*****
Di sebuah Mansion mewah seorang gadis cantik terlihat sibuk berlarian ke sana kemari menyiapkan segala keperluan yang akan ia bawa ke kampus dengan sepotong roti memenuhi mulutnya.
"Ayo sayang! tiga puluh menit lagi Ayah ada rapat" Rafael beberapa kali menghela nafas mencoba bersabar melihat tingkah putrinya yang sama sekali tidak disiplin.
"Ok, let's go" putri rafael duduk di samping Arthur (Sopir) di kursi depan.
"Sayang?" Rafael berkerut kening, heran kenapa putrinya malah duduk di depan.
"Aku lebih suka duduk di sini Yah, dari pada duduk di sana, Ayah selalu mengabaikan ku dan memilih sibuk dengan pekerjaan" sang putri menggerutu lalu meminta sopir segera melajukan mobilnya.
Benar saja sesuai dengan yang di katakan putrinya, Rafael pun sibuk dengan tablet di tangannya sedangkan sang putri malah asyik mengobrol dengan sopir.
"Yah?"
"Hm?"
"Ayah bisa kan datang ke acara pensi di kampus minggu depan?"
"Hmmm... Ayah tidak janji Sayang, Ayah sudah ada jadwal ke luar kota, tapi nanti coba--
"Baiklah tidak usah, biar Arthur saja yang datang" potongnya dengan nada kecewa. Rafael sebenrnya tidak tega menolak permintaan putrinya namun mau bagaimana lagi, sebagai seorang pimpinan di sebuah perusahaan besar Rafael terkadang harus rela kehilangan waktu bersama putrinya,
sebab dia bukan hanya memikirkan hidupnya sendiri tapi ribuan orang yang bekerja di bawah perusahaannya."ARTHUR STOP!" Rafael terkejut mendengar putrinya berteriak meminta Arthur menghentikan mobil tiba-tiba sehingga membuat tablet yang dia pegang jatuh ke kolong kursi mobil,
"Itu temanku. Tunggu sebentar"
putri Rafael bergegas keluar dari mobil dan menghampiri temannya yang tak jauh dari posisi mobil berhenti, tak lama kemudian ia kembali bersama temannya itu."Selamat siang Arthur" sapa teman sang putri pada Arthur yang sepertinya mereka sudah saling kenal, perempuan itu di persilahkan masuk oleh putrinya Rafael dan duduk di kursi penumpang tepat di samping Rafael yang masih fokus pada pekerjaannya.
"Ayah, kenalkan Cia Eleanor temanku di kampus" putri Rafael yang tak lain adalah Glory menoleh kan kepalanya ke belakang, Rafael dan Cia sama-sama terkejut sehingga hanya terdiam tanpa memperkenalkan diri masing-masing sebab memang pada kenyataannya mereka sudah saling mengenal.
"Ayah kenapa diam saja? aku tau Cia memang cantik, ckck tapi tidak begitu juga menatapnya" Glory memutar bola matanya sebal lalu kembali fokus ke jalanan sedangkan Cia segera mengalihkan pandangannya menatap jalanan memutuskan kontak mata dengan Rafael, pria yang dua hari lalu menyiksanya dengan nafsu buasnya.
"Cia, nanti kau langsung saja ke rumah sakit, biar aku yang mengatakan pada Miss Killer kalau kau absen karena harus ke rumah sakit"
"Ti-tidak perlu Ory, emmm... aku ke rumah sakitnya nanti saja sepulang kuliah" Cia sedikit terbata-bata, entah karena gugup atau takut dengan situasi aneh itu. Bagaimana tidak, Cia baru mengetahui jika pelanggan menakutkan seperti Rafael adalah Ayah dari teman dekatnya sendiri.
"Tadi kau bilang buru-buru harus ke rumah sakit? biar kau sekalian di antar oleh Arthur, tidak apa-apa kan Yah? toh kalian searah"
"TIDAK!" tolak Cia refleks. Glory cukup terkejut mendengar Cia menolak dengan nada tinggi,
"Ma-maksudku, aku ada keperluan lain jadi naik taksi saja""Hahaha...! kau lucu sekali, lebih praktis di antar Arthur bisa minta berhenti di mana saja, benar kan Yah?"
"Hm. Arah kita sama, jadi tidak masalah" ucap Rafael yang terdengar lebih tenang namun dingin sehingga membuat Cia semakin merasa membeku dan kepanasan dalam waktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Cia (THE END) ✓
Ficción GeneralWARNING!! KHUSUS DEWASA 20+ cerita ini hanya fiktif belaka isinya full imaginasi, jadi kalau ada yang kurang masuk di nalar mohon abaikan, Just have fun 😊