1O. Penderitaan

380 75 33
                                    

Setelah beristirahat selama 30 menit, semua orang kembali ke tempat duduk masing-masing dan menunggu hasil keputusan para juri tentang siapa yang akan memenangkan kompetisi ini.

Wish terlihat sangat gugup di sana. Saat ia dan Renjun pergi ke belakang panggung untuk menemui Zea, adiknya itu tidak ada di sana. Bahkan sekarang Renjun masih mencarinya entah di mana.

Wish lebih khawatir dengan keberadaan Zea daripada hasil kompetisi. Tidak lama kemudian, Renjun kembali dan duduk di samping Wish.

"Gapapa, Wish. Tadi Zea lagi di toilet. Katanya nanti kalau sudah selesai, dia bakal balik lagi ke belakang panggung," ujar Renjun, berusaha menenangkan Wish.

Wish menghembuskan napas lega dan mengangguk. Sekarang ia hanya tinggal menunggu hasil kompetisi.

Hari ini, Wish banyak berdoa.

Tiba-tiba, suara pembawa acara terdengar, "Setelah berdiskusi cukup lama, para juri kini telah matang-matang memilih peserta terbaik dalam bermain piano dan berhak mendapatkan white violin tersebut."

"Baik, untuk semua para peserta, silakan maju ke depan."

Delapan orang kini maju ke atas panggung, berdiri dan berbaris secara horizontal menghadap ke arah para juri dan penonton.

Seorang juri maju, sambil membawa benda berwarna putih dari dalam sebuah kotak kaca, bersiap untuk memberikan biola putih itu kepada pemenang.

Semua orang menahan napas, menunggu dengan penuh antusias siapa yang akan menjadi pemenang kompetisi ini.

Dari kelima juri yang hadir, Henry Lau yang akan menjadi perwakilannya.

Dan kalian tahu? Zea sangat mengagumi artis tersebut, seorang artis dari Hong Kong-Kanada yang sangat mahir bermain biola.

"Saya akui semua peserta yang ikut lomba ini, mempunyai kemampuan bermain piano yang sangat bagus. Bahkan kami sampai bingung akan memilih siapa yang menjadi pemenang," ucap Henry Lau, belum selesai.

"Jika saja biola ini ada lima, saya akan memberikan biola ini kepada semua peserta yang lomba tadi."

Di sana, Zea terlihat menunduk dengan tangan yang disembunyikan di belakang.

"Peserta yang patut untuk memiliki biola ini adalah..." Henry menghentikan ucapannya sejenak. "Kim Jian-"

"Eh, maaf, salah. Kwak Zea! Selamat ya, cantik, kamu bermain dengan sangat bagus, membuat saya dan juri yang lain sangat kagum denganmu," ucap Henry seraya menghampiri Zea.

Zea mendongakkan kepalanya, masih sedikit bingung mencerna suasana. Tidak lama kemudian, ia pun sadar bahwa idolanya itu memberikan kepadanya sebuah biola putih.

Dia menang!

Zea nyaris saja pingsan di tempat, terlalu bahagia dengan kemenangan yang diraihnya.

Semua orang bertepuk tangan dengan meriah, merayakan kemenangan Zea yang memang pantas mendapatkan biola putih tersebut. Ini adalah prestasi yang luar biasa bagi seorang gadis muda seperti Zea.

"Ayo, ambil. Kamu berhak mendapatkan ini. Dan saya tunggu kehadiran kamu di Desember mendatang!" Henry menyodorkan biola beserta busurnya kepada Zea.

Zea tidak bersuara, ia terlalu kaget dengan keadaan ini, sampai-sampai ia tidak bisa berkata-kata. Ia bisu mendadak. Dan hanya bisa mengatakan, "Te-terima kasih," dengan gagap.

Di sana, Wish dan Renjun menangis dengan bangga dan berteriak, "KAMU TERBAIK, ZEA!!!!" Tidak peduli orang-orang menatap mereka sambil tertawa.

Bagaimana tidak senang? Wish adalah kakak Zea, dan ia sangat bangga kepada adiknya.

𝗔 𝗳𝗼𝗿 𝗭 || 𝗔𝘆𝗱𝗲𝗻  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang