•Membuka Lembaran Baru•

28 3 0
                                    

"Halo, apa kabar, El?",

"Baik. Kamu sendiri gimana?"

"Baik juga. Baik banget malah. Seru banget ternyata hidup di pesisir. Bisa main ke pantai tiap hari. Tapi nanti jangan kaget kalo kulitku lebih item, ya. Di sini panas banget."

"Wah, asik tuh. Jangan lupa oleh-olehnya. Awas aja sampe lupa."

"Iya, iya, gampang. Eh, iya, tadi katanya kamu mau cerita? Gimana-gimana? Maaf, malah jadi aku yang cerita."

"Santai aja. Aku cuma mau bilang, kalo aku bakalan pindah besok."

"Jadi pindah? Bagus deh. Kamu udah sempet liat rumah barunya? Gimana, nyaman nggak?"

"Belum sempet sih, tapi kata orang yang nyaranin, rumah itu nyaman buat ditinggalin. Aku yakin dia nggak bakalan bohong, soalnya dia 'kan temen papaku. Aku udah akrab banget sama dia."

"Alhamdulillah. Eh, tapi rumah yang itu gimana dong? Bukannya perjanjiannya enam bulan?"

"Iya. Papa bilang, nggak apa-apa. Daripada maksain buat terus tinggal di sini, ya kita pindah aja. Kita udah ikhlasin uangnya."

"Oh, gitu? Iya udah deh, semoga rumah baru kamu nanti jauh lebih nyaman dari yang sekarang."

"Aamiin."

"Ngomong-ngomong, El. Masalah kamu sama Kak Reza jadinya gimana? Udah baikan, 'kan?"

"Gimana mau baikan, orang nggak pernah ketemu. Sejak hari itu sampe sekarang, kita bahkan nggak pernah teleponan atau SMS-an, apalagi ketemuan."

"Aduh, aku doain semoga kalian cepet baikan deh. Maaf ya, El. Teleponnya aku matiin dulu ya, soalnya ini Tante aku manggil."

"Eh, iya, Git. Makasih udah mau dengerin."

"Iya. Dadah, El."

Ella tersenyum setelah menaruh kembali ponselnya. Ia bisa tersenyum lega mulai sekarang.

Gadis itu menatap dua sosok anak kecil yang sedang cekikikan setelah masuk dari kamar Galih dengan menembus tembok. Salah satu dari mereka terlihat membawa barang. Itu ... jam tangan milik Galih!

Menyadari hal itu, Ella segera mendekati dua anak kecil itu agar bisa mengambil barang milik kakaknya.

"Aca, jam tangannya kasihin ke aku, ya," pinta Ella.

Aca menggoyang-goyangkan jam tangan yang ia bawa. "Ini? Nggak mau! 'Kan mau aku mainin sama Oca. Iya, 'kan, Ca?"

Oca mengangguk antusias.

Ella memutar otak, mencoba memikirkan benda apa yang bisa ia berikan pada Aca dan Oca. Beberapa saat kemudian, ia menjetikkan jari. Didekatinya salah satu boks berukuran besar.

Nah, ini pasti mereka bakal suka! seru Ella di dalam hatinya.

Ella kembali mendekati dua anak kembar di dekat tembok. Ia terbelalak saat mendapati Aca hendak membanting jam tangan milik sang Kakak.

"Jangan!" Tangan Ella berhasil menggapai jam tangan itu.

Ella menghela napas panjang. Ia mengarahkan tangan kirinya yang berisi dua buah gelang miliknya.

"Ini nih, tukeran sama ini aja, ya," ujar Ella.

Baik Oca maupun Aca menerima gelang pemberian Ella dengan senang hati.

Ella turut senang. Yang paling penting, jam tangan Galih masih dalam keadaan baik-baik saja.

"Oh, iya." Ella menatap Aca dan Oca secara bergantian. "Besok kita mau pindah rumah. Maaf ya, kalo selama tinggal di sini, aku atau keluargaku ada salah sama kalian."

Mata Ella [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang