part 12

37.3K 1.5K 15
                                    

*****

"Ada apa denganku?"

*****

"AYAHHH!! CIAAA! CEPATLAH!!"
Glory melipat kedua tangannya di depan dada seraya menajamkan pandangannya ke ujung tangga atas,
"Ada apa dengan mereka berdua, padahal sudah janji akan menemaniku ke butik hari ini"
Glory mondar-mandir di lantai bawah sembari terus menggerutu, sebab ia sudah tidak sabar menguras dompet sang Ayah untuk membeli baju-baju yang katanya akan di gunakan untuk acara pensi di kampus.

Tak lama kemudian Cia pun terlihat turun dan menghampiri Glory yang sudah sangat berisik,
"Apa kau begadang?" Glory menyipitkan mata menatap wajah Cia penuh tanya.

"A-aku, emm.. sulit tidur semalam"
"Itu semua ulah ayahmu"

"Kenapa ribut sekali? ini weekend Honey" Rafael juga turut menyusul menuruni tangga seraya menggulung lengan panjangnya dengan gerakan sungguh elegan, mau tak mau Cia tertegun menatap pria dengan ekspresi langkanya itu.

"Justru karena weekend Yah, kalau hari biasa mana bisa kita pergi bersama, kau hanya menyayangi pekerjaanmu di banding putri semata wayangmu ini" protesnya.

"Baiklah, Ayah minta maaf. Kemari beri Ayah pelukan"

Glory berhambur memeluk sang Ayah pelukan penuh kasih, tanpa mereka sadari Cia menatap kemesraan Ayah dan anak itu dengan tatapan sendu dan penuh kabut di matanya, iri sudah pasti dan sudah jadi hal lumrah bukan? bagi orang-orang yang tidak dapat merasakan kehangatan kasih seperti itu dari keluarganya terutama dari sosok Ayah seperti Cia yang tidak pernah lagi merasakan kasih sayang dari Ayahnya.

Sekilas Rafael melirik dan tatapannya bertubrukan dengan Cia namun seperti biasa tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya, Rafael begitu dingin dan acuh seolah tidak ada yang pernah terjadi di antara mereka.

Cia menghela nafas berat, sesekali ia merutuki dirinya yang begitu tidak tega meninggalkan Glory dan rela membiarkan dirinya menjadi nyamuk di antara kebahagiaan keluarga kecil itu.

*****

Mereka bertigapun kini telah berada di sebuah butik mewah langganan Glory. Deretan pakaian-pakaian wanita dengan harga selangit dan juga tas-tas mahal memenuhi etalase,
tidak pernah terbayangkan bagi Cia untuk membeli dan membawa pulang satu saja barang di tempat tersebut. Besarnya biaya alat-alat penopang hidup ibunya di rumah sakit membuat Cia mengurungkan apa saja keinginan pribadinya, lain halnya dengan Glory yang tinggal menjentikkan jari maka barang apapun bisa jadi miliknya.

Entah sudah gaun yang ke berapa Glory keluar masuk ruang ganti, meminta komentar pada sang Ayah yang hanya sibuk dengan ponselnya, Cia merasa canggung dan tidak nyaman duduk tidak jauh dari Rafael pria itu tak sedikitpun mengeluarkan kata-kata namun itu cukup membuat Cia gelisah ingin rasanya ia segera pergi dari sana jika tidak mengingat rengekan Glory.

"Cia kenapa diam saja? ayo giliranmu" ujar Glory yang pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada gaun pertama yang ia coba.

"Tidak kau saja, aku tidak perlu baju baru untuk pensi, aku bisa pakai baju yang ada"

"Memangnya siapa yang menyuruhmu mencoba baju untuk pensi? Minggu depan Ayah ulang tahun jadi kau harus tampil cantik, benar kan Yah?"

Dear Cia (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang