*****
Pagi-pagi sekali di rumah sederhana tempat Cia tinggal, terdengar suara ribut-ribut kecil di dapur, Cia sebenarnya merasa terganggu dengan suara berisik itu namun entah kenapa ia benar-benar kesulitan membuka matanya yang terasa begitu lelah dan sangat mengantuk, meskipun begitu Cia tidak dapat memejamkan matanya kembali saat selimutnya di tarik-tarik oleh El agar ia segera bangun.
"Hmmm... Sayang, Mommy masih sangat mengantuk" rengeknya meminta pengertian pada El barang beberapa menit lagi untuknya kembali tidur, namun El malah menarik paksa tangan sang Ibu agar ikut dengannya, dengan tergesa-gesa El terus menarik-narik tangan ibunya menuju dapur. Sesampainya di dapur Cia mengernyit saat melihat pemandangan dapur yang sangat berantakan, rupanya Rafael di bantu Arthur tengah memasak mungkin untuk mereka sarapan.
"Tn. Sepertinya Anda memotong-motong terlalu besar"
"Diam, dulu aku sangat mahir memasak"
"Tn. Tapi apinya terlalu besar sepertinya..." ucap Arthur dengan ragu-ragu.
"SHUT UP!" Arthur langsung terdiam di bentak oleh bosnya yang sedang kerepotan namun dengan sikap angkuhnya Rafael tidak mau menerima masukan dari Arthur.
El berlari menghampiri dua pria di dapur itu dan segera naik ke atas kursi guna menunggu Rafael selesai masak dengan antusias,
"Hey jagoan. Apa Daddy mengganggu tidurmu" Rafael sedikit membungkuk mengacak rambut kecoklatan El,
dengan polosnya El mengarahkan telunjuknya ke arah sang Ibu dan mengisyaratkan bahwa ibunya mungkin yang terganggu.
Rafael terkejut dan salah tingkah saat melihat Cia yang tengah menatapnya tajam.
"Tn. Lebih baik saya carikan sarapan di luar, para wanita biasanya sangat tidak menyukai dapurnya di buat berantakan seperti ini" Arthur sedikit meringis saat melewati Cia lalu secepat kilat pria paruh baya itu meninggalkan rumah.
"Emmm... Sebaiknya kita sarapan di luar saja" ucap Rafael yang tidak dapat menyelesaikan acara masaknya tepat waktu, Cia tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia masih tidak menyangka Rafael bisa bersikap semanis itu.
"Tidak perlu, biar aku yang melanjutkan" Cia pun mengambil alih dapur lalu mulai memasak, dengan cekatan dan cepat menu sarapan pun tersaji.
Meja makan pagi itu sangat hening hanya suara dentingan sendok garpu yang saling beradu, Rafael terus mencuri-curi pandang pada Cia yang terlihat sangat tidak minat dengan makanan di piringnya.
"Apa yang kau pikirkan?"
Rafael memulai pembicaraan."Tidak ada"
"Kau memikirkan suami pura-puramu itu?" Rafael mengambil selembar tissue lalu menyeka mulut El yang belepotan,
"Lihat kau makan sangat berantakan"
El pun nyengir, tampak bocah itu selalu ceria jika berdekatan dengan Rafael. Pria itu memang sangat kejam dan semaunya, tapi dia bisa begitu lembut dan perhatian pada El"Apa yang terjadi jika aku menjadikannya suami sungguhan?"
Rafael mengeratkan genggaman tangannya pada tissue yang dia pegang,
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Bukankah kau setuju dengan pernikahan ini bahkan memberikanku syarat, apa kau menyesali keputusanmu sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Cia (THE END) ✓
General FictionWARNING!! KHUSUS DEWASA 20+ cerita ini hanya fiktif belaka isinya full imaginasi, jadi kalau ada yang kurang masuk di nalar mohon abaikan, Just have fun 😊