12. Sahabat n Supporter

3.1K 439 11
                                    

•••

sesurpris...

•••

3 hari berlalu dan kondisi Eric semakin membaik. Anak itu sudah tidak demam meskipun masih sering merasakan nyeri persendian dan pusing yang tiba-tiba datang. Namun dengan hebatnya Eric bisa menyembunyikan hal tersebut dari semua orang. Lagipula bagi Eric rasa sakit tersebut sudah sangat biasa, bagaikan kewajiban sehari-hari untuknya.

Hari ini hari Sabtu, hari dimana si kembar akan berangkat kemah. Semuanya sudah disiapkan oleh Irene dari jauh-jauh hari. Apalagi berbagai macam obat Eric yang tidak boleh ditinggalkan.

Tepat pukul 2 siang, Irene duduk manis di ruang tamu sembari memandangi dua putranya yang sibuk bersiap-siap dan memakai jaket. Sebenarnya hanya Eric, karena Jeno lebih memilih memasukkan jaketnya ke dalam tas besar yang dibawanya.

"Yakin mau berangkat, nak? Izin aja gapapa. Baru sembuh kamu ini" Irene bertanya dengan khawatir. Dia terpaksa harus mengizinkan Eric mengikuti kegiatan ini karena ancaman Suho yang tidak main-main.

Eric mengangguk yakin dan tersenyum simpul, "Gapapa kok, aku udah sehat banget ini Mom" Eric menyahut dengan semangat.

Irene menghela nafas dan mengangguk, dia mengecup kening Eric selama beberapa detik dan mengusak rambut anak itu bak bayi.

"Jaga diri ya, jangan sampe lupa sama obatnya. Jeno, Mom titip adeknya ya?"

Jeno yang sedari tadi hanya mendengar dengan sigap mengangguk, "Siap Mom!" jawabnya sembari berlagak sedang hormat.

Irene tertawa kecil melihat tingkah laku putra sulungnya itu.

"Sini peluk dulu" Kata Irene sembari merentangkan tangan, sontak saja kedua putranya mendekat dan memeluk wanita cantik itu erat.

Padahal mereka hanya akan berpisah selama 3 hari saja. Memang pada dasarnya ibu dan anak itu susah dipisahkan, bukan?

"Jaga diri ya kalian pokoknya, jangan sampe kenapa-napa! Dan semoga dilancarin semua kegiatannya sampe selesai" Irene mengusak pelan rambut si kembar. Sementara Jeno dan Eric menyahut aamiin dengan lirih.

Detik berikutnya, Irene melepas pelukannya. Puas-puas dipandangi wajah tampan putra-putranya itu. "Gih sana berangkat? Ntar telat lagi"

Jeno dan Eric mengangguk, mereka menciumi punggung tangan Irene bergantian.

"Berangkat dulu, Mom" Pamit Jeno.

Siang ini, si kembar Antares akan menaiki mobil ke sekolah. Sebenarnya Eric hampir akan berangkat bersama Sunwoo tadi, namun Jeno mencegahnya dengan ancaman mereka tidak jadi ikut- yang tentu saja hanya candaan- yang membuat Eric akhirnya menurut meskipun dengan sangat terpaksa.

"Hati-hati nyetirnya ya Jen" Titah Irene sembari menuntun kedua putranya menuju pintu.

Jeno mengangguk dan mengacungkan jempolnya disertai senyuman manis.

•••

"Lah, si Eric ikut wkwkwk gue yakin dia bakal tepar sih disana"

"Ngaco, di perjalanan aja udah tepar kali"

"Pas persiapan apel udah pingsan duluan kali"

"Woy jangan keras-keras jir ada sobatnya tuh serem"

Eric menghela nafasnya. Ini adalah resiko yang harus dia terima jika memisahkan diri dari Jeno. Padahal tadi Jeno sudah menawarkan untuk menunggu pengumuman selanjutnya di kantin saja dengan teman-temannya, namun Eric jelas menolak dan memilih meunggu ke kelasnya saja. Yang itu artinya dia harus mendengar olok-olokkan tak berguna dari beberapa murid yang sudah bak angin lalu di matanya.

lacuna; jeno eric. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang