngilang sama aja bikin bapak tirimu makin tersiksa setelah adik tirimu mati. Secara nggak langsung, kehilangan kalian berdua bakal mengantar dia ke kematian, jadilah tumbal kedua."
"Nggak, nggak mau-"
"Hush, kenapa nggak mau? Aku juga belum selesai ngomongnya, kok, udah bilang nggak mau."
"Heksa, please-"
"Tapi, bapak tirimu bakal aman kalau kamu mau ngelakuin sesuatu."
Rayadinata tahu kalau syarat yang akan diajukan untuk menyelamatkan ayahnya akan sulit. Namun, Rayadinata merasa perlu untuk membalas budi kepada pria yang telah menyelamatkannya saat ayah kandung Rayadinata terjatuh ke jurang dan secara tidak sengaja menyeret putrinya beberapa tahun silam.
"Apa syaratnya?"
"Jadi istriku. Bakal kutunggu sampai kamu lulus kuliah. Setelah itu, udah, you're mine."
"Istri?" Rayadinata berbisik dengan amarah yang kembali meluap. Kemarahan yang muncul itu bukan tanpa sebab. Ia merasa takut sekaligus dipermainkan. Rayadinata mengkhawatirkan ayahnya yang saat ini sedang berada di luar rumah; mara bahaya bisa menyerangnya dari arah mana saja. "Jangan bercanda. Siapa tadi yang bilang benci sama aku?"
"Aku emang benci beneran, kok. Saking bencinya, aku kepingin kamu tersiksa sampai aku puas, sampai aku merasa siksaan itu cukup buat membalas semuanya. Dengan kamu nikah sama aku, itu semua bisa terwujud 'kan? Aku bisa bikin kamu tersiksa sesukaku."
"Jaminannya apa?"
"Bapakmu aman. Beneran aman sampai dia meninggal sesuai takdirnya sendiri. Temenmu yang kuliah di luar negeri juga aman, cuma bakal dihapus ingatannya soalnya dia tahu terlalu banyak soal ini."
"Hendy?"
"Ah, si anak peka itu, ya? Tenang, dia nantinya tahu sendiri, kok. Toh, dia 'beda'. Dia bakal aman, aku berani jamin soal itu."
"Kalau kamu ngelanggar-"
"Aku nggak akan melanggar perjanjian selama kamu juga nggak melanggar itu. Gimana? Sepakat?"
Ini semua demi ayahnya, bukan? Demi Yera, juga demi Hendy?
Harus. Rayadinata harus melindungi dan menyelamatkan mereka setelah Arsadinata pergi.
Rayadinata menghela napas dan hanya dengan anggukan kepalanya yang singkat, Heksandriya melemparkan senyum kemenangan dan memagut bibir gadis yang ada di hadapannya.
Sayangnya, Rayadinata lupa satu hal sederhana. Rayadinata terlanjur mengiyakan, tanpa sadar kalau itu semua hanya pemanis supaya ia menyanggupi persyaratannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Midnight
HorrorI thought everything was normal, until I realized how wrong I was. -Bathed in Fear, Bonus Project 1. © 2021 nebulascorpius