*****FLASHBACK ON
Rafael mematung saat Cia berhambur ke dalam pelukannya dengan tubuh yang sama-sama basah kuyup.
"Hikss,, hikss,, aku tidak mau pulang"
Dengan ragu-ragu Rafael mengusap puncak kepala Cia lalu mengajaknya masuk. Cia berdiri memperhatikan Rafael yang menutup dan mengunci pintu dengan gerakan sangat pelan seperti orang bingung.
Bibir pink muda alami Cia melengkung ke bawah tetap dengan isakan yang tidak dapat berhenti. Cia juga nampak menggigil di balik bajunya yang sangat basah.
"Aku akan menghubungi orang tuamu, agar mereka tidak cemas" ujar Rafael dingin seraya berjalan mendekati perapian bermaksud menyalakannya.
"Tidak! Jangan Paman, aku mohon, aku tidak ingin Ayah menghukumku karena kabur hikss, hikss, aku tidak mau bertemu mereka sekarang PAMAAAN! Aku takut-- hmmppp"
tangisan Cia yang terisak sontak terhenti saat Rafael tiba-tiba melumat bibir gadis itu, entah apa yang ada dalam pikiran Rafael sehingga dia melakukan hal tersebut.Rafael seperti kerasukan setan, nafasnya memburu dengan mata merah padam, menciumi bibir Cia dengan rakus dan kasar, bahkan kedua tangannya sudah menyusup meraba punggung Cia dari balik bajunya yang basah dan dengan cekatan membuka pengait Bra dengan mudah, Cia tersentak kaget, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Rafael yang terlihat begitu menakutkan. Kepalan tangan mungil Cia terus memukul-mukul pundak Rafael agar pria itu melepaskan dirinya.
"Akhhh Paman, hngkk lep--
Sraaaakkk!!
Rafael dengan mudahnya merobek baju yang di kenakan Cia, kedua netra biru kemerahan itu berkabut gelap menatap liar dua daging kembar mungil yang berusaha Cia tutupi dengan kedua tangannya.
Cia segera melangkah secepat kilat menuju pintu keluar, namun Rafael bergerak lebih cepat menangkap dan memanggul tubuh Cia seperti sekarung beras di pundaknya. Teriakan dan raungan minta tolong Cia pun percuma sebab suara hujan dan petir menenggelamkan jeritannya.
BRRUUKKK! Tubuh mungil itu terpental-pental beberapa kali di atas kasur di akibatkan Rafael menghempaskan Cia cukup keras.
Dengan penuh ketakutan gadis itu beringsut ke pojokan ranjang guna menghindari Rafael yang semakin mendekat seraya membuka kemeja dan celananya dengan cepat.
"Paman tolong jangan lakukan itu"
"Memang menurutmu apa yang akan aku lakukan huh?" senyum smirk Rafael terlihat sangat mengerikan bahkan Cia seolah melihat orang lain di hadapannya, bukan Rafael yang biasanya.
"K-kau akan memperkosaku hikss,, hikss,, tolong maafkan aku, aku tidak akan mengganggumu lagi Paman tolong biarkan aku pulang"
"Bukankah tadi kau sendiri yang memohon untuk tetap tinggal dan tidak pulang?"
Rafael menciumi dan menghirup ceruk leher Cia dengan rakus di iringi suara geraman tertahan penuh gairah,
"Dan lagi siapa yang bilang aku akan memperkosamu, aku akan mengajarkanmu bercinta seperti yang kau inginkan waktu itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Cia (THE END) ✓
General FictionWARNING!! KHUSUS DEWASA 20+ cerita ini hanya fiktif belaka isinya full imaginasi, jadi kalau ada yang kurang masuk di nalar mohon abaikan, Just have fun 😊