Chapter 3

72 24 5
                                    


"Dia berada dalam fase yang tidak baik. Kerja otaknya yang melemah mempengaruhi beberapa organ lainnya, sepertinya kita harus bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi."

Perkataan Razi beberapa jam yang lalu menjadi buah pikiran untuk Lyra yang kini hanya bisa duduk di samping zal Liran berada, menatapnya dengan tatapan sendu dan juga dengan otak diisi beribu pertanyaan akan penyebab tidurnya pria itu.

"Liran, mereka sepertinya memang mengabaikanmu, mereka tidak ingin melihatmu walau aku memaksa. Apa yang harus aku lakukan? Bisakah kau bangun sendiri tanpa menanti kedatangan mereka?" tanya Lyra sambil menggenggam erat jemari Liran dengan mata berkaca-kaca.

"Lagian kau ini kenapa? Apa yang membuatmu kehilangan kesadaran seperti ini? Jika kau bosan dengan kehidupanmu, setidaknya bawa aku pergi, kota pergi berdua saja. Kau dan aku, kita sama. Kita sama-sama penginapan klervoyans, jadi jangan merasa sendiri. Harusnya kau bilang kalau kau juga sepertiku, agar aku bisa menghiburmu."

"Kau ingin ke dunia lain? Aku juga. Aku ingin meninggalkan tempat ini, meninggalkan ibu dan ayah yang tidak peduli pada kita, mereka tidak terima dengan keadaan kita. Aku seharusnya tidak terlahir ke dunia ini, kan? Kau juga, kan?" Air mata Lyra mulai merembes.

"Kau bangunlah! Aku kesepian! Bawa aku pergi, aku tidak ingin dunia ini. Dunia ini sangat memuakkan, bawa aku ke dunia di mana kau merasa betah. Aku ingin seperti Lucy Pevensie bersaudara, menemukan dunia lain yang sangat menghormati mereka, atau kau sudah menemukannya dan tidak ingin pulang, ya? Liran, bangunlah!" Kini Lyra benar-benar terisak tanpa suara. Dipeluknya tubuh kurus Liran yang semakin melemah, tangannya tak ingin melempas tangan Liran karena Lyra takut pria itu akan pergi tanpa pamit. Tanpa Liran sadari, air mata menetes dari kedua sudut mata Liran, pria itu menangis dalam ketidaksadarannya dan Lyra tidak tahu itu. Gadis itu terus terisak dalam rasa kekecewaannya yang semakin besar pada kehidupannya.

"Bawa aku, bawa aku pergi dari dunia yang memuakkan ini, Liran. Aku tidak ingin kembali, aku ingin pergi selamanya," lirih Lyra sebelum akhirnya mengantupkan kedua matanya, tertidur.

Razi berlari memasuki rumah sakit dengan tangan memakai jubah putihnya, wajahnya syarat akan kecemasan dengan stetoskop menempel sembarang di lehernya, pria muda itu bergegas menghampiri ruang monitor yang tadi menelponnya.

"Sejak kapan dia tidak sadarkan diri?" tanya Razi sambil memeriksa monitor patient dengan serius, semua normal.

"Sejak beberapa menit yang lalu, terakhir dia terlihat menangisi kakaknya dan tertidur, nyaris setengah jam lamanya tapi dia tidak kunjung bangun walau kami sudah mencoba membangunkannya," jelas perawat pada Razi yang tampak kebingungan dilihat dari tangannya yang menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dengan wajah kebingungan, Razi bergegas ke kamar ICU di mana sekarang bukan hanya Liran yang jadi buah pikirannya, tapi juga Lyra, ya gadis itu tidak sadarkan diri sejak tertidur saat menunggui kakaknya.

"Jantung normal, semua bersih, apa yang terjadi padamu Lyra?! Bagaimana kau bisa ikut-ikutan Liran? Lyra, kumohon bangunlah! Tolong jangan melarikan diri dari alam sadarmu!" bisik Razi frustrasi. Ditatapnya kedua kakak beradik itu yang kini sama-sama tertidur,  sama-sama tidak bangun dengan alasan yang Razi tidak bisa jelaskan, seperti seseorang tengah membawa mereka, atau mungkin mereka yang memilih pergi. Ntahlah, yang Razi tau kedua orang itu tak sadarkan diri, mereka pingsan, kehilangan kesadaran layaknya sedang diculik seseorang, hanya bedanya kesadaran sepasang manusia itu tidak diculik oleh manusia lain, mereka diculik oleh pikiran mereka sendiri, yang tidak tahu kapan akan kembali, dan itulah yang membuat Razi mendesah pilu, karena merasa tidak berguna sama sekali.

"Lyra, Liran ... ke mana aku harus menemukan kalian?"

****

Lyra masih mengantuk, tapi seseorang serasa sedang menggoyang tubuhnya yang memaksanya untuk bangun dan mendapati seseorang yang tampak asing tengah menatapnya dengan wajah sendu. Lyra mengangkat tubuhnya yang terasa sangat sakit karena tertidur dengan posisi menyandar ke dinding yang tidak rata.

Excibis City✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang