Chapter 22

17 15 2
                                    


Suasana ramai di kediaman Hardy perlahan berkurang setelah jenazah putranya telah diantar ke tempat peristirahatan terakhirnya. Antama Zoelirran, pria tampan dan cerdas serta berbakat itu telah benar-benar meninggalkan dunia di usianya yang ke 20 tahun. Tak ada yang dapat Hardy lakukan sebagai ayah untuk menyelamatkan. Kepintarannya juga pengalamannya selama di Excibis City tak membuat dia lantas bisa menyelamatkan putranya, dia gagal melakukan itu sebagai orang tua, bahkan dia juga tidak menjamin bahwa Lyra akan kembali dengan keadaan lebih baik dari Liran saat ini, ada kemungkinan besar bahwa Lyra bisa saja kembali dengan kondisi yang sama persis dengan Liran, tidak tertolong dan mati.

Hardy tahu bahwa kematian adalah milik Tuhan, tapi dalam hal ini, kematian bisa saja terjadi walau Lyra ingin hidup, walau mungkin jatah hidupnya masih panjang tapi kalau dia terlalu lama di sana, semua organnya akan perlahan rusak dan jika kembali sadar pun, Lyra akan sadar dalam keadaan yang kritis karena tubuhnya tidak dapat berkerja semestinya. Sama halnya dengan Liran, pria itu meninggal setelah beberapa organ pentingnya rusak parah termasuk jantungnya, padahal otak pria itu masih berfungsi tapi gagal jantung mengubah semuanya, bahkan otaknya tak mampu bertahan dengan sakit pada organ vital itu, Hardy hanya bisa pasrah pada akhirnya. Meletakkan doanya pada takdir yang akan datang menghampiri ia dan istrinya.

"Kau menangis lagi?" Hana bertanya sambil menepuk pundak suaminya yang terlihat sedikit terisak dengan memegang sebuah buku diary bersampul cokelat. Hardy menggeleng sambil menghapus sisa air matanya.

"Tidak, ini hanya sisa air mata saat aku menangis di pemakaman tadi, ada apa? Kenapa kau naik? Bagaimana dengan para tamu?" ucap Hardy berusaha tenang.

"Ini, Razi mengirimimu sebuah surat begitu dia sampai di Medan tadi malam," ucap Hana memberikan sepucuk surat bersampul amplop putih cerah. Hardy menerimanya dan Hana berjalan meninggalkannya.

"Hana!" panggil Hardy menghentikan langkah wanita itu yang segera menoleh.

"Jika ... jika nasib buruk benar-benar menimpa kita, jika Lyra tidak kembali, aku harap kau tidak menyalahkan dirimu sendiri, cukup salahkan aku saja dan jangan terlalu stres dengan semua itu!" ucap Hardy memberi peringatan pada Hana yang tersenyum menanggapinya.

"Lyra anak kuat, aku tahu dia akan pulang walau kehilangan kakaknya. Tapi jika memang harus hal buruk ... aku harus menerima, bukan?" jawab Hana sambil tersenyum dan meninggalkan Hardy di kamar Lyra yang segera membuka surat dari Razi yang melakukan kunjungan sebagai dokter ke Medan.

Hardy ... maaf sekali jika aku terlambat pulang seperti yang kujanjikan saat pergi, aku ada kunjungan mendadak ke salah satu rumah sakit karena harus menggantikan salah satu mentorku dari Shanghai yang tidak bisa datang karena sedang melakukan penelitian besar-besaran akan penyakit pada putranya. Kuharap kau mau memperpanjang kerjamu sebagai tutor dan staf pembantu di rumah sakit, aku mohon padamu.

Aku mengirim surat karena merasa sms atau email tidak pantas menyampaikan ini padamu, aku mohon. Karena menolak permintaan mentorku sangat sulit kulakukan, ditambah lagi dia sedang mengalami nasib yang sama denganmu, putranya tidak bangun layaknya Liran dan Lyra, aku harap dia bisa membangunkannya agar aku bisa mencobanya pada gadis kecil kita. Kumohon maafkan aku kali ini, dan juga maafkan aku tidak bisa menemanimu.

Irkum Razisyah

Hardy melipat surat Razi dengan teratur dan tangannya tampak bergetar karena menyadari bahwa semakin banyak orang yang akan menghilang setelah dia membuka portal itu. Tiba-tiba otaknya berkedut dan sebuah ingatan muncul di pikirannya.

Sebuah gambaran saat ia mengekstrak satu persatu otak manusia itu untuk membuat formula yang dapat membuka portal yang bisa menculik dan menyesatkan manusia dalam alam bawah sadar mereka saat tidur, tak ada yang dia tambahkan seperti halnya membuat para Mielin, hanya saja, dia yakin bahwa itu akan berhasil dan mencobanya dengan seorang diri. Mengingat itu membuat Hardy menyadari sesuatu, ada yang selama ini dia lupa.

"Portal itu, dia terbuka karena aku, itu ... itu karena aku memiliki kemampuan yang dimiliki Hardy yang asli, astaga! Husk masih ada di sana dan juga Lyra pasti memiliki beberapa imaginer, jangan sampai mereka duluan menemukan kebenaran ini dan menemukan jalan keluar atau Lyra ... Lyra takkan pernah pulang selamanya." Hardy memukul kepalanya berkali-kali karena merasa sangat menyesal tak menyadari itu selama ini.

"Harusnya aku menutup portal itu saat berhasil mencapai refleksi atau sekaligus menghancurkannya dan penculikan ini takkan pernah terjadi, bagaimana aku kehilangan bagian ini di pikiranku. Lyra! Kumohon cepatlah temukan jalan pulangmu karena saat aku memikirkan sesuatu pasti Husk juga merasakan itu," ucap Hardy tak berhenti menyalahkan diri sendiri dan juga berdoa agar Lyra duluan menemukan jalan pulang.

Mendengar suaminya berceloteh seorang diri, Hana diam-diam menangis di balik pintu kamar itu. Rasa cemas membuatnya berpikir bahwa suaminya pasti sudah kehilangan akal sehatnya dengan kematian putra tunggal mereka.

"Lyra ... pulanglah nak, jangan biarkan ayahmu menjadi gila karena kehilangan kalian berdua, ibu mohon. Ibu sangat merindukanmu, apa kau tidak merindukan ibu, nak?!" lirih Hana sambil terisak dengan tangan memeluk foto putri kecilnya, Agatha Zoelyra yang tengah tersenyum dengan mengenakan seragam sekolahnya bergandengan dengan Liran dengan seragam yang sama.

"Kalian anak-anak ibu yang berharga," ucap Hana di sela-sela tangisannya.

****

Matanya terbuka sempurna saat telinganya mendengar suara yang sangat jelas dan membuka akal sehatnya yang beberapa tahun dalam kebuntuan. Suara itu benar-benar memberinya sebuah harapan baru tanpa harus bergerak bak pemburu gila seperti selama ini. Suara itu telah menuntunnya mendekat ke apa yang diimpikannya selama ini, kebebasan dan kekuasaan.

"Harlo, terima kasih sudah menyadari hal ini. Kau benar-benar saudaraku yang pintar. Kini aku bisa membukanya, aku bisa membuka pintu menuju kebebasan itu, Harlo. Itu karena kau dan aku akan menjadi penguasa! Di mana begitu aku berhasil mencuri salah satu tubuh yang ku inginkan, maka aku akan menghancurkan duniamu, Hahahaha!"

( .... )

Excibis City✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang