No play: ailee i go to like the first snow.
Diwajibkeun untuk mendengarkan lagunya tengkyuu.
Happy reading ><
Brakkkkkk
Semua orang yang berada di ruang itu menoleh ke arah depan pintu menatap pria berambut coklat sedikit berantakan itu berdiri di depan pintu. Datang dengan tidak sopannya membuat suara berisik di sebuah ruang makan ini.
Renjun tak mampu berkata-kata. Tubuhnya bergemetar hebat, air mata tak terbendung membasahi pipinya. Pemandangan di hadapannya seolah mimpi buruk yang tak ingin ia percayai. Bingkai foto Zea, dikelilingi bunga-bunga, menjadi saksi bisu kepergian gadis itu untuk selamanya.
Kakinya terasa lemas, tak sanggup lagi menopang tubuhnya. Renjun jatuh berlutut di depan makam Zea, tangisannya pecah. Isakan pilu lolos dari bibirnya, menyayat hati siapa pun yang mendengar. Zea, gadis periang yang selalu tersenyum, kini telah tiada. Renjun merasa kehilangan, menyesal karena tak ada di sisi Zea di saat-saat terakhirnya.
Pria itu berdiri kaku, namun tak tahu harus berkata apa. Suasana haru dan duka menyelimuti ruangan itu, menyisakan keheningan yang mencekam.
Renjun terisak, membiarkan air matanya mengalir deras. Ia butuh waktu untuk menerima kenyataan pahit ini, melepaskan Zea untuk selamanya..
Renjun menggelengkan kepala kuat-kuat, menolak menerima kenyataan yang ada di hadapannya. Dengan tangan gemetar, ia meraih bunga-bunga yang mengelilingi bingkai foto Zea, lalu membuangnya sembarangan. Kelopak-kelopak bunga berserakan di lantai, menambah kekacauan di ruangan itu.
"Zea, ini terlalu cepat," lirihnya di sela-sela isak tangis. Renjun tak sanggup menerima kepergian sahabatnya itu. Baru kemarin mereka tertawa bersama, berbagi cerita, dan kini Zea telah tiada. Hatinya terasa hancur, seolah ada lubang besar yang tak bisa ia tutup.
Renjun terus meraung, menolak menerima kenyataan. Ia tak siap kehilangan Zea, sahabat yang begitu berarti baginya. Air mata tak henti-hentinya mengalir, membasahi pipinya yang memerah.
"Kak Renjun, sadar kak! Lo gak boleh kaya gini!!" seru Lala, adik Renjun, berusaha menghentikan sang kakak yang semakin kalut.
Renjun menggeleng kuat-kuat, air mata terus mengalir deras di pipinya. "Zea belum mati... dia masih hidup, dia belum mati, dia—" Renjun tercekat, tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
Lala segera memeluk erat tubuh Renjun yang berguncang hebat. "Kemarin gue masih liat senyumnya, Laa..." isak Renjun pilu dalam dekapan adiknya.
Suasana duka yang pekat menyelimuti ruangan itu. Renjun terisak dalam pelukan Lala, menolak menerima kenyataan bahwa Zea telah pergi untuk selamanya. Lala berusaha sekuat tenaga menenangkan sang kakak, membisikkan kata-kata penenang meski air matanya juga tak terbendung.
Lala menepuk-nepuk pelan punggung kakaknya. Ia sendiri tahu ini berat bagi renjun, ia sendiri juga masih tidak percaya dengan semua yang terjadi ini.
Lala menepuk-nepuk pelan punggung Renjun, berusaha menenangkan sang kakak yang masih larut dalam kesedihan. Ia sendiri pun masih belum bisa menerima kenyataan yang terjadi.
"Kak Zea itu terlalu lelah, dia layak untuk istirahat..." ujar Lala lirih.
Renjun menggeleng kuat-kuat. "Enggak, Zea masih hidup, Laa... Kemarin gue masih liat senyumnya, suara lembutnya, bahkan wajah cerianya..." Renjun terisak, tak sanggup menerima kepergian sahabatnya.
Lala menggigit bibir dalamnya, menyeka air mata yang mengalir deras di pipinya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar, melanjutkan menenangkan sang kakak yang masih menangis dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔 𝗳𝗼𝗿 𝗭 || 𝗔𝘆𝗱𝗲𝗻 ✔
Fanfiction[REVISI] ❝ 𝗔𝘆𝗱𝗲𝗻 𝗳𝗼𝗿 𝗭𝗲𝗮, Ayden ingin menjadi laki-laki yang bisa membahagiakan zea disaat zea sedang dalam suka maupun duka. ❞ High rank #4 in kesepian #1 in ayden #188 in renjun #99 in huangrenjun #173 in angst #1 in yejun #4 in hrj #1...