*****
Cia kini berada di dalam ruangan Dokter, tengah membicarakan keadaan Ibunya yang sejauh ini tidak ada perkembangan. Keduanya terlibat dalam obrolan yang sangat serius sehingga Cia tidak dapat bersuara dan hanya menatap kosong udara di hadapannya.
"Ini semua demi kebaikan Ibumu dan kebaikanmu juga. Tidak ada pilihan lain, kau sebaiknya segera menandatangani persetujuan untuk melepas peralatan penunjang hidup Ibumu"
"Bukankah masih ada pilihan lain"
Dokter yang memang sudah sangat akrab dengan Cia itu terlihat bingung dengan ucapan Cia,
"Melepaskan atau tetap membiarkan terpasang" lanjut Cia menegaskan pilihan yang ia maksud."Tapi semua percuma Cia, itu hanya akan menyiksa Ibumu lebih lama dan kau hanya akan menghabiskan masa mudamu sia-sia--
"TIDAK ADA YANG SIA-SIA!!" Cia membentak seraya menatap nyalang sang Dokter penuh amarah,
"Tidak ada yang sia-sia untuk Ibuku hikss...hikss...""Cia tenanglah"
"Aku tidak akan pernah menandatangani surat itu sampai kapanpun, biarkan Ibu di sini meskipun selamanya harus hidup dengan peralatan itu, asal dia tetap berada di dunia ini bersamaku"
sang Dokter akhirnya hanya menghela nafas pasrah, wajar memang Cia bereaksi seperti itu tapi membiarkan kondisi Ibunya seperti itu hanya akan memperpanjang rasa sakitnya dan juga beban untuk Cia yang harus terus mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit, sang Dokter tentu sudah mempertimbangkan dan memikirkan jalan keluar terbaik untuk pasien terutama untuk Cia yang harusnya mengejar masa depan.Cia pergi meninggalkan ruangan Dokter membawa kesedihan dan perasaan kesalnya. Sang Dokter membiarkan saja, memberikan lagi Cia sedikit waktu untuk berpikir dengan jernih.
Berdiri menatap Ibunya dari jendela kaca, hal seperti itu sering sekali Cia lakukan, hanya menatap sang Ibu dari luar tanpa berani menghampiri jika dirinya tengah bersedih, Cia tidak ingin Ibunya ikut merasakan kesedihan yang ia rasakan.
Cia merogoh ponselnya dan mengirim sebuah pesan untuk Glory bahwa dirinya tidak bisa hadir di acara ulang tahun Rafael nanti malam mengingat ancaman Rafael waktu itu.
GLORY MESSAGE:
"Aku tidak mau tahu kau harus datang. Kau teman baikku satu-satunya bagaimana mungkin kau tega tidak datang di acara penting ayahku. Pokoknya kau harus datang karena aku ingin mengatakan sesuatu"
"Tapi aku harus menjaga Ibu di rumah sakit"
GLORY MESSAGE:
"Aku akan meminta Ayah mengirim orang untuk menjaga Ibumu, jangan khawatir, pokoknya kau harus datang jika tidak aku akan meninggalkan pesta dan menemanimu di Rs. bagaimana? 🙃"Cia berpikir keras sebab itu malah akan membuat Rafael semakin marah padanya. Sungguh posisi yang membuat dilema hingga terdengar helaan nafas beratnya saat membaca pesan itu.
"Baiklah aku akan datang"
GLORY MESSAGE:
"Yes! 💃💃💃 Terima kasih Cia ku Sayang. Aku mencintaimu 💋💋💋 "
Mau tak mau Cia pun tersenyum membaca pesan itu, ia heran kenapa Glory sangat menginginkan dirinya selalu dekat dengan Glory? Di saat orang-orang malah ingin menjauhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Cia (THE END) ✓
Ficção GeralWARNING!! KHUSUS DEWASA 20+ cerita ini hanya fiktif belaka isinya full imaginasi, jadi kalau ada yang kurang masuk di nalar mohon abaikan, Just have fun 😊