~ AL 15 ~

2.1K 258 33
                                    

Happy Reading


"Kenapa ga pernah bilang sama mommy" Saat ini Indah sedang berada di Bandung tepatnya di kediaman mantan besannya.

"Maafin Luna mom" cicit Aluna.

"Apa Algis tahu" Aluna menggeleng. Indah menarik nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya. "Boleh mommy memegang nya" Tanya Indah. Aluna mengangguk.

"Masha Allah, berapa bulan?" Ujar Indah sambil mengusap perut Aluna yang mulai membuncit.

"Jalan empat mom"

"Kenapa sudah besar ya. Apa jangan-jangan...." Indah teringat saat mengandung A4 dulu. Di usia empat bulan sudah besar seperti Aluna.

"Mereka ada dua" ujar Aluna. Indah sedikit kaget, tapi kemudian senyumnya mengembang.

"Alhamdulillah. Mommy senang banget, mommy akan punya cucu kembar  lagi" tak terasa Indah menitikkan airmatanya bahagia.

Tiga bulan berlalu, kemarin malam Indah masuk ke kamar yang dulu Aluna tempati. Dan dia tak sengaja melihat tiga buah testpack yang tersimpan di dalam nakas. Betapa kagetnya saat dia menemukan benda itu, ada rasa bahagia, kecewa, marah campur aduk. Paginya Indah langsung pergi ke Bandung di antar sopir pribadinya.

"Apa ada yang tahu di keluarga "

"Kak Maitha. Tapi aku yang melarang dia untuk tidak bilang sama siapa-siapa." Ya Maitha sering menghubunginya menanyakan kenapa belum memberitahu keluarga Algis tentang kehamilannya. Aluna selalu bilang nunggu waktu yang tepat, karena Maitha pernah ada di posisi Aluna dia menghormati keputusannya, pasti Aluna punya alasan kuat kenapa belum menceritakan  kehamilannya pada keluarga mantan suaminya.

"Sekali lagi Luna minta maaf, bukan maksud Luna mau menyembunyikan mereka." Lirih Aluna.

"Kapan kamu akan memberitahu ayah mereka?"

"Secepatnya, sebelum mereka lahir"

"Baiklah mommy menghormati keputusan mu. Algis juga harus di beri pelajaran. Kenapa lebih memilih wanita itu daripada anak nya" Indah benar-benar kesal pada putra bungsunya. Bisa-bisanya menceraikan Aluna.

"Mommy nginep di sini" Tanya Aluna.

"Tidak, besok mommy ada urusan."

"Kita makan dulu bu." Ajak Nimas yang baru selesai masak. Tadi dia membiarkan Aluna dan Indah berbicara berdua.

"Terimakasih bu Nimas, jadi merepotkan." Indah sudah mendengar semua cerita tentang hidup Nimas dari Aluna. Mulai dari di khianati suaminya, kehilangan kedua anaknya, sampai menikah dengan mantan adik iparnya serta menerima kehadiran Aluna dalam hidupnya. Indah sangat kagum padanya, sama-sama di khianati suami sampai suami mereka punya anak dari WIL nya. Tapi Indah bersyukur pada akhirnya mendapatkan laki-laki yang benar-benar mencintai dan menyayanginya setulus hati. Serta kehadiran anak-anaknya.

"Tidak sama sekali bu. Ayo di cobain masakan khas kampung kami" Mereka sudah tiba di ruang makan, terlihat beberapa menu khas Jawa Barat terhidang di sana.

Hari ini Nimas memasak pecak ikan gurame, karedok, tumis kangkung, pepes tahu, oreg tempe, bakwan jagung, prekedel, sayur bolang / talas, sambal terasi serta extra lalapan.

"Saya dan suami juga suka makanan khas Indonesia,"

"Padahal Almarhum pak Hadi itu bule ya" Walau belum pernah bertemu langsung dengan besannya, Aluna bilang Algis sangat mirip ayahnya, jadi Nimas bisa membayangkan wajah suami Indah.

"Iya, tapi lidahnya Indonesia banget."

"Semoga Allah menerima amal ibadahnya"

"Amin" ujar Indah, sekarang dia sudah terbiasa hidup tanpa Hadi. Walau setiap malam selalu merindukan laki-laki yang sudah menemaninya selama lebih dari tiga puluh dua tahun itu.

"Kalau ini sayur apa bu?" Tanya Indah, baru pertama kali dia melihatnya.

"Itu sayur talas, biasanya kami menyebutnya sayur bolang. Itu resep mertua saya di Bekasi."

"Emang nanti tidak gatal di lidah" Karena yang Indah tahu seperti itu.

"Tidak, tadi setelah di bersihkan di potong-potong lalu di kukus terlebih dahulu." Indah mengangguk mengerti.

"Nanti saya kasih pohon talas nya, kebetulan sudah pada besar, pas untuk di sayur " ujar Nimas

"Terimakasih saya akan mencoba nya di rumah. Ternyata Aluna benar, bu Nimas ini memang pandai memasak ya. Semua masakan ibu cocok di lidah saya" ujar Indah. Banyak hal yang Indah tahu tentang Nimas dari Aluna salah satunya pintar memasak.

"Terimakasih bu. Aluna juga bilang ibu juga jago masak. Kapan-kapan nanti kita masak bareng ya" Aluna bilang walau Indah punya asisten banyak tapi dia yang masak untuk keluarganya. Wanita paruh baya itu masih gesit di dapur.

"Iya kayanya seru." Indah  senang dapat teman baru yang juga jago memasak. Dia dan juga kedua besannya yang lain sama-sama hobi memasak, dan mereka sering masak bareng jika sedang berkumpul.

"Aluna jaga kesehatan ya, kalau kamu ingin sesuatu. Bilang sama mommy ga usah sungkan-sungkan." Indah menggenggam tangan Aluna, dia memang sudah jatuh cinta pada Aluna saat pertama kali melihat Aluna.

"Terimakasih banyak mom." Nimas melihat memang Indah wanita yang baik, terlihat bagaimana dia memperlakukan putrinya.

Setelah makan siang Indah pamit pulang, karena memang jarak Jakarta Bandung jauh dia takut kemalaman di jalan. Tadi anak-anak menghubunginya mencari keberadaan Indah, memang dia tidak bilang akan pergi menemui Aluna.

****

Di rumah Algis

"Katakan siapa ayah bayi yang kamu kandung" Algis menatap tajam pada istrinya.

"Kamu tidak mau mengandung anakku tapi mau mengandung anak laki-laki lain" tadi Algis benar-benar khawatir saat Reva pingsan, lalu dia memanggil dokter. Betapa terkejutnya saat dokter bilang Reva hamil tujuh minggu.

"Yang pasti laki-laki yang mencintai ku yang hanya menjadikanku wanita satu-satunya dalam hidupnya" ujar Reva, dia sama sekali tidak takut dengan Algis yang akan marah padanya.

"Apa kamu bilang?"

"Kamu lupa, kalau kamu yang pertama kali menkhianati cinta kita. Kamu yang sudah menduakanku lebih dulu"

"Saat kamu membuka hatimu untuk wanita lain, aku juga bisa membuka hatiku untuk laki-laki lain" ujar Reva sambil mengusap perut nya. "Anak ini hadir dari buah cinta kami"

"Siapa laki-laki itu" Algis masih mencoba untuk tetap tenang.

"Saya" jawab seorang laki-laki yang baru datang

"Kamu..."

Bersambung

8 Juni 2021
THB

AL (Algis & Aluna) Aldama Family Seri 5 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang