14. Senyum yang menyimpan luka

325 63 22
                                    

Zea menatap Renjun yang kini tengah terduduk di kursi panjang di halaman belakang rumahnya. Entah apa yang Renjun lakukan, Zea tidak tahu. Gadis itu memutuskan untuk menghampiri Renjun dan duduk di sampingnya.

Renjun yang sadar akan kedatangan Zea, jujur merasa senang. Tapi di sisi lain, ada perasaan sedih yang ikut tercampur di hatinya.

"Kamu ngapain di sini?? Dingin loh, mendingan tidur, besok sekolah..." ujar Renjun.

"Gak mau tidur, maunya temenin kak Injun. Lagipula ini rumah aku, kenapa kak Injun malah nyuruh-nyuruh aku!" balas Zea dengan nada julid.

"Seh, ni anak minta gue tebas palanya!"

"Kapan aku minta?"

"Barusan..."

"Enggak tu, aku gak minta kok..."

Renjun membungkam, lalu melanjutkan pergelutannya dengan Zea.

"Kamu tuh sakit, kenapa nyebelin banget sih? Tapi kakak sayang!"

"Entar sembuh, gak nyebelin lagi kok..."

Renjun tersenyum tipis mendengar balasan yang dilontarkan Zea. Kata "sembuh" yang dilontarkan dari mulut Zea, jujur membuat Renjun sedih. Renjun tahu bahwa Zea akan segera sembuh, dan itu berarti Zea akan semakin dekat dengan Ayden, orang yang dicintainya.

Renjun mencoba untuk menyembunyikan kesedihannya dan tetap bersikap ramah kepada Zea. Ia tidak ingin Zea menyadari perasaannya yang sebenarnya.

Glioblastoma adalah jenis tumor otak yang sangat ganas dan dapat mengancam nyawa penderitanya. Kesembuhan dari glioblastoma memang sangat sulit, namun tidak mustahil.

Renjun sangat khawatir dengan kondisi Zea. Jika saja Zea tidak keras kepala menolak untuk dioperasi, Renjun pasti akan menyuruhnya untuk segera menjalani operasi dan akan membiayai biaya pengobatannya.

"Ko diem?" tanya Zea, menyadarkan Renjun dari lamunannya.

Renjun berusaha untuk tetap tenang dan beranjak dari kursi yang didudukinya.

"Kakak pulang dulu ya, udah malem. Kamu jangan lupa minum obat sama tidurnya jangan terlalu malam ya!" ujar Renjun seraya mengusap pelan pucuk kepala Zea.

Setelah itu, Renjun pun pergi meninggalkan Zea dan pulang dari rumahnya.

Sementara Zea hanya terdiam menatap kepergian Renjun dengan bingung. Ia merasa ada yang berbeda dari Renjun. Pertanyaan "Renjun berubah?" terus terngiang di kepalanya.

Renjun sebenarnya sangat khawatir dengan kondisi Zea. Ia takut jika Zea tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, penyakitnya akan semakin parah. Namun, Renjun juga tidak ingin memaksa Zea untuk melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan. Ia hanya bisa berharap Zea mau mendengarkan saran dan nasihatnya demi kebaikan Zea sendiri.

---

Setelah kejadian di mana Ayden dan Jian dikeluarkan dari sekolah, semua siswa-siswi di sekolah memandang Ayden sebagai orang yang buruk dan membencinya. Semua orang merasa kecewa dengan sikap Ayden, terkecuali Yewang.

Yewang, sahabat Ayden sejak kecil, tahu betul sifat temannya itu. Ia yakin ada kesalahpahaman dalam kejadian tersebut.

Dan ternyata benar, Zea telah mengatakan kepada semua orang, termasuk kepala sekolah, bahwa Ayden tidak bersalah. Zea juga memohon agar Ayden dapat dimasukkan kembali ke sekolah.

Setelah mendengar penjelasan Zea, semua orang merasa lega dan tidak lagi membenci Ayden. Meskipun demikian, ada beberapa dari mereka yang masih memandang Ayden sebagai orang yang tidak baik.

𝗔 𝗳𝗼𝗿 𝗭 || 𝗔𝘆𝗱𝗲𝗻  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang