Chapter 24

21 14 2
                                    


Hari memang tidak pernah bertemu dengan malam, tapi suhu selalu berubah-ubah setiap waktunya, mungkin Loen benar kalau mereka tengah berjalan di otak mereka sendiri. Akan tetapi wujud dan penampang otak manusia yang faktanya diisi oleh sebagian besar cairan yang berbagai bentuk, bau dan warna itu tak kelihatan karena dunia yang terbentuk di Excibis City adalah dunia yang terbentuk dari imajinasi seseorang yang pastinya sangat indah dan itu berpengaruh pada bentuk otak yang sedang mereka lalui, jika saja mereka terculik dengan khayalan akan sebuah dunia yang mengerikan, mungkin dunia Excibis City yang mereka datangi akan berbeda versinya. Pikiran itulah yang sedang terbersit di otak Lyra saat ini, di mana dia sedang memeluk Loen yang belum juga sadar dengan Horon di sampingnya yang masih sibuk dengan luka di perutnya yang tak kunjung berhenti mengeluarkan darah.

Kasihan, tentu Lyra sangat kasihan pada pria Inggris itu, tapi kemampuan yang Ia miliki hanya sebatas telekinetik saja, untuk mengobati tidaklah bisa digunakan. Mengingat bagaimana sakitnya luka itu, Lyra hanya bisa memandang sekitarnya guna menenangkan pikirannya dan itu sepertinya berhasil. Excibis City sangat indah, sangat sinkron dengan apa yang pernah Lyra impikan. Sebuah dunia yang sangat indah melebihi bumi tempatnya tinggal,  tapi tidak lebih baik dari tinggal di dunia super padat itu.

Lyra menarik napas panjang dan mengembuskannya untuk menenangkan pikirannya sendiri. Pohon-pohon yang besar, menghijau dan berlumut tampak bergoyang sembarangan, air yang jernih mengalir deras di bawah jembatan tempat Lyra istirahat saat ini, ikan terlihat berenang mengikuti arus, sungguh berbeda dengan ikan di dunia nyata yang selalu bergerak melawan arus. Mungkin ikan di sini pemalas, itulah yang dapat Lyra simpulkan dalam pikirannya. Angin sepoi menerpa rerumputan yang bergoyang seakan menari juga menerpa rambut Loen yang masih betah menutup matanya.

Lyra menjulurkan tangannya menyapu rambut hitam pria di pangkuannya itu, sungguh ... kalau Lyra sedang berada di drama romantis, ingin rasanya Lyra mengatakan bahwa Loen sangat menawan, sedari awal keduanya bertemu, hati Lyra sudah terpikat pada pria Asia Timur ini. Matanya yang kecoklatan, kulitnya yang kuning langsat, rambutnya yang hitam menggoda, bibir merah dan tak terlalu tipis serta hidung mancung dan tubuh tegap tingginya sangat menggoda iman Lyra untuk selalu memandangnya dan berkata 'Kau adalah Type idealku' tapi untuk kesekian kalinya, Lyra tau kondisi, rasa itu biarlah menjadi cerita Lyra kala diberi kesempatan untuk pulang, nanti.

Saat melamun dan tenggelam dalam dekapan wajah damai Loen, tiba-tiba Lyra merasa bahwa getaran tanah semakin kuat dan pepohonan yang bergoyang sembarangan semakin kencang. Lyra dan Horon saling tatap dan pemuda Inggris itu segera menempelkan telinganya ke tanah dan menutup matanya.

"Gawat, ini serangan! Aku mendengar suara derap kaki yang sangat banyak, kita harus berlindung atau kita akan mati!" ucap Horon dengan wajah cemas.

"Lalu Loen?" tanya Lyra bingung. Horon tampak berpikir dan sebuah ide gila datang ke pikirannya.

"Bantu aku!" perintah Horon sambil menarik Loen, Lyra membantunya dan kaget saat tahu bahwa Horon ingin menjatuhkan Loen ke air.

"Kau gila, dia sedang tidak sadar!" maki Lyra.

"Jangan banyak tanya, apa kau punya cara? Aku hanya punya ini dan berharap ini berhasil membangunkannya," ucap Horon marah, pada akhirnya Lyra yang tidak punya ide pin mengikuti Horon mengangkat Loen dan menjauhkannya ke air diikuti Lyra dan Horon yang terjun ke air. Cara kedua orang itu berhasil, Loen bangun dengan terbatuk-batuk karena banyak air masuk ke mulut dan hidungnya, tapi Horon tak membiarkannya tenang, dengan sekuat tenaga pria itu menarik Loen ke bawah jembatan untuk berlindung dari pasukan yang akan tiba di mana Lyra juga sudah berlindung kepada bawah jembatan itu.

"Kenapa kita sembunyi di sini?" tanya Loen setengah sadar.

"Aku sedang terluka dan air adalah cara terbaik untuk menyamarkan baunya dari para pengendus berhidung heina itu," jawab Horon sambil menekan lukanya.

Excibis City✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang