Chapter 11

31 15 6
                                    


Berawal dari sebuah ilusi, membentuk bayangan dan menjadi sebuah wujud yang sempurna. Tangannya mulai bergerak perlahan dan jantungnya berdetak seiring kelopak mata yang merekah menatap sinar cahaya yang menerpa wajahnya. Mahluk yang tadi bertubuh transparan itu kini menjadi lebih padat dan benar-benar seperti manusia pada umumnya, hanya saja ingatannya tak sepenuhnya mampu ia baca.

"Razi! Kau tidak seharusnya berbuat seperti itu! Bagaimana ibu akan menjelaskan masalah ini pada ayahmu? Bagaimana ibu akan menjelaskan bahwa putranya sangat tidak berguna? Apa ibu harus bilang bahwa putranya sangat bodoh dengan gagal menyiapkan disertasi akhirnya?!"

Ucapan itu mendatangi pikirannya, dan suara tamparan tanpa rasa kasihan terdengar jelas di telinganya walau tak ada rasa sakit yang ia rasakan, tapi dia dapat merasakan bagaimana perasaan pria yang terlihat mirip dengannya itu. Dia menangis kerana pojokan rumahnya menghilangkan malu saat harus mendapat tamparan di depan teman-temannya padahal dia adalah seorang mahasiswa bukan anak sekolah dasar lagi. Rasa egois ibunya membuat tubuh pria yang tadinya siluet itu kini mampu digerakkan, dia menjadi nyata.

"Aku ingin dihargai, ibu! Siapa yang akan menghargai aku jika kau melakukan itu di depan teman-temanku, aku bukan bocah lagi, tolong hargai aku sedikit saja! Apa menjadi gagal itu bisa diprediksi? Aku sudah berusaha ibu, tolong hargai aku!"

Terdengar isakan yang menyayat hati dari pria di bayangannya.

"Dia mirip denganku, atau aku memang dia?" tanya pria ilusi itu. Suara langkah mengagetkannya.

"Hai, kau adalah aku juga, dan kita adalah dia!" ucap seseorang yang sangat mirip pria ilusi pertama yang menatap kaget. Bagaimana mereka berdua sangat sama, layaknya melihat ke dalam cermin.

"Kau ... nyata?" tanya pria ilusi satu dan pria ilusi dua menggeleng.

"Kau dan aku adalah ilusi di pikiran pria bernama Razi itu, dia menciptakanmu saat dia ingin ke tempat yang disenanginya dan dia menciptakanku saat dia ingin ke dunia di mana dia dihargai. Kau dan aku adalah sisi lain dia, kita ada di dalam otaknya, otak si dokter hebat, Razi."

"Bagaimana cara kita membantunya?" tanya si pria ilusi satu dengan raut serius.

"Dengan membunuhnya! Kau harus menggantikannya menjadi orang lain dan membalas dendamnya!"

"Maksudnya?"

"Tarik kesadarannya dan rebut tubuhnya, maka kau akan membantunya dengan menjadi seseorang yang benar-benar nyata! Dia sudah tidak berguna, dia hanyalah mahluk hidup yang tidak memiliki apapun untuk pendorong niat hidupnya, bukankah dia sebaiknya mati?!" ucap pria ilusi dua sambil melangkah menjauh, pria ilusi satu ingin mengejarnya, tapi ....

"Dokter Razi!" Panggilan salah seorang perawat mengagetkan Razi yang segera menutup diary-nya dan memasang wajah tenang seperti yang ia selalu lakukan.

"Ada apa?" tanyanya sambil bangkit.

"Ini berkas yang Anda inginkan, saya baru saja menemukannya setelah membongkar seluruh dunia," gurau perawat berhasil membuat tersenyum Razi yang langsung menerima beberapa berkas yang sangat ditunggu-tunggunya itu.

"Terima kasih, maaf merepotkanmu," ucap Razi dan perawat itu hanya mengangguk dan berlalu dari ruangan Razi yang segera duduk dan membolak-balik kertas itu.

"Bukan ptsd, lalu ... kepribadian ganda?" gumam Razi melihat satu persatu ciri dari catatan riwayat beberapa pasien yang mengidap kedua penyakit mental itu. Selang beberapa menit, keheningan Razi diusik dering ponselnya dan 'Ayah Lyra' dengan jelas terpampang di sana.

"Aku belum menemukan celah sedikitpun, kau harus membantuku! Kita harus mengubur rahasia ini tanpa siapapun yang tahu!"

Setelah telepon terputus, Razi terlihat lebih tertekan dari sebelumnya, rekaman video tentang gejala salah satu pasiennya seakan menambah himpitan beban yang menyerangnya.

"Jika ini berhubungan dengan teori munculnya kepribadian ganda, maka cara mengalahkan mereka adalah dengan menjaga kesadaran sang inang pemilik tubuh, tapi ini berbeda, bagaimana memelihara kesadaran Sang inang jika untuk membuka matanya saja menjadi hal mustahil baginya. Sebenarnya apa semua ini? Bagaimana cara mengembalikan kesadaran itu sendiri? Bagaimana aku bisa menyelamatkan Lyra dan Liran?" ucap Razi gusar.

Tiba-tiba tubuh Razi menegang saat beberapa kenangan kilas balik masa lalu mengantam pikirannya. Saat di mana Razi sesungguhnya terperangkap di labirin berkelok milik Excibis City, bagaimana pria itu menangis meminta tolong.

"Agkh, ini menyakitkan. Tolong hentikan!" lirih Razi memegang kepalanya yang terasa sakit saat ingatan yang dia ingin lupakan itu muncul dan menjadi kuat.

Razi sesungguhnya dibawa paksa dengan tangan terikat sangat kuat dan diseret tanpa rasa kasihan, memasuki ruangan super gelap milik pusat Excibis.

"Lepaskan aku!" teriak Razi sesungguhnya dengan teriakan yang nyaring, bukan jawaban baik yang ia dapat. Tubuhnya terlempar saat kaki-kaki mahluk raksasa itu menendangnya tanpa iba dan memaksanya untuk diam. Razi menangis dalam diam dan sesekali teriak histeris saat melihat beberapa orang yang tertangkap seperti dia, tiba-tiba dibunuh dan dimusnahkan tanpa rasa kemanusiaan.

Saat itu, pria ilusi satu yang sangat mirip dengan Razi tanpa sengaja menatap ke arah Razi yang asli saat bertugas membagikan makanan kepada para tahanan, dengan mengendap-endap Razi palsu mendekati Razi yang sesungguhnya. Keduanya saling tatap untuk waktu yang lama. Hingga Razi sesungguhnya mendapat giliran untuk di bawa keluar tempat itu, Razi ilusi satu berusaha untuk terus mengekorinya meninggalkan gedung pusat Excibis, berniat menyelamatkan orang itu.

Gedung Kranial, dengan jelas tulisan itu tertempel di depan gedung. Razi ilusi satu mulai merangkak memasuki gedung dari beberapa ventilasi udara dan berhasil menjangkau ruangan di mana pria itu terikat. Dengan susah payah Razi palsu melepaskan Razi yang sesungguhnya, tapi gagal. Razi palsu kedua sangat bernafsu ingin menjadi mahluk nyata, dengan ambisius dijebaknya kedua kembarannya itu yang mengakibatkan baik Razi sesungguhnya maupun Razi ilusi satu tertangkap tentara Excibis dan dihukum bersama.

"Kau bodoh! Kita harus membunuh inang kita agar kita bisa muncul ke permukaan sebagai sesuatu yang nyata. Kau harusnya membiarkan dia mati dengan rasa frustrasinya, itu lebih baik untuk manusia yang tidak tahu rasa terima kasih atas hidupnya itu. Sekarang, mungkin kau akan sama dengannya, kau akan menghilang dan aku akan bebas!" ucap Razi ilusi dua yang sangat ambisius ingin menjadi sosok yang nyata.

Razi memegang kepalanya yang sangat sakit.

"Aku merasakan sakitnya, apa ini benar-benar seperti gejala kepribadian ganda?"

Ingatan itu kembali muncul saat Razi sesungguhnya berhasil kabur dengan Razi ilusi satu, mereka menjauh menuju satu hal yang menjadi harapan hidup mereka, tapi salah satu dari mereka tertangkap dengan telak dan satu lagi berhasil masuk dengan selamat.

Air mata Razi menetes setiap kali kenangan perpisahan itu muncul. Gambaran senyum terakhir Razi satunya lagi yang menyedihkan walau sebenarnya senyum itu pasrah. Dan juga teriakan dari Razi ilusi satunya lagi, teriakan kebencian sekaligus frustrasi tentunya.

"Aku akan mengejarmu! Aku akan menemuimu walau harus mencuri tubuh orang lain!"

Razi terus terisak, bayangan itu tak pernah hilang sejak ia menjalani kehidupan nyatanya sebagai Razi Sang dokter. Razi meraih foto nya saat mengenakan seragam SMA dan mengelusnya dengan lembut dan air mata merebak membasahi pipinya.

"Maafkan aku Razi, aku bersalah atas semua hal yang menimpa kau, aku bersalah telah meninggalkanmu di sana. Aku benar-benar minta maaf, dan aku berjanji dengan hatiku, aku akan merawat tubuh ini, aku akan merawatnya dengan sangat baik, seperti kau menjaganya. Terima kasih untuk tubuhnya."

( .... )

Excibis City✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang