"Kenalin, gue Inneke. Gue kepingin sharing tentang kejadian mistis yang gue alami beberapa tahun lalu, lebih tepatnya waktu gue masih ngekos di salah satu kawasan yang lumayan padat penduduk di Jogja. Waktu itu belum malem banget, antara jam 8 sampai setengah 10, pokoknya jam-jam di mana Jogja tuh masih rame.
"Jadi, di kos-kosan kebetulan cuma gue sama salah satu temen yang lagi di situ, namanya sebut saja Alice. Penghuni kos yang lain lagi pada pergi, jadi suasana kosan emang sepi banget. Lingkungan di luar kosan yang biasanya ramai anak kecil atau ibu-ibu nggosip pun waktu itu sepi. Kita berdua laper, tapi males ngeluarin motor. Jadi kami sepakat buat beli sate keliling aja, yang emang hampir selalu lewat depan kos-kosan kami.
"Kalian tahu 'kan, ciri khas penjual sate keliling itu apa? Iya, pakai lonceng buat ngode, 'misi, saya dateng nih', ke calon pembelinya. Gue, yang waktu itu lagi duduk di ruang tamu, denger suara lonceng itu. Alice yang lagi di kamar buat ngelanjutin tugasnya juga denger. Karena anaknya lagi sibuk, gue berinisiatif buat mesenin pake duit gue dulu, dia bisa ganti nanti pas kita makan.
"Gue keluar dari kosan, dan nggak lihat siapa-siapa. Nggak ada abang penjual satenya, nggak ada apa pun. Waktu itu gue masih positive thinking; oh, mungkin abangnya lagi belok ke halaman rumah orang kali. Akhirnya gue balik lagi terus bilang ke Alice kalau penjual satenya belum keliatan.
"Beberapa menit kemudian, suara loncengnya kedengeran lagi, lebih keras dari sebelumnya. Dan kali ini, ada aroma satenya. Otomatis gue mikir, jangan-jangan kosan sebelah juga beli, soalnya mereka emang pelanggan tetap sate keliling itu plus aroma satenya tuh kecium baget. Bisa ngebayangin 'kan, gimana enaknya aroma sate yang lagi dibakar?
"Gue keluar lagi dari area kosan dengan harapan ketemu penjual satenya. Tapi kalian tahu apa? Iya, nggak ada. Nggak ada abang penjualnya, nggak ada gerobak satenya, yang ada cuma asap tebel khas orang habis bakar sate beserta aromanya yang masih sekuat dan seharum itu.
"Panik? Jelas. Gue noleh ke kiri dan ke kanan, nyari ke ujung gang yang satu dan lainnya, tapi nggak ada apa-apa. Sama sekali nggak ada apa pun dan siapa pun. Gue balik ke kosan, cerita ke Alice sekaligus meyakinkan diri kalau bukan cuma gue yang denger suaranya. Dia mengiyakan kalau dia juga denger suaranya dari kamar, dan ikut bingung juga kenapa si tukang sate nggak ada di mana-mana.
"Akhirnya kita berdua sepakat buat nyari ke gang-gang lainnya. Hasilnya tetep nihil, seolah-olah emang nggak pernah ada tukang sate yang lewat di area kos gue. Kalau keinget masih suka merinding, soalnya kalau halusinasi kok yang denger dua orang, mana ada asap sama aroma satenya di sekitar kos-kosan.
"Sampai sekarang, gue nggak tahu pasti itu apa. Entah gue sama Alice yang nggak teliti nyari abang tukang satenya, atau emang kita berdua dikerjain sama you-know-who. Kalau beneran yang kedua, gue cuma mau bilang, lain kali jangan ngerjain mahasiswi ngekos yang kelaperan, ya. Jahat banget rasanya dikibulin sama dedemit."
Rayadinata merasa geli sekaligus ngeri setelah DJ Heksa selesai membacakan cerita Inneke. Apabila itu hanya halusinasi, keberadaan asap bakaran sate begitu juga aromanya patut dipertanyakan.
Kalau itu benar-benar ulah hantu, lantas apa tujuannya? Iseng menunjukkan eksistensi mereka kepada manusia?
"Aneh, ya? Apalagi udah sampai dicari-cari ke gang lain juga nggak ketemu, lho. Tapi kaya gitu gue kembaliin ke kalian, apa yang sebenernya didenger sama Inneke juga Alice. Kalau gue pribadi, bisa jadi itu you-know-who. Kali aja mereka iseng 'kan, mau eksis juga di dunia kita."
Rayadinata termenung selama beberapa detik sebelum tertawa kecil saat menyadari kalau DJ Heksa juga mengatakan apa yang sejak tadi ia pikirkan.
"Yang jelas, nggak memungkiri kalau kehidupan kita sama 'mereka' itu saling berdampingan, cuma sebagian dari kitanya aja yang nggak tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Midnight
HorrorI thought everything was normal, until I realized how wrong I was. -Bathed in Fear, Bonus Project 1. © 2021 nebulascorpius