~ AL 23 ~

1.8K 236 21
                                    


Sebelum maghrib Algis tiba di Bandung dengan selamat, semua orang sangat khawatir  terutama Aluna, saat dia tidak bisa di hubungani dari siang berbagai macam pikiran buruk menghantui mereka, takut terjadi sesuatu seperti tahun lalu.

Aluna melontarkan berbagai macam pertanyaana terhadap suaminya karena sudah membuatnya begitu khawatir.
Kini mereka sudah berada di kamar. Kedua anak mereka sudah tidur.

"Beneran tadi Aa nganter dulu teman ke rumahnya, dan hp Aa lowbat di jalan juga macet. Jadi ga bisa menghubungi kalian, maaf ya sayang telah membuat kamu khawatir" Algis memeluk Aluna yang sedang berdiri di depan jendela kamarnya. Dia masih kesal pada sang suami.

"Tau ga aku tuh sampai ga bisa ngapa-ngapain karena mikirin kamu A. Aku belum siap menjadi janda untuk yang kedua kalinya" ujar Aluna, dia masih enggan memandang Algis. Tapi menikmati pelukan hangat sang suami.

"Iya janji ga akan aku ulangin lagi. Maaf ya, aku juga tidak ingin menjadikanmu seorang janda lagi. Pasti banyak yang ngantri" Algis mencium bahu istrinya.

"Geli ih" Ujar Aluna saat Algis tak henti-hentinya mencium bahunya.

"Geli apa enak" goda Algis.

"Geli"

"Oh ya gimana persiapan resepsi kita sayang"

"Alhamdulillah sudah selesai semua. Semoga sesuai rencana kita, tidak ada halangan." Aluna membalikkan badannya menghadap Algis. Membelai wajah tampan suaminya. Karena dia hanya setinggi pundak Algis, dia menjinjitkan kakinya untuk mengecup bibir ayah dua anak itu.

Hari ini Algis telah sukses membuatnya khawatir. Yang dia pikirkan hanya anak-anaknya yang masih kecil, dia tidak bisa  membayangkan si kembar tumbuh tanpa seorang ayah.

"Kapan mommy akan datang ke Bandung?"

"Besok mereka akan berangkat dari Jakarta."

"Kalau kita kapan ke Jakarta?"

"Ada beberapa ruangan yang akan di renovasi, termasuk kamar twins setelah selesai baru kita akan kembali ke Jakarta."

"Kamu ga apa-apa kan tinggal sama mommy di rumahnya?" Tanya Algis. Memang mereka akan tinggal di rumah Indah setelah kembali ke Jakarta.

"Kenapa ngomong begitu?" Heran Aluna dengan suaminya ini. Jelas dia tidak keberatan sama sekali.

"Enggak takutnya kamu ga mau tinggal nyampur dengan mertua. Bukan aku ga mampu beli rumah, tapi..." Sebelum Algis melanjutkan ucapannya Aluna terlebih dulu membungkam Algis dengan bibirnya.

"Kamu tahu A, aku tidak pernah menganggap mommy mertuaku. Aku sayang dia seperti sayang sama bunda dan mamahku. Mommy pun memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Jadi kenapa aku harus nolak tinggal sama mommy" ujar Aluna, dia mengerti pikiran Algis. Dia tahu suaminya itu mampu membeli rumah yang lebih bagus dari rumah orang tuanya. Algis pernah berkata, dulu sebelum menikah Reva sering bilang tidak mau tinggal dengan mertuanya. Makanya Algis langsung membelikannya rumah mewah sebelum mereka menikah.

"Terimakasih ya sayang, kamu memang istri yang sangat aku dambakan"

"Emang istri idaman Aa seperti apa? Kenapa Aa dulu menikahi artis."

"Istri idamanku, dia yang mampu mengurusku  dan anak-anakku."

"Kenapa aku menikahi artis, mungkin karena dulu aku belum bertemu denganmu" ujar Algis santai.

"Setelah kita hidup bersama walau hanya beberapa bulan saja. Aku merasa kamulah yang aku cari selama ini, kamulah yang aku butuhkan. Terimakasih telah hadir di hidupku menerimaku jadi suamimu."

"Mari kita mulai dari awal untuk keluarga kecil kita. Memberikan kasih sayang yang berlimpah pada anak-anak kita. Aku tidak akan berjanji apa-apa, tapi aku akan buktikan aku bisa menjadi suami yang kamu impikan"

"Bimbing aku A, kalau aku salah."

"Itu pasti, kamu juga harus negur aku kalau aku salah. Intinya kita harus saling mengingatkan jika di antara kita berbuat salah" Algis mengeratkan pelukannya, mereka sama-sama diam dengan pemikiran masing-masing.

"Kita tidur yuk, pasti Aa lelah" Tanpa menjawab Algis langsung mengangkat tubuh istrinya.

"Sekarang sedikit berat ya, tapi aku suka" ujar Algis, dulu sebelum melahirkan si kembar Aluna memang kurus, tapi sekarang badannya sedikit berisi.

"Ya udah nanti aku diet"

"Jangan, aku suka kamu apa adanya, kamu harus banyak makan, kamu kan harus memberi nutrisi yang cukup untuk tiga bayi kamu." Algis meletakkan Aluna di atas tempat tidur mereka.

"Tiga? Si kembar kan cuma dua" Algis terkekeh.

"Bapaknya si kembar kan juga harus di kasih nutrisi" Aluna langsung mengeplak lengan suaminya.

"Dasar kamu A"

"Iya dong. Aku kan juga butuh asupan nutrisi seperti twins mamah" Ujar Algis tanpa dosa.

"Mumpung mereka nya tidur, kalau bangun mana ada aku di kasih ini masa mereka" Aluna mengikuti arah pandangan suaminya.

"Apa sih ngomongnya aku ga ngerti"

"Masa sih ga ngerti,"

"Kita bikin adiknya twins" bisik Algis.

"Aku ingin punya anak perempuan, semoga aja jadinya perempuan ya" Algis mengusap perut rata Aluna.

"Kalau laki-laki lagi juga ga masalah. Berarti kita harus bikin sampai jadi perempuan."

"Aa kok jadi rewel ya setelah sadar dari koma" Algis menjawil hidung bagir Aluna.

"Dulu kan Aa cuek banget sama aku jangankan ngobrol, liat aku aja engga sudi kayanya" Aluna teringat saat pertama kali menikah dengan Algis. Laki-laki itu langsung pergi entah kemana setelah acara akad.

"Itu kan dulu sayang, sebelum aku dapat hidayah. Sifat ku emang seperti ini. Mulai sekarang kamu harus terbiasa dengan sifat asli seorang Algis Dyandra Aldama"

"Iya semoga Aa selalu begini tidak berubah sampai nanti"

"Ayo mulai A, takut mereka bangun"

"Udah ga sabar ya,"

"Bukan gitu, kalau laper mereka pasti bangun" ujar Aluna. Dan benar saja sebelum memulai Alden dan Aleef bangun bersamaan. Mungkin mereka sepakat mengganggu orang tuanya.

Bersambung

Typo bertebaran

Kalau ga tidur aku up 2 kali nanti

21 Juni 2021
THB

AL (Algis & Aluna) Aldama Family Seri 5 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang