O9. Yang sebenarnya terjadi.

360 68 29
                                    

Which actually happened...

Zea memejamkan matanya dengan jari yang terus menari di atas tuts piano. Ia menikmati setiap nada yang ia buat bersama Ayden dengan sempurna.

Suara pintu ruang musik yang terbuka sedikit mengganggu konsentrasi Zea, namun ia mengira itu Ayden yang datang. Zea pun membuka matanya dan menoleh ke belakang.

Namun, yang dilihatnya bukanlah Ayden, melainkan Jian!

Jari lentik Zea yang sedari tadi menari di atas tuts piano kini berhenti bergerak. Ia menatap tajam ke arah Jian yang kini berada di sampingnya.

"Mau apa lo?" tanya Zea dengan raut wajah kesal.

"Jari lo terlalu bagus buat main piano, boleh lah gue cacatin dikit!" balas Jian dengan nada mengancam.

PRANGGGGG!

"Aghhhh..." Zea meringis kesakitan sambil memegangi tangannya. Jian dengan sengaja menutup piano saat jari Zea masih berada di atas tuts, menghancurkan jari-jari indah itu.

Jian tertawa puas melihat jari Zea yang bengkak dan berdarah. Ia telah merusak kesempatan Zea untuk tampil di kompetisi itu.

Zea merasa sangat marah dan terluka. Ia tidak menyangka Jian akan berbuat sejauh ini hanya karena iri dengan kemampuannya. Kini Zea harus menghadapi konsekuensi dari perbuatan Jian.

Zea berharap Ayden segera datang untuk menolongnya dalam situasi ini.

"Lo gak akan pernah bisa menang, bitch!" ucap Jian dengan tatapan penuh amarah dan kebencian ke arah Zea.

"Gak akan gue biarin lo menang juga!" seru Zea dengan rasa marah yang memuncak.

Dengan sekuat tenaga, Zea menendang Jian hingga terpental jauh dan menabrak lemari di belakangnya. Meskipun masih ada rasa sakit di jarinya, Zea tidak mempedulikannya. Ia buru-buru mengambil kunci ruang musik dan keluar, mengunci Jian di dalam ruangan tersebut.

Tidak peduli betapa sakitnya jarinya dan berapa banyak darah yang mengalir, Zea segera membuang kunci itu ke tempat sampah dan pergi menuju UKS untuk mengobati tangannya terlebih dahulu.

Zea menangis.

Ia benar-benar takut. Gadis itu merasa takut karena tidak bisa bermain alat musik dengan sempurna dengan kondisi jarinya yang seperti sekarang. Ia merasa sedih dan frustasi karena perbuatan Jian telah merusak kecintaannya pada musik.

 Ia merasa sedih dan frustasi karena perbuatan Jian telah merusak kecintaannya pada musik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Makasih, Ayden. Hiks, gue takut," ucap Jian sambil memeluk Ayden erat setelah Ayden membantunya keluar dari ruang musik yang dikunci oleh Zea.

Ayden memutar bola matanya malas dan menghembuskan napas untuk menahan emosinya karena Jian memeluknya. Perlahan, Ayden mengusap punggung Jian, lalu melepaskan pelukannya. Entah mengapa, Ayden merasa tidak tega melihat Jian yang menangis ketakutan karena ulah Zea.

𝗔 𝗳𝗼𝗿 𝗭 || 𝗔𝘆𝗱𝗲𝗻  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang