part 33

23.2K 1.3K 52
                                    

*****

Operasi pengeluaran proyektil peluru yang memakan waktu hingga hampir tujuh jam pun telah usai, terdapat tiga peluru bersarang di tubuh Rafael,  yang satu di leher belakang, kedua di betis dan yang ketiga di atas tulang belikat kanan.

Luka tembak itu menyebabkan retak pada ruas tulang ke enam leher Rafael, karena ruas ke enam tulang leher itu pusat pengendali tekanan darah dan detak jantung, juga pengendali saraf untuk menggerakan otot pada tangan, hal itu membuat tekanan darah, detak jantung, otot kaki dan tangan tidak berfungsi dengan baik. Saat ini otot tangan dan kaki Rafael kemungkinan akan mengalami lumpuh sementara, dan masih harus memakai alat bantu pernapasan, dan setiap hari Rafael masih harus di evaluasi.
(

Begitu lah kira-kira menurut informasi dari Mbah Google xixixixixi :D )
Itulah informasi yang Cia dapat dua hari yang lalu pasca operasi Rafael yang di pimpin oleh Dr. Benning yang sudah sangat lama menjadi Dokter pribadi Rafael.

Cia masih setia menunggui Rafael yang masih belum sadarkan diri pasca operasi, terlihat El juga masih tertidur pulas, telungkup di atas perut ibunya yang juga tengah terlelap akibat terlalu lama terjaga selama menunggu berjalannya operasi.

Tetes demi tetes cairan infus mengalir masuk ke dalam tubuh Rafael yang tidak berdaya, di iringi bunyi bip-bip pada mesin indikator jantung.
C

ia terhenyak saat ia tidak mendapati El dalam dekapannya namun ia kembali tenang saat melihat El tengah berdiri di samping ranjang Rafael. El memandangi lekat-lekat sang Ayah sesekali menyentuh-nyentuh pelan lengannya itu dengan ujung jarinya,

"Apa ini sakit Dadd?" tanyanya pada sang Ayah seraya menunjuk jarum infus di tangan.

"Sayang jangan ganggu Daddy mu" Cia berkata pelan dengan mata berkaca-kaca.

Tak lama kemudian Arthur masuk membawa perlengkapan sekolah El yang di minta Cia sejak pagi tadi,
"Terima kasih Arthur"

"Sama-sama Ny."

Cia mengambil alih semua perlengkapan itu dan membawa El ke kamar mandi yang masih berada dalam ruangan yang sama.

"Tn. Tidakkah Anda kasian melihat putra Anda? Setiap hari dia selalu berharap Anda segera bangun"
Arthur mengeluarkan suara yang sedikit bergetar,
"Jangan sia-siakan kesempatan untuk berbahagia bersama mereka, jangan biarkan bajingan itu mengambil alih tugas Anda untuk membahagiakan mereka" setelah mengucapkan beberapa kalimat penyemangat, Arthur pun segera keluar, pria paruh baya itu tidak kuasa melihat Tuan nya yang begitu gagah dan keras kepala itu kini tergeletak tak berdaya.

Di kamar mandi...

"Mom?"

"Hm?"

"Daddy kapan bangun? Semenjak sekolah Daddy belum pernah mengantar El sekolah, padahal dulu Daddy berjanji akan selalu mengantarkan El sekolah bersama Mommy''

Cia tertegun sejenak lalu kembali memakaikan satu persatu baju sekolah El, mendudukan El di atas bangku, menyisir rambutnya menghadap ke cermin. Wajah sembab Cia menampilkan senyum saat melihat betapa tampannya El,

"Kau tampan, mirip sekali dengan Daddy mu" pujinya tanpa menjawab pertanyaan El.

"Karena El memang anaknya Daddy"
ucapnya bangga.

Dear Cia (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang