Entah mengapa, Ella tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Namun, ia merasa bahwa sekujur tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Seakan ada benda berat yang ditimpakan padanya.
Ella mulai memicingkan mata. Benar saja, ternyata ada sesosok makhluk yang sedang menduduki pahanya. Karena tidak ingin melihat wajah dari makhluk itu, Ella memutuskan untuk kembali memejamkan mata rapat-rapat. Keringat dingin mulai menetes dari atas pelipisnya.
Ella mulai membaca doa dan surat-surat pendek yang ia hafal. Dengan jantung yang berdegup kencang, Ella terus berharap agar makhluk apa pun yang mengganggunya ini segera pergi. Namun, makhluk itu bertahan cukup lama, hingga perlahan Ella mulai merasa tubuhnya sudah bisa digerakkan kembali.
Akhirnya Ella bisa bernapas lega sekarang. Ini sudah ke sekian kalinya ia mengalami tindihan sejak pindah ke rumah ini. Namun, ia belum menceritakannya pada siapapun.
Gadis itu mencoba menyamankan posisinya agar kembali terlelap.
Tiba-tiba, Ella merasakan sesuatu yang dingin mengenai wajah, tangan, dan juga kakinya. Karena penasaran, ia membuka matanya perlahan. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Aku ada di ... padang rumput?
Gadis itu mengernyitkan dahi. Lagi-lagi ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Namun, rasanya berbeda. Ia melirik ke arah bawah dan terkejut ketika mendapati bahwa ada beberapa tali yang melilit tubuhnya.
Aku diiket? Kenapa? Apa jangan-jangan aku diculik? batin Ella.
Namun, Ella tidak merasakan ada solatip atau benda apa pun yang membekap mulutnya. Ia mencoba mengeluarkan suara dengan nada rendah. Benar saja, mulutnya tidak dibekap.
Ella tidak tahu harus bereaksi seperti apa, dan tentunya harus melakukan apa. Jadilah ia hanya berdiam diri sembari sesekali menatap langit yang masih berwarna biru gelap.
Beberapa saat berlalu. Gadis berambut panjang itu bisa mendengar suara keramaian yang berada tidak jauh dari tempatnya berbaring.
Tiba-tiba Ella sudah dikelilingi oleh orang-orang berjubah hitam. Tidak ada wajah yang terlihat, karena mereka semua memakai tudung di kepalanya.
Jantung Ella berdetak kencang saat ini. Ia sama sekali tidak tahu siapa orang-orang tersebut, serta apa yang ingin mereka lakukan padanya. Dengan gerakan pelan, mereka mulai mengangkat tubuh Ella dan menggotongnya ramai-ramai.
"Hei, apa yang kalian lakukan!" Ella sontak berteriak pada mereka. Sayangnya, tidak ada satu orang pun yang menggubris.
"Hei, turunkan aku sekarang juga! Kalian ingin membawaku ke mana?" Ella kembali berusaha bertanya, tetapi masih tidak mendapatkan jawaban.
"Ayolah, kenapa tidak ada yang menjawab, huh?"
Ella menutup mulutnya. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Tubuhnya memang masih tubuh aslinya, tetapi mengapa cara bicaranya berubah menjadi seperti ini?
Ketika Ella masih disibukkan dengan pikirannya sendiri, orang-orang berjubah hitam itu menurunkan Ella dengan posisi berdiri. Ia tertegun saat melihat banyak sekali orang yang memakai jubah dan juga tudung hitam. Mereka membentuk sebuah lingkaran besar dan di tengah-tengahnya terdapat api unggun berukuran besar.
Mata Ella menangkap dua orang yang juga berada dalam kondisi sama dengannya. Tubuhnya diikat dan mereka memakai pakaian berwarna putih. Sangat kontras dengan mayoritas orang di tempat ini. Ia tidak mengenali dua orang itu, tetapi ia tahu bahwa keduanya sedang menatapnya dengan tatapan memelas. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Jawabannya tentu saja tidak ada.
Salah satu dari sekumpulan orang berjubah hitam ini maju ke depan api unggun. Ia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, lalu mulai mengucapkan kalimat semacam mantra dengan tempo yang sangat cepat. Ella berusaha untuk memahami kalimat yang mereka ucapkan, tetapi ia sama sekali tidak mengenali bahasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Ella [END]
HorrorBagi Ella, gangguan dari sosok-sosok mengerikan bukan merupakan hal yang aneh. Ia selalu memakluminya sebagai konsekuensi dari kelebihan yang ia miliki. Walaupun terkadang, ia masih sangat terganggu dengan hal itu. Apalagi jika pikirannya sedang kac...