~ AL 21 ~

1.6K 232 20
                                    


"Tidak...." ujar Harry. 

"Maksud saya kami tidak akan menolak Algis untuk menjadi menantu di keluarga kami kembali"

"Alhamdulillah " Algis bernafas lega. Acara di lanjutkan dengan pemakaian cincin oleh kedua belah pihak.
Saat Aluna berdiri untuk memakaikan cincin, tiba-tiba Algis berlutut di hadapannya ibu dari anak-anaknya.

"Aluna Anggita, maukah kau menerima saya menjadi suami kamu lagi, mengarungi bahtera rumah tangga bersama saya, yang saya tahu, sebaik-baik perhiasan adalah wanita dan istri yang solehah. Wanita itu sudah aku dapatkan yakni ibuku. Maka selanjutnya, maukah kau menjadi wanita solehahku, will you marry me?" Aluna tak dapat membendung airmatanya.

"Yes I do!" Algis lalu memasangkan cincin di jari manis calon istrinya. Semua keluarga yang menyaksikan itu juga ikut terharu. Mereka tahu kisah Algis dan Aluna selama ini.

"Alhamdulillah, semua sudah saling menerima. Semoga lancar sampai hari pernikahan kalian." Indah memeluk calon menantunya.

"Jadi sesuai rencana, pernikahan akan di langsungkan satu bulan lagi" ujar Asgar.

"Oke, mulai besok kita akan menyiapkan segala sesuatunya, semoga Allah mempermudah urusan kita semua"

"Amin."

Setelah acara tukar cincin, seperti biasa acara di lanjutkan dengan makan-makan. Meskipun rumah Harry tidak sebesar rumah keluarga Aldama, tapi rumahnya sangat nyaman.

Sebelum kembali ke hotel Algis ingin ikut menidurkan kedua anaknya terlebih dahulu. Ini kali pertama dia menemani anak-anaknya secara langsung, karena sejak bangun dari koma, Aluna pergi membawa si kembar.

"Terimakasih sayang kamu mau menerima ku kembali" Algis memeluk Aluna yang sedang menyusui salah satu anaknya.

"Aku yang harusnya berterima kasih pada Aa. Karena Aa sudah memilihku menjadi pendamping hidup Aa" ujar Aluna, matanya menatap Algis.

"Kamu memang pantas dan yang terbaik untukku, kamu yang selalu ngertiin aku walau kita belum lama kenal" Algis membelai wajah yang sangat ia rindukan.
"Aku kangen banget sama kamu mamah" Algis mengecup bibir Aluna singkat.

"Boleh kan kalau cium" Algis nyengir tanpa dosa.

"Enggak. Tunggu satu bulan lagi" ujar Aluna.

"Kamu tahu berapa lama aku menahannya. Satu tahun sayang"

"Siapa suruh lambat menentukan pilihan"

"Iya maaf, telah menunggu lama"

"Di maafkan." Aluna masih menyusui putranya yang belum tidur.

"Kakak sudah tidur, kenapa ade belum tidur hem" Algis mengusap wajah mulus putra keduanya.

"Masih laper ya" Ujarnya lagi saat melihat sang putra begitu semangat mengisap ASI dari sumbernya langsung.

"Apa dia selalu bersemangat begini kalau menyusu" Aluna menggeleng.

"Enggak. Biasanya campur susu formula,"

"Sekarang lebih besar ya, dari terakhir aku melihatnya," Aluna baru sadar ternyata Algis sejak tadi terus melihatnya menyusui Aleef.

"Ya ampun A, kenapa ada di sini, aku sedang menyusui Aleef. Keluar sana" Aluna langsung mengambil kain didekat nya, kemudian menutupi bagian sumber ASI si kembar.

"Kenapa emang?" Ujar Algis polos.

"Ya ga boleh lah, kita kan udah cerai, jadi belum boleh berduan seperti ini" Algis malah tertawa melihat wajah kesal mantan istrinya.

"Sepertinya aku akan nginep disini " goda Algis

"Enggak. Pulang sana" usir Aluna, sebenarnya dia juga kangen dengan Algis tapi dia akan menahannya sampai mereka menikah satu bulan lagi.

Algis tidak menghiraukan omongan Aluna, dia malah mendekat kan wajahnya pada wajah Aluna lalu mencium nya lembut.
"Aku tidak sabar untuk ini" ujarnya saat melepaskan bibirnya dari  bibir Aluna.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, "Ya ampun kalian mau ngapain " Indah masuk di ikuti Nimas saat Algis kembali mencium Aluna. Putra mereka masih ada di pangkuan Aluna, kedatangan kedua wanita paruh baya itu membuat Aluna malu, bagaimana tidak mereka melihatnya sedang berciuman dengan mantan suaminya.

"Pantesan kamu lama di sini ya" omel Indah. Tadi Algis bilang hanya sebentar menemani si kembar, tapi nyatanya...

"Sepertinya kita harus menikahkan mereka secepatnya " ujar Indah pada besannya.

"Ya sepertinya ada yang sudah tidak sabar" Nimas setuju dengan besannya.
Algis menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Maaf " Hanya itu kata yang terucap dari mulutnya.

"Kita akan membicarakan soal ini kembali. Kami tunggu kamu di bawah Al" ujar Indah lalu keluar dari kamar Aluna.

"Gimana ini A?"

"Kamu tenang saja semua nya akan baik-baik saja kok."

"Aku ke bawah dulu ya" Kemudian Algis bangun, sebelum keluar dari kamar, dia mencium pipi  kedua anaknya terlebih dahulu, dan tentunya ibu mereka juga.

Bersambung

17 Juni 2021
THB

AL (Algis & Aluna) Aldama Family Seri 5 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang