*****
"Ssssshhhh... Jangan bergerak kau membuatku tersiksa" desis Rafael dengan suara berat di tengah-tengah pagutannya saat Cia bergerak di atas pangkuan Rafael.
*****
Ciuman yang hanya di dominasi oleh Rafael itupun perlahan di balas oleh Cia, meskipun sekuat tenaga ia berusaha menahan diri tapi lagi-lagi Cia merelakan harga dirinya runtuh bersama tubuhnya yang mulai pasrah menerima belaian lembut hangat lidah Rafael yang entah sejak kapan sudah berputar-putar di lehernya.
"Enghhhh" bulu-bulu lentik mata Cia mulai bertaut menyatu saat ia terpejam menikmati sentuhan Rafael di tempat sempit itu.
Tangan Rafael sudah menyusup masuk ke balik celana dalam yang masih terbungkus celana tidur, lalu kembali menyatu dalam ciuman yang memabukkan.
"Sssssshh" Rafael mendesis saat jarinya masuk ke dalam lubang vagina Cia yang basah dan hangat, Rafael semakin cepat menggerakkan jarinya melepaskan ciuman dan menciptakan jarak dari wajah Cia yang kian memerah. Rafael menatap intens seolah enggan berkedip menikmati perubahan wajah Cia yang semakin erotis dengan rona merah di pipinya.
"Akhhhhh" Cia mendongak menatap langit-langit lemari, wajah cantiknya sedikit tertutupi oleh ujung baju-baju yang menjuntai menutupi sehingga Rafael menarik tengkuk Cia agar dia kembali dapat menikmati wajah cantik itu dengan leluasa dan begitu dekat sehingga dia dapat merasakan hembusan nafas memburu Cia menerpa seluruh wajah Rafael.
Tubuh Cia terus menggeliat lalu tiba-tiba menegang dan bergetar hebat seraya memeluk Rafael begitu erat saat gelombang dahsyat mulai datang dari pusat kenikmatannya dan menjalar ke seluruh tubuh.
"Aaakkhhhhhh!" untuk pertama kalinya Cia dapat merasakan orgasme. Tubuhnya terasa melayang di hantarkan rasa yang begitu nikmat, bergetar hebat, lalu tiba-tiba perasaannya nyaman nan lemas ia rasakan. Kini Cia tengah menikmati sisa-sisa pelepasannya dengan jari Rafael yang masih berada di dalam miliknya, rahang Rafael mengetat saat merasakan jarinya di jepit kuat oleh lubang vagina Cia yang terus berkedut semakin mencengkram erat.
"Sekarang giliranku" bisik Rafael tertahan, dengan mudah dia mengangkat tubuh Cia yang pasrah dari dalam lemari dan meletakkannya perlahan di atas ranjang, Cia sama sekali tidak menolak bahkan sudah tidak perduli dengan harga diri yang menurutnya memang sudah tidak ada semenjak pertama ia menjualnya pada pria-pria hidung belang.
Orgasme pertama Cia benar-benar luar biasa sehingga membuatnya lupa diri, lupa akan perlakuan kasar Rafael sebelumnya, lupa akan ancaman Rafael. Bagi orang-orang normal pada umumnya, bisa mencapai orgasme tentu hal yang luar biasa begitupun Cia di tambah selama ini hanya rasa sakit yang ia rasakan selama berhubungan badan, jadi bagaimana mungkin ia dapat menolak Rafael sekarang.
Rafael membuka seluruh pakaiannya tanpa melepaskan tatapan dari Cia yang begitu menggoda di mata Rafael.
Kali ini Cia dapat melihat dengan jelas tubuh telanjang Rafael bahkan kejantanannya yang mengacung sempurna itu, tidak seperti sebelumnya saat Rafael bermain dengan kasar tanpa pemanasan tanpa membiarkan Cia menyesuaikan diri.Tangan Rafael terulur menangkup wajah Cia dengan lembut,
"Aku suka wajah mu yang merona"Blushh...
Seketika Cia merasakan sensasi panas mengalir di tubuhnya mendengar pujian dari mulut Rafael.
"Ada apa denganmu Cia?"
Rafael menyapu bibir merah itu dengan ibu jarinya lalu menunduk untuk menciumnya lagi dan lagi.
Kedua insan itu terlihat begitu kontras, Cia yang masih memakai pakaian lengkap sedangkan Rafael sudah telanjang bulat dengan otot-otot penuh membungkus tubuhnya yang tinggi besar sehingga membuat Cia tampak begitu kecil dan rapuh di bawah kungkungan tubuh raksasa Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Cia (THE END) ✓
Ficción GeneralWARNING!! KHUSUS DEWASA 20+ cerita ini hanya fiktif belaka isinya full imaginasi, jadi kalau ada yang kurang masuk di nalar mohon abaikan, Just have fun 😊