*****
Cia berdiri mematung memandangi ibunya dari balik jendela kaca, sungguh tak apa, karena ia sudah sangat terbiasa dengan aktivitas seperti itu waktu ibunya koma dulu.
Teringat akan kisah pilu yang ia dengar dari Rafael semalam, pria itu menceritakan awal mula pertemuan mereka sehingga Rafael terjerat cinta pada Elea remaja, juga keputusan-keputusan ceroboh dan menyakitkan yang telah Rafael ambil sehingga membuat Cia remaja jadi korban.
Tidak ada rasa benci, tidak ada rasa kecewa, tidak ada air mata, tidak ada perasaan apapun yang menghampiri Cia saat mendengarkan awal mula kisah pilunya di mulai, Cia seolah tak memiliki emosi untuk menanggapi cerita itu semua seperti dongeng fiksi, Cia heran kenapa ia benar-benar tidak dapat mengingat sedikitpun kalau memang itu nyata.
"Ada yang perlu Ayah ceritakan padamu" entah sejak kapan Ayah Cia sudah berdiri di sampingnya ikut memperhatikan Soraya di dalam.
Tanpa mengeluarkan kata-kata Cia pun mengikuti ayahnya lalu duduk di bangku taman dan terlarut dalam keheningan sejenak, tak lama kemudian sang Ayah mulai bercerita, Cia seolah sedang mendengarkan siaran ulang dongeng yang diceritakan oleh Rafael sebelumnya, yaitu masa lalu yang ia lupakan versi lengkap dari ayahnya tentang pertemuan pertamanya dengan Rafael.
"Ayah tidak memiliki maksud apa-apa mengatakan semuanya, tapi alangkah lebih baik jika kau tidak berhubungan lagi dengan pria itu""Dia suamiku" ralat Cia dingin.
"A-apa?!"
"Lucu sekali" Cia terkekeh dengan kepala menunduk,
"Anda menyebut diri Anda Ayah tapi sama sekali tidak tahu jika putrinya telah menikah."Maafkan Ayah Nak, kau tidak pernah memberitahu Ayah jika kau akan menikah--
"Kau juga tidak pernah memberitahu ku tentang kehidupanmu yang indah bersama perempuan kaya itu, tapi aku selalu tau bagaimana kabarmu dan kehidupanmu, dan aku mulai berhenti tahu tentang kehidupanmu saat aku memilih untuk tidak mencari tahu lagi" ucapnya yang secara tidak langsung mengatakan jika ayahnya memang tidak pernah mencari tahu tentang kehidupannya.
"Maafkan Ayah" lirihnya penuh penyesalan.
"Jika Anda memintaku untuk menjauhi suamiku, Anda hanya melakukan hal yang sia-sia, karena aku akan lebih memilih berlari menghampirinya"
"Tapi dia yang menyebabkan semua kekacauan di keluarga kita, terutama kau dan ibumu"
"Termasuk perselingkuhanmu?! Itu juga karena kesalahan suamiku?!"
Cia berdiri lalu menatap nyalang sang Ayah yang memang selalu bersebrangan pendirian dengannya,
"Rafael memang memiliki andil besar menghancurkan hidupku sampai tak berbentuk lagi, tapi dia kembali padaku, memberikanku kehidupan baru, kehidupan yang penuh cinta yang sulit aku dapatkan sebelumnya, Rafael dengan bangga mengakui putranya meskipun dia terlahir dari perbuatan bejatnya. Dia berbeda denganmu yang menghancurkan keluarga demi seorang perempuan kaya dan tidak pernah kembali, kau bahkan tidak pernah sudi menatapku dan hanya sibuk menyembunyikan fakta bahwa aku adalah putrimu saat di kampus!" Cia terduduk di atas tanah, menangis tersedu meluapkan segala rasa sakit dan kekesalan pada ayahnya."Elea... Maafkan Ayah Nak" pria paruh baya itu berlutut mencoba memeluk putrinya.
"Aku tidak akan pernah membiarkan putraku hidup tanpa seorang Ayah, aku tidak akan melepaskan pria yang tidak akan berhenti mencintaiku, yang tidak malu memungutku dari kubangan kotoran... Hikss..hikss"
Cia terisak pilu dalam dekapan sang Ayah, sungguh ia merindukan pelukan hangat ayahnya itu, meskipun hatinya terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Cia (THE END) ✓
Ficção GeralWARNING!! KHUSUS DEWASA 20+ cerita ini hanya fiktif belaka isinya full imaginasi, jadi kalau ada yang kurang masuk di nalar mohon abaikan, Just have fun 😊