"El, kamu liat kunci motorku, nggak?" tanya Yuli sembari merogoh isi tas sekolahnya.
Ella mengedikkan bahu. "Ya nggak tau. Kunci, kunci kamu. Yang pegang, ya kamu, harusnya. Mungkin, kemarin kamu sempet ngeluarin, terus ditaruh di mana gitu?"
"Sama sekali nggak, El. Dari kemarin, kuncinya aku taruh di dalem saku sini." Yuli menunjuk saku yang terdapat pada tas sekolahnya.
"Ya terus, kenapa nanya ke aku? Harusnya ada di situ, kan?" ketus Ella.
"Nggak ada, Ella. Kali aja kamu tau. Kamu tau sendiri 'kan, kemarin aku cuma di sini doang. Nggak ada tuh, pergi-pergi keluar pake motor," ungkap Yuli.
Di saat Yuli masih sibuk mencari kunci motornya, tiba-tiba ada Galih yang lewat di depan kamar Ella.
"Eh, Kak, Kak!" panggil Ella.
Galih menoleh. "Iya, kenapa, El?"
"Kakak tau nggak, di mana posisi kunci motor Yuli? Kali aja dia salah naruh, terus Kakak nggak sengaja liat," tanya Ella, yang membuat Yuli turut menatap Galih penasaran.
Galih yang tidak tahu apa-apa segera menggeleng singkat. "Ya mana aku tau, El. Kemarin naruhnya di mana?"
"Katanya di dalem tas, tapi sekarang nggak ada," jawab Ella dan mendapatkan anggukan dari Yuli.
"Oh, iya. Hari ini, kamu berangkat sama temen kamu, 'kan? Sekalian pulangnya, ya?" tanya Galih lagi, tanpa menjawab pertanyaan yang baru saja adiknya berikan.
"Kenapa, Kak?" Ella bertanya balik.
"Ada kerjaan. Si Botak ini kenapa suka banget ngasih kerjaan dadakan sih? Sejak rambutnya dipotong habis, malah jadi nyebelin gitu." Sejak mendapat telepon tadi, Galih tidak henti-hentinya menjelekkan bosnya sendiri.
Kak, Kak, gitu-gitu 'kan rezeki juga.
Setelah Galih menyingkir dari pintu kamarnya, Ella menggeleng tidak habis pikir. Ia kembali menoleh pada Yuli.
"Gimana? Udah ketemu?" tanyanya.
"Belum. Nanya mulu, bantuin cari kek! Kali aja kamu taruh di tas kamu," ketus Yuli.
Suasana hati Yuli benar-benar tidak baik pagi ini. Sejak mengalami hal-hal ganjil tadi malam, ia kesulitan memejamkan mata.
Untuk mengisi waktu, gadis berambut pendek itu memilih untuk memainkan permainan di blackberry miliknya. Ia baru bisa tertidur jam dua pagi, setelah mendengar suara ayam berkokok yang menurutnya aneh. Terdengar seperti ayam itu sedang berteriak parau.
Ella mendengus kesal. "Nggak bakalan ada, Yul. Aku nggak pegang sama sekali."
Meski begitu, Ella tetap merogoh tasnya untuk memastikan. Dan, ya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati sebuah kunci motor dengan gantungan bulu burung merak di sela-sela bukunya.
"Nah, itu apaan?" Yuli menatap Ella tajam sembari menodongkan tangannya.
Ella terlihat gelagapan. Pikirannya mulai berkecamuk, menanyakan bagaimana hal ini bisa terjadi. Ia tidak mampu berpikir rasional saat ini.
"Aku beneran nggak megang sama sekali, Yul." Ella masih kukuh dengan fakta yang ia miliki.
"Terus, kamu pikir kunci itu bisa jalan sendiri ke tas kamu? Nggak lucu, tau!"
Mendengar Yuli yang terus mendesaknya, emosi Ella mulai tersulut.
"Emang nggak lucu! Emang dari tadi aku ketawa?" bentak Ella.
"Kenapa nggak ngaku aja sih, dari tadi? 'Kan aku nggak perlu ngacak-ngacak tas bawaanku!" Yuli menatap gusar barang-barang bawaannya yang sudah berantakan. "Kamu sengaja ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Ella [END]
TerrorBagi Ella, gangguan dari sosok-sosok mengerikan bukan merupakan hal yang aneh. Ia selalu memakluminya sebagai konsekuensi dari kelebihan yang ia miliki. Walaupun terkadang, ia masih sangat terganggu dengan hal itu. Apalagi jika pikirannya sedang kac...