*****FLASHBACK ON
Hari kedua, ketiga, keempat dan seterusnya Cia rutin mengantarkan pesanan susu ke rumah Rafael. Pria itu memang masih saja ketus pada Cia tapi sebenarnya dia baik dan murah hati, begitu menurut Cia.
Seperti saat ini, Cia tengah duduk santai, bersila di atas karpet bulu di ruangan tengah rumah Rafael, sesekali Cia tertawa geli bahkan terbahak saat ia membaca bagian-bagian lucu dalam komik yang ia baca, melihat itu Rafael hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja saat melihat kelakuan Cia yang begitu fokus membaca dengan berbagai macam gaya, kadang ia terlentang, tengkurap dan berdiri sambil berjalan-jalan mengitari ruang tamu. Gadis itu akan lupa waktu jika sudah membaca komik-komik koleksi Rafael. Rafael juga tidak mengerti kenapa Cia begitu betah main di rumahnya, mungkin karena banyaknya koleksi buku dan komik di rumah Rafael sebab Cia gemar sekali membaca.
"Hey Elea! Apa kau tidak di cari kedua orang tuamu? Dari pagi kau tidak beranjak dari ruangan ini" tegur Rafael yang terlihat semakin akrab dengan Cia tanpa menggunakan bahasa formal.
"Tidak Paman, mereka sedang quality time, sebab ayahku baru pulang"
jawabnya santai seraya menggulingkan tubuhnya ke posisi miring, masih setia membaca,
Rafael tertegun menatap punggung Cia yang begitu mungil memperlihatkan garis lurus tulang punggung di balik kaos tipisnya yang ketat,
"Bagaimana? Aku pengertian bukaaan?" Rafael belingsatan, terkejut salah tingkah merasa kepergok tengah memperhatikan punggung Cia, saat tiba-tiba gadis itu berbalik badan menatap Rafael dengan senyum lebar seraya menaik turunkan alisnya."Tapi tetap saja! Kau membebaniku, aku tidak dapat konsentrasi bekerja jika kau terus saja berisik"
"Ya ampun Paman ini, ini kan hari Minggu, bersantailah sedikit. Memangnya kau akan jatuh miskin jika sehari saja tidak bekerja?."
ucapan Cia ada benarnya juga, Rafael pun setuju dengan itu, namun dia memang tengah berusaha untuk menyibukkan diri agar tidak terlarut dalam kesedihan dari masalah yang tengah dia hadapi."Ya sudah, teruskan" ujar Rafael ketus.
"Hishhh... Untung kau tampan Paman"
gumam Cia merasa sebal pada Rafael yang mengganggu keseruannya.Cia memperhatikan Rafael yang terlihat berusaha menghubungi seseorang lewat ponselnya, Cia dapat menebak jika panggilan tersebut tidak mendapatkan jawaban. Cia sebenarnya ingin bertanya karena penasaran, sebab Rafael sering melakukan panggilan itu dan tetap tidak ada jawaban, Cia merasa tidak enak hati jika bertanya, karena Rafael selalu terlihat bersedih saat panggilannya tak pernah mendapatkan jawaban.
"Paman aku lapar"
"Astaga! Sejak kapan kau di sana?"
Rafael begitu terkejut saat dengan lancangnya Cia mengintip aktivitas Rafael, kepala Cia tepat berada di atas pundak kanan Rafael, sehingga Rafael hampir mencium pipi meronanya jika dia tidak refleks menghindar."Aku lapar" rengeknya kembali.
"Pulang, dan minta makan pada Ibumu"
"Iiihhh... Kan aku sudah mengatakan tadi jika orang tuaku sedang quality time, aku tidak ingin mengganggu mereka menghabiskan waktu berdua untuk bercinta-- upss" Cia refleks membungkam mulutnya yang asal kalau bicara, Rafael hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menanggapi tingkah bocah remaja itu,
"Paman, bagaimana rasanya bercinta? Orang-orang bilang rasanya seperti menaiki roller coaster, apa benar begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Cia (THE END) ✓
Ficción GeneralWARNING!! KHUSUS DEWASA 20+ cerita ini hanya fiktif belaka isinya full imaginasi, jadi kalau ada yang kurang masuk di nalar mohon abaikan, Just have fun 😊