part 34

23.5K 1.2K 15
                                    

*****

Rafael mendengarkan penjelasan Dr. Benning seraya menatap kedua kakinya yang tidak dapat di gerakkan, lehernya pun masih sulit menoleh karena adanya alat penyangga leher yang semakin mempersempit ruang geraknya.

"Apa ini permanen?"

"Aku akan melakukan yang terbaik, kau hanya harus rutin menjalani terapi dan terpenting kau punya keinginan kuat untuk sembuh"

"Cih... Aku sudah tidak percaya dengan bualanmu itu" cibir Rafael yang pernah mendengar ucapan itu saat Glory berjuang untuk hidupnya.

"Jangan seperti anak kecil Raf, bersabarlah kau pasti akan sembuh dengan cepat jika kau mau berusaha"

"Sabar katamu! Bagaimana bisa aku sabar dengan kondisi seperti ini, sedangkan aku memiliki istri yang begitu cantik dan tak bisa ku abaikan di rumah" ucapnya mengandung makna yang sangat erotis.

"Astaga! Kau hanya lumpuh kaki dan sulit menggerakkan tangan bukan impoten? Meskipun sebagian tubuhmu lumpuh, Penismu masih bisa berdiri bukan?"

"Shit! Tidak lucu jika aku hanya berbaring seperti boneka seks"
Rafael dengan kesal kembali membaringkan tubuhnya,
"AARRGGHHH... Shit sakit sekali"
Rafael menghempaskan tubuhnya ke kasur melupakan kondisi lehernya sehingga dia mengerang kesakitan.

Dr. Benning pun hanya menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan pasiennya yang satu ini, masih sempat-sempatnya memikirkan nafsu birahinya.

"Kau bertingkah seperti sudah bertahun-tahun puasa seks"

"Memang!"

"What! Apa aku tidak salah dengar?"

"Keluar!! Kau hanya membuatku semakin sakit"

Dr. Benning menghela nafas pasrah lalu meninggalkan Rafael yang tiba-tiba menjadi Pria cerewet dan sangat kekanakan.

*****

Satu minggu kemudian Rafael sudah di perbolehkan pulang, dan masih harus rutin menjalani terapi yang sudah di jadwalkan oleh Dr. Benning.
Semenjak mengetahui tentang kondisinya yang lumpuh sementara, Rafael sangat dingin terhadap Cia, jangankan untuk membersihkan tubuh, mengganti pakaian, makan pun Rafael sudah tidak ingin di layani oleh Cia.

Rafael sangat sensitif dan tempramennya kembali sulit di kontrol, hampir sama seperti Rafael yang dulu. Pernah satu kali dia membuat El menangis seharian karena di tolak olehnya yang pada saat itu El sangat ingin tidur satu ranjang bersama Rafael saat baru tiba di rumah, Cia mencoba memberi El pengertian bahwa kondisi sang Ayah saat ini sedang sulit, sehingga El pun dapat mengerti dan alhasil El tidak berani mendekati ayahnya lagi.

Rafael dan Cia kini tidur di kamar yang berbeda itu semua atas permintaan Rafael, Cia hanya pasrah dengan keinginan Rafael dan untuk sementara di biarkannya Rafael melakukan apapun yang dia mau, Cia harus bersabar menghadapi sikap Rafael yang pasti sangat terpukul dan kecewa saat ini, bagaimanapun Cia pernah merasakan berada dalam kondisi sulit menerima kenyataan seperti saat El mulai berhenti berbicara karena traumanya.

*****

Hari ini Rafael menemui pelaku penembakan dirinya di penjara yaitu Jhon. Di atas kursi roda dengan emosi yang coba dia tahan, Rafael menatap tajam pembatas kaca pada ruangan khusus untuk orang yang membesuk narapidana di dalam penjara.

Tak lama kemudian Jhon muncul menggunakan seragam tahanan menebarkan senyum lebar, puas melihat kondisi Rafael saat ini,
"Bagaimana rasanya duduk di kursi yang tentunya bukan kursi kekuasaan itu Tn. Rafael?"

"Seribu kali lebih baik dari pada berada di tempatmu saat ini"

"Kau hanya mencoba menghibur diri bukan? Aku yakin kau merasa tidak punya harga diri dan tidak berguna sekarang, karena kau hanya lelaki lemah" Jhon mendekatkan wajahnya semakin dekat ke lubang-lubang kecil yang terdapat pada pembatas kaca,
"Setahuku Cia sangat menyukai Doggy style?" Jhon melihat ke arah kursi roda Rafael, seraya menyeringai mengejek keterbatasannya saat ini.

Dear Cia (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang