Chapter 8

45 15 0
                                    


Lyra menggeliat saat merasakan tubuhnya mendarat di tempat yang cukup empuk, lebih tepatnya tempat yang sangat lembut. Penasaran dengan kondisinya, Lyra membuka matanya dan menatap bingung saat melihat langit-langit yang terasa asing dari yang beberapa saat lalu dia lihat. Kali ini langit-langit itu tampak rapi dan cerah terlebih saat tertimpa cahaya dari luar jendela yang ditutupi gorden dengan sulaman bunga anggrek merah. Lyra bangkit dari tidurnya dan merasa rasa sakitnya sedikit berkurang dari sebelumnya.

"Di mana ini?" lirih Lyra bangkit dari kasur hijau itu dan meneliti setiap seluk beluk kamar yang ia tempati saat ini, ya, tempat ini cocok dikatakan sebagai kamar karena memang dekorasi yang terpasang membuatnya layak untuk itu. Suara derak pintu terbuka membuat Lyra spontan kaget dan memasang kuda-kuda untuk menyerang, ternyata itu seorang wanita dengan terusan hijau dan membawa nampan berisi tudung aluminium yang apapun di dalamnya tak kelihatan oleh Lyra dan dia juga tidak peduli itu apa.

"Syukurlah kau sudah bangun. Ternyata menjadi manusia nyata itu sangat hebat, bisa merasakan apa itu istirahat dan tidur." Lyra menatap ngeri ke arah wanita di hadapannya itu. Bukan! Bukan inti pembicaraannya yang jadi sumber kagetnya melainkan ciri fisik wanita itu.

Matanya memang berbentuk normal layaknya manusia pada umumnya tapi titik hitam di mata itu nyaris tidak ada, ibarat mata kucing yang sedang tertimpa cahaya, sangat kecil hitamnya berbanding terbalik dengan volume putih yang menguasai hampir seluruh mata. Lalu kulit mereka sangat pucat persis mayat atau malah lebih, Lyra tak sempat membawa mayat yang bisa dibandingkan, tapi jika benar dibandingkan dengan mayat, tentu mereka pemenangnya.

Lalu suara mereka, ketika mereka berbicara, suara mereka terdengar sangat bergema layaknya memakai sound sistem. Mereka tak lebih baik dari robot, tanpa ekspresi di wajah super datar itu, tapi suara mereka memiliki emosi seperti ingin bersahabat dengan orang baru, dan itulah yang sedang terjadi pada Lyra saat ini.

"Makanlah, kau pasti kelaparan," ucapnya membuka tudung saji yang nyaris membuat Lyra terlonjak kaget, itu adalah makanan terjijik yang pernah Ia lihat. Mereka benar-benar meniru bentuk nasi normal tp itu tampak mengerikan saat mereka membuatnya dengan sesuatu berlendir hijau dan itu bukan beras, itu mungkin makanan tak layak yang dibentuk layaknya nasi. Lyra menjauhi meja dengan wajah lesu karena perutnya bergejolak ingin muntah.

"Kau kenapa? Apa ...."

"TETAP DI SITU!" teriak Lyra dengan lantang saat wanita dengan terusan hijau itu ingin menghampirinya. Wanita itu berhenti tanpa ekspresi tapi sepertinya dia tidak setuju,  karena dia kembali melangkah menghampiri Lyra yang menatap horor setiap sudut ruangan, mencari sesuatu yang dapat disebut perlindungan.

"HENTIKAN! Menjauh dariku!" teriak Lyra sambil melemparkan apapun yang dapat diraihnya dan berlari menuju pintu untuk kabur. Sepertinya nasib baik menghampiri Lyra saat ini, pintu tidak terkunci dan Lyra dengan langkah cepat berlari meninggalkan kamar itu.

"Sang penolong kabur," ucap wanita itu memberi kode melalui alat canggih di telinganya dan melangkah mengejar Lyra yang semakin menjauh.

****

Setelah lama berjuang melewati satu persatu rombongan Excibisan-julukan para penduduk  Excibis City, akhirnya Loen dan Horon berhasil melihat gedung pusat distrik 9 yang merupakan otak dari seluruh pergerakan di semua bagian Excibis, tapi kedua laki-laki berbeda ras itu kembali diterpa dilema dan kecemasan saat melihat banyaknya para Mielin yang berjaga di sepanjang jalan menuju gedung, juga hewan-hewan buas yang sangat mahir mengendus yang menjadi teman mereka. Loen dan Horon mengistirahatkan tubuh mereka di balik salah satu kayu besar dan bersandar lelah.

"Apa kita bisa menerobos?" tanya Loen menarik nafas panjang. Horon menggeleng tak tahu dengan apa mereka akan melakukan penerobosan.

"Apa mereka tidak pernah tidur?" Horon mengangguk tetap dengan kondisi diam seribu bahasa. Loen menatap curiga ke arah pria di sebelahnya terlebih saat mendengar ringgisan terputus-putus dari pria itu.

Excibis City✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang