*****
Pada suatu hari di sebuah universitas, seorang gadis keluar dari ruangan rektor dengan wajah muram, wajahnya di tekuk seolah menyimpan beban yang begitu berat. Gadis itu berjalan dengan cepat sehingga tidak sengaja menubruk seseorang yang membuatnya terhuyung dan menjatuhkan barang-barang bawaan nya termasuk sebuah amplop coklat berisi sejumlah uang yang terlihat keluar sedikit berserakan sebagian ke lantai.
Beberapa orang di sana menatapnya dengan tatapan aneh bahkan bisa di katakan jijik seolah melihat setumpuk kotoran, namun sang gadis terlihat sudah terbiasa dengan sikap orang-orang tersebut sehingga ia mengabaikan dan memunguti barang-barangnya tanpa ada satupun yang membantu.
"Hey kau baik-baik saja?"
ujar seorang gadis berparas cantik menghampiri lalu mencoba membantu. Gadis yang baru saja tiba itu begitu mencolok di antara yang lainnya.
Gadis ini berbeda, ia dengan sigap membantu merapikan buku-buku dan uang yang tercecer."Thanks"
"Sama-sama. O yah, aku siswi baru di sini, bisakah kita berteman?" gadis pemilik uang yang tercecer itu hanya tersenyum tipis lalu pergi tanpa menjawab permintaan siswi baru itu untuk menjadi temannya.
"Siapa nama mu?!-- hmmm malah pergi" gumam siswi baru itu terlihat kecewa.
*****
Di sebuah kamar hotel mewah dengan cahaya lampu cukup terang, alam mempertontonkan pemandangan yang sangat indah
dari balik dinding kaca yang begitu besar.Seorang pria dengan stelan baju serba mahalnya duduk santai di sebuah single sofa dengan kaki menyilang angkuh, terdapat pula gelas berkaki berisi wine di sebelah tangannya yang terus dia gerakkan perlahan lalu sesekali menyesap rasa di dalamnya.
Dua kancing kemeja paling atas di biarkan terbuka, tidak ingin kalah dengan alam yang tengah mempertontonkan pemandangan di malam hari. Dari celah kemeja yang terbuka itu terlihat bulu-bulu halus namun cukup lebat membungkus dada lebar penuh otot yang menambah kesan manly sehingga akan sangat wajar jika para perempuan yang melihatnya akan membayangkan sesuatu yang panas atau setidaknya sesuatu yang hangat bersama pria itu.
Tatapan matanya tajam mengarah ke arah kasur berukuran king size yang terdapat seorang perempuan muda tengah duduk di tepian kasur menghadap padanya tanpa berani melihat wajahnya. Perempuan itu hanya menatap lantai yang di lapisi karpet bulu tebal membuat kedua kaki telanjangnya terasa hangat di ruangan yang begitu dingin, bagaimana tidak dingin? perempuan itu hanya mengenakan kain tipis dan tali-tali kecilnyalah yang membuatnya dapat tetap membungkus sebagian kecil tubuhnya di kamar yang sangat dingin. Lingerie merah menyala dan lipstik semerah darah tampak begitu kontras dengan kulit tubuhnya yang sangat pucat. Berkali-kali pria itu meneguk ludahnya tanpa berkedip memandangi perempuan di hadapannya dengan penuh hasrat.
"Siapa namamu?" suara bariton itu sedikit membuat sang perempuan terkejut sontak mendongak menatapnya.
"Cia"
"Just that?"
Perempuan itu mengangguk sebagai jawaban.
"Apa artinya?" dengan gerakan elegan pria itu menggoyang-menggoyangkan kembali gelas di tangannya, kedua sikunya bertumpu di atas lengan sofa membuatnya terlihat semakin angkuh di sana.
"Bulan"
"Kau keturunan Yunani?" Cia adalah nama Yunani yang memiliki makna bulan.
"Ayah saya dulu seorang dosen sejarah, kebetulan dia sangat menyukai sejarah Yunani kuno"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Cia (THE END) ✓
General FictionWARNING!! KHUSUS DEWASA 20+ cerita ini hanya fiktif belaka isinya full imaginasi, jadi kalau ada yang kurang masuk di nalar mohon abaikan, Just have fun 😊