"Loen!" panggil Lyra sambil memapah Liran menghampiri Loen dan Horon yang menatap dengan pupil membesar layaknya orang yang ketakutan melihat hantu di hadapan mereka. Kedua orang itu saling tatap dengan pupil bergetar menyiratkan betapa kagetnya mereka saat ini, terlebih dengan jelas kedua bola mata mereka menyaksikan Lyra yang tadi masuk ke dalam semak sedang berdiri merapikan pakaiannya."Ini seperti film horor, Loen," bisik Horon pelan. Loen mengangguk dengan ekspresi tegang.
"Horon, siapkan alat yang bisa kau raih, aku ada pisau di sakuku, kita harus bersiap-siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi saat dua Lyra ini bertemu," balas Loen berusaha bersikap normal tapi tangannya mulai terulur mengambil pisau lipat di saku kanan celananya.
"Ayo kita per ...." Kedua Lyra berjumpa mata, saling tatap dengan ekspresi yang lebih dari kaget, tapi tampaknya mereka bisa mengolah emosi mereka dengan hanya saling tatap. Loen menarik Liran bersamanya karena Liran sudah seperti orang gila melihat adiknya ada dua orang, malah sangat mirip lagi.
"Siapa kalian?! Siapa di antara kalian Lyra yang asli?!" bentak Horon.
"Aku!" ucap kedua Lyra itu dengan kompak. Baik Loen dan Liran hendak gila rasanya.
"Katakan yang sebenarnya, siapa di antara kalian yang hanya ilusi? Tolong jangan berbohong, atau aku akan menyakiti kalian berdua!" ancam Horon. Kedua Lyra itu saling tatap dengan mata sama-sama menusuk.
"Aku!" ucap mereka lagi. Horon sudah ingin meledak, tapi dengan susah payah ditahannya.
"Katakan atau ...." Ucapan Horon terputus saat terdengar suara derak yang sangat kuat disertai erangan yang memilukan.
"Beraninya kau menipuku!" Dan kini mata Liran, Loen dan Horon semakin membulat saat melihat Lyra satu lagi yang sedang menghajar habis-habisan tubuh dari wujud yang sangat mirip Liran.
"Jangan bengong bodoh! Itu tidak ada Lyra yang asli, mereka berdua adalah palsu! Seperti pengecut ini!" teriak Lyra sambil menikam pria yang sangat mirip dengan kakaknya itu hingga tak berkutik lagi.
"Beraninya kau mengaku sebagai aku!" teriak Lyra lagi sambil melompat ke arah dua wanita yang mirip dengannya itu, dan menghajar mereka sekuat tenaganya. Horon dan Loen menatap teliti ke kaki Lyra yang baru datang, ya itu dia Lyra sesungguhnya, luka akibat terjatuh dan tersangkut di kayu kemarin itu menjadi tanda bahwa dia adalah Lyra yang sebenarnya. Ditambah mulut petasan gadis itu, tidak ada dari Lyra yang palsu itu memiliki mulut sepanas itu. Setelah yakin, Loen dan Horon ikut membantu Lyra membunuh para imaginer itu. Baru saja selesai membunuh, tiba-tiba ketiga pria itu terkejut dengan Lyra yang tiba-tiba menangis.
"Ada apa?" tanya Loen khawatir.
"Kau tahu Loen, aku tidak ingin jadi pembunuh, tapi apa yang baru kulakukan, aku membunuh diriku sendiri, aku merasa tersakiti," ucap Lyra menangis.
"Sudahlah, kau bukan membunuh hanya saja kau sedang menyelamatkan dirimu sendiri, karena para imaginer itu akan mati-matian merebut dirimu yang asli untuk menjadi nyata, aku bahkan sudah membunuh dua imaginer yang sangat mirip denganku," ucap Horon bangga. Baik Loen dan Lyra menatap horor ke arahnya.
"Lyra," panggil Liran pelan, mendengar namanya dipanggil, Lyra spontan memutar pandangannya dan tiba-tiba terisak saat melihat Liran, kakak yang sangat dia rindukan sekarang ada di hadapannya. Lyra tak ingin menyia-nyiakan waktu, dengan segera dikejarnya kakaknya itu dan memeluk dengan erat. Liran dapat mendengar suara isakan adiknya itu dengan sangat jelas di balik dadanya. Sebuah senyuman bahagia terbit di wajah tampan Liran yang menepuk-nepuk lembut punggung adiknya untuk menenangkan.
"Aku rindu, Kak. Maafkan aku karena sudah membuatmu seperti ini, andai aku lebih peduli padamu saat kakak menceritakan gambaran yang bisa kakak lihat itu, aku takkan pernah meninggalkan kakak lagi, kita harus pulang Kak!" ucap Lyra sambil terisak dan tak ingin melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Excibis City✔
Fantasia(Fantasy) "Ketika hayalan menjadi petaka" "Berhati-hati dengan hayalanmu, semakin kau terbuai olehnya, semakin mudah kau diculik oleh mereka" Saat kau telah tenggelam, sangat sulit menemukan peluang untuk kembali. Berbicara sebuah kehilangan, ya...