Orang-orang asli Excibis, atau mereka yang disebut imaginer para manusia nyata adalah manusia dengan bentuk yang sama persis dengan orang yang menciptakan mereka, hanya saja iris mata mereka tidak seperti manusia asli, mereka memiliki iris yang lebih kecil dari manusia itu sendiri. Lyra sedikit kaget juga takjub kala mengetahui itu, terutama melihat bagaimana mereka berkelakuan layaknya manusia di bumi."Hanya satu yang aneh dari kita saat ini dan itu di sebagian sisi sangat menguntungkan tapi juga sangat-sangat aneh," lirih Lyra setengah berbisik pada Loen yang sibuk bermain dengan para anak-anak bangsa yang Excibisan, walau pada kenyataannya mereka tidak mampu memiliki keturunan karena mereka hanya tercipta dari ilusi dan akan berkembang juga hancur oleh ilusi itu.
"Apa?" tanya Loen.
"Makan, selama kita di sini aku tidak pernah makan tapi juga tidak merasa lapar. Orang-orang ini juga kulihat sama seperti itu, mereka hidup tanpa makan," lirih Lyra dengan wajah serius yang membuat Loen tertawa.
"Lyra-Lyra, kau selalu bisa membuatku tertawa, kalau memang benar kita berada di bagian otak kita, itu menjelaskan bagaimana kita tidak butuh makan. Karena otak tidak pernah merasa lapar, perutlah yang merasakannya tapi dikirim ke otak untuk memberitahukannya pada kita, bukankah itu jawaban atas semua itu. Kita tidak akan lapar karena kita ada di dunia ilusi otak kita sendiri," jawab Loen.
"Dan inilah yang sebenarnya mungkin dirasakan para manusia yang koma itu, ya? Mereka merasa lapar pada tubuh mereka tapi pikiran tidak meresponnya karena dia terjebak dalam situasi yang tidak lebih baik dari sini," ucap Lyra mengambil kesimpulan. Loen mengangguk membenarkan.
"Dan itu juga yang akan membuat tubuh kita rusak satu persatu jika kita terlalu lama tidak sadarkan diri, mereka terus berkerja tanpa asupan tenaga, mereka hancur dan nyawa kita juga akan hilang dan kita akan benar-benar terjebak di sini selamanya, Lyra, " sambung Horon yang datang dengan jalan pincangnya. Ketiga anak manusia itu terdiam setelah ucapan terakhir dari Horon. Ketakutan tiba-tiba menyerang mereka satu sama lain, sama besar dengan keinginan mereka untuk pulang.
"Apa kalian akan menyerah?" tanya seorang wanita penduduk asli Ventrikel sambil membawa kain lain untuk membebat luka Horon. Baik Lyra maupun Loen dan Horon tak menjawab.
"Kalian benar-benar tidak ingin pulang?" tanya orang itu. Lyra tersadar mendengar kata pulang.
"Caranya? Kami akan pulang dengan cara apa?" tanya Lyra dengan antusias dan itu terlihat dari tatapan matanya. Melihat tatapan mata gadis itu, wanita yang tadi bertanya langsung berlari dengan tergesa-gesa membuat Lyra dan dua pria di sebelahnya menjadi saling tatap bingung.
"Apa kau ada berkata aneh? Atau napasmu bau?" tanya Loen pada Lyra yang menggeleng. Semua pertanyaan itu terjawab dengan datangnya wanita itu dengan seorang pria tua juga beberapa orang bersama mereka.
"Boleh kupegang tanganmu, Nak?" tanya bapak tua itu pada Lyra yang dengan ragu mengulurkan tangannya. Saat kedua tangan itu bersambut, Lyra seakan ditarik ke dunia lain dengan sangat kuat.
Puluhan kisah terlihat terbang di sekeliling Lyra, kisah bagaimana orang-orang ditarik paksa ke Excibis, bagaimana mereka dibumihanguskan tanpa tersisa di hutan Excibis City, banyaknya stok pembentukan para Mielin di sebuah tanah yang ber-atmosfer kelam di sebuah distrik yang tidak memiliki manusia di sana, dan adanya sebuah tempat dengan dinding tinggi yang tidak bisa Lyra tembus melalui pikirannya.
"Bukan itu, jangan berfokus pada dinding itu, Nak! Carilah ayahmu dalam ingatanku, cari bagaimana dia menembus desa Hipotalamus lalu membuka gerbang Meninges menuju ruang refleksi, kau harus tahu itu, karena hanya dengan melalui itu kau bisa kembali ke dunia nyatamu," ucap bapak tua itu melalui pendengaran Lyra yang mana matanya tertutup dengan rapat.
Lyra berlari dalam pikirannya kembali ke masa saat ayahnya, Hardy imaginer terbentuk dan bagaimana dia sangat tampan dengan wajah mudanya juga sangat pintar dan selalu ingin tahu. Tanpa sadar Lyra meneteskan air mata di posisi duduknya karena rasa rindu pada pria itu, dan juga rasa bersalah telah menyakiti hati pria itu selama ini. Loen dengan setia menghapus air mata gadis yang terus menutup matanya itu.
Lyra mengikuti rangkaian kegiatan ayahnya versi imaginer dengan imaginer yang lain. Bagaimana pria itu menciptakan formula dari otak-otak manusia imaginer hanya untuk mainannya. Pria itu benar-benar tidak memiliki rasa kasihan saat itu, dengan tega dia mengiris satu persatu kulit kepala dan mengeluarkan otak-otak mereka dan mengekstraknya hanya untuk memuaskan imajinasinya dan salah satu di antaranya adalah dengan menciptakan formula membuka portal untuk menjangkau manusia melalui dunia mimpi dan menculiknya , hingga seorang pria bernama Hardy yang tidak lain inang dari dirinya tersesat ke dunia Excibis dan pria imaginer itu tergoyahkan dengan kata-kata Hardy yang menyentuh hatinya.
"Tuhan memberikan ilmu dan kepintaran sebagai berkah untuk mengatasi kebodohan dan mencegah manusia itu dibodohi, tidak seharusnya kita menggunakannya untuk menghancurkan manusia, bukan? Harusnya mereka untuk melindungi orang lain tanpa menyakiti mereka."
Ucapan Hardy yang asli sangat menyentuh bagi Hardy imaginer bahkan Lyra sendiri juga sangat tersentuh dan merasa bersalah saat mengingat bagaimana dia menempatkan ilmu kepintarannya juga kelebihannya selama ini, bagaimana dia tidak menghargai pemberian Tuhan itu dan selalu menganggapnya kutukan karena berbeda dari orang lain. Begitupun halnya Hardy imaginer, dia tergugah dan spontan menghentikan semua uji cobanya dan berniat mengantar Hardy yang sesungguhnya ke dunia nyata karena dia tahu Hardy memiliki kekuatan untuk menembus waktu dan itu kelebihan yang Hardy imaginer tahu sangat berguna untuk membuka ruang refleksi.
Namun, tak ada hal baik yang selalu mudah, sama halnya dengan tujuan Hardy imaginer yang diketahui kembaran imaginer-nya yang lain.
"Harlo, kita bisa menggunakan otak si Hardy itu untuk tiket kita ke dunia nyata," ucap kembaran imaginer Hardy yang lain.
"Harlo," gumam Lyra saat tahu nama asli ayahnya dari dunia Excibis, dan sedikit senyuman muncul di bibirnya.
"Tidak Husk, kita tidak bisa mengambil kehidupan orang lain, kita hanya bisa membantunya untuk kembali, karena ilmu ada untuk membantu sesama bukan menghancurkan mereka!" ucap Harlo membantah. Sejak itu, Harlo dan Husk berbeda jalan, hingga puncaknya saat Harlo mengajak Hardy untuk kabur dan gagal karena tertangkap para Mielin. Dan Harlo terpaksa mengekstrak otak Hardy yang pastinya sudah mati. Dengan rasa bersalah, Hardy mengekstraknya dan mengatakan dia butuh banyak campuran untuk menghasilkan formula yang tepat, padahal dia ingin kabur dengan ekstrak otak Hardy dan berhasil membuka gerbang Meninges dengan selamat.
Lyra membuka matanya sebelum bisa melihat ayahnya tiba di ruang refleksi karena bapak tua itu tiba-tiba terbatuk parah dan menggelepar bak ikan kehabisan oksigen.
"Pak! Kau harus bertahan, kita hampir sampai pada saat itu. Kta harus berjuang pak!" ucap Lyra dengan raut penuh harap tapi pria tua itu tak tertolong. Namun kejadian aneh tak berhenti di situ, satu persatu anak dan penghuni Ventrikel tiba-tiba mengalami megap dan kesulitan bernapas dan beberapa dari mereka langsung terdiam mati. Lyra maupun Loen dan Horon menjambak rambut mereka dengan frustasi karena tidak bisa membantu sama sekali.
"A-apa ini?" tanya Lyra hampir menangis.
"Kita harus pergi, bangsa petinggi Excibis telah mengirim wabah ke mari dan itu akan membunuh semua orang," ucap wanita yang tadi memeluk pak tua.
"Ke-ke mana kita akan pergi?" tanya Lyra bingung.
"Ke tempat kau bisa menghancurkan kesombongan mereka, gedung pusat Excibis."
( .... )
KAMU SEDANG MEMBACA
Excibis City✔
Fantasy(Fantasy) "Ketika hayalan menjadi petaka" "Berhati-hati dengan hayalanmu, semakin kau terbuai olehnya, semakin mudah kau diculik oleh mereka" Saat kau telah tenggelam, sangat sulit menemukan peluang untuk kembali. Berbicara sebuah kehilangan, ya...