Chapter 5

57 21 2
                                    


Lyra ingin menghentikan larinya dan memastikan apa yang baru saja dia lihat tadi, tapi Loen tidak memberikannya waktu untuk melakukan itu, pria Cina itu menariknya paksa untuk menjadi meninggalkan tempat menakutkan itu walau pada kenyataannya keduanya tidak tahu apa-apa tentang tempat yang sedang mereka pijaki saat ini. Loen menghentikan larinya saat merasa orang-orang itu sudah cukup jauh tertinggal.

"Kenapa kau menarikku? Aku ingin memastikan sesuatu di sana! Harusnya kau biarkan aku sebentar saja!" ucap Lyra marah pada Loen yang memandangnya tak suka.

"Kau gila?! Atau kau benar-benar sudah siap mati, hah?! Kau pikir dia akan menyelamatkanmu jika kau berhenti dengan sukarela? Kau pikir kau siapa? Hanya karena dia mengatakan kau itu Sang penolong lalu kau merasa dirimu spesial? Bodoh!" ucap Loen dengan geram. Lyra melepaskan cengkeraman Loen pada tangannya dengan kasar.

"Apa kau tidak terlalu egois dengan berkata seperti itu?! Aku juga tidak ingin di sini, aku ingin hidup, aku ingin melihat ibuku, ayahku dan seluruh kehidupanku di alam sadar. Aku juga takut mati, Loen!" ucap Lyra menahan isakannya.

"Lalu kenapa kau ingin berhenti?" tanya Loen sedikit melunak karena kasihan melihat Lyra yang terisak.

"Pria itu, pria yang mengejar kita, dia sangat mirip dengan ayahku. Aku hanya ingin memastikan bahwa dia bukan ayahku, itu saja. Aku takut ayahku akan terbuai hayalan layaknya aku, Loen," jelas Lyra membuat Loen mengembuskan napas panjang lalu menarik Lyra ke pelukannya.

"Kau tidak seharusnya melakukan itu, dia bisa saja membunuhmu," ucapnya melembut sambil menepuk lembut punggung Lyra yang sedikit tenang dibuatnya.

"Kita harus terus berjalan mencari tahu  apa ada celah untuk kabur dari dunia pengap ini," ucap Loen disambut anggukan kepala dari Lyra. Keduanya berjalan dengan jalan cepat namun tetap waspada. Lagi-lagi, saat akan menikmati pemandangan tempat itu, Loen dan Lyra dikejutkan dengan suara derap kaki dan suara angin yang kencang. Loen menarik Lyra ke arah semak guna bersembunyi, dan mata pria itu tak lepas dari menatap waspada ke arah belakang mereka. Tampak olehnya beberapa mahluk besar dengan gada di masing-masing tangan mereka berjalan dengan mengendus dan di kanan kiri mereka ada manusia dengan gerak layaknya robot dengan mata tanpa bintik hitam, keduanya paham bahwa mereka dalam situasi yang tidak baik.

"Ayo pergi dari sini!" ajak Lyra ingin bangkit tapi pria itu menahannya.

"Tetap tenang dulu, orang-orang itu mengawasi kita!" ucap Loen memaksa Lyra untuk menatap ke arah langit Excibis di mana di sana banyak orang-orang yang bermata sama tapi melayang dengan menunggangi burung elang raksasa masing-masing dari mereka. Lyra sedikit takjub walau tetap bergetar ketakutan dengan situasi mereka saat ini. Saat akan keluar dari semak, Loen kembali menahan langkahnya dan Lyra saat mendengar suara berderak dari balik semak yang tepat di sebelah mereka.

"Tunggu di sini!" ucap Loen dan bergerak hati-hati mengintip ke semak sebelah. Lyra menatap tak berkedip langkah pelan Loen yang berusaha tak menimbulkan suara, hingga tiba-tiba pria itu terjungkal ke belakang yang otomatis mengagetkan Lyra terlebih dengan munculnya seorang pria muda dengan  rambut pirang dari arah semak dengan sikap tak kalah kaget dari Loen maupun Lyra. Matanya menatap penuh selidik ke arah pasangan itu.

"Kau siapa?" tanya Lyra sambil membantu Loen bangkit. Sepasang manusia itu memberanikan diri bertanya karena melihat bola mata pria itu normal.

"Aku Horon, kalian siapa?" tanyanya waspada.

"Aku Lyra dan ini Loen, sedang apa kau di sini?" tanya Lyra dengan tatapan waspada yang tak kendur.

"Aku memata-matai tempat ini karena katanya Sang penolong yang melegenda akan datang, maka aku dan teman-temanku ingin merebutnya sebelum diambil pria jahanam itu!" ucap Horon mendekat ke arah Lyra dan Loen yang bangkit dan memasang kuda-kuda waspada yang membuat Horon tersenyum misterius.

"Teman-teman? Maksudnya siapa?" tanya Lyra menatap sekelilingnya dengan takut-takut.

"Ya, mereka!" ucap Horon menunjuk ke arah semak-semak di mana di sana tiba-tiba muncul beberapa pria muda seusia Horon dengan tatapan menusuk. Loen menyembunyikan Lyra ke balik punggungnya dengan sikap waspada.

"Jika mereka menyerang, Lari lah sekuat dan sejauh yang kau bisa, Lyra! Jangan melihat kebelakang apalagi berniat membantuku. Kau harus memecahkan masalah ini karena kaulah Sang penolong yang mereka cari. Kau tidak seharusnya ada di sini, karena kau bisa jadi sumber malapetaka jika berhasil ditangkap pria-pria sebelumnya yang mengejar kita," bisik Loen menasehati Lyra karena tak ada pilihan bagi Loen selain melawan.

"Kita pergi bersama," balas Lyra tak setuju.

"Lyra!" ucap Loen penuh penekanan. Tiba-tiba keduanya tersentak kaget mendengar tepukan tangan dari kejauhan. Baik Horon maupun LL couple menatap ngeri ke arah pria berjubah hitam yang kini berjalan mendekati mereka dengan puluhan tentara di belakangnya.

"Shit! Parker dan para Mielin!" ucap Horon membuat LL couple menatapnya penuh tanya.

"Itu adalah pria jahanam penguasa tempat ini dan di belakangnya ada para mutan hasil ciptaannya, Mielin adalah nama mereka, dan mereka adalah mahluk yang bisa seenaknya diperintah pria itu untuk melakukan apapun bahkan untuk membunuh. Sebaiknya kita menghindar sekarang!" ucap Horon dengan sedikit berteriak. Lyra dan Loen hanya bisa mengikuti langkah kelompok itu.

"Kejar mereka dan bawa padaku!" perintah Parker dengan senyum mematikannya membalas tatapan Lyra yang masih betah menatap ke belakangnya.

"Bunuh semua kecuali Sang penolong berhargaku!"

Horon dan teman-temannya terus berlari dengan kejaran para Mielin. Hingga tiba-tiba mereka menghentikan langkahnya saat berhadapan dengan sebuah tempat yang cukup berbeda dari yang mereka injak sekarang, tempat itu sedikit berlumut, curam dan gersang, bahkan angin tampaknya tidak ingin bertiup ke arah itu.

"Kenapa berhenti?" tanya Loen duluan sampai dan heran dengan tingkah Horon dan kelompoknya yang berhenti tiba-tiba dengan wajah cemas.

"Tidak ada yang boleh masuk ke sana selagi dia manusia sadar seperti kita!" peringatkan Horon dengan wajah serius.

"Ada apa di sana?" tanya Loen pemasaran.

"Tempat itu minim oksigen, kita bisa benar-benar berakhir jika masuk ke sana. Kita takkan bertahan," jelas Horon lagi disambut anggukan sok faham dari Loen yang hanya bisa mengangguk jika berurusan dengan sesuatu. Hingga tiba-tiba Loen sadar bahwa Lyra tidak ada di sisinya, pria itu ingin kembali untuk menjemputnya, tapi Lyra tiba-tiba muncul dari arah tikungan dan turunan dengan banyak Mielin yang mengekorinya.

"Berhenti!" teriak Horon dan Loen ingin menghentikan laju Lyra tapi gadis itu luput dari tangkapan keduanya dan jatuh ke tempat yang Horon hindari.

"Lyra!" teriak Loen ingin menjemput gadis itu, tapi tangannya ditahan Horon.

"Jangan masuk! Biarkan saja dia sekali ini," ucap Horon sedikit menciut saat Loen menatapnya garang.

"Aku tidak akan lari saat aku tidak bisa menyelamatkannya. Gadis itu yang kau cari!" ucap Loen sambil melompat dengan tanpa ragu. Horon tersenyum takjub dan kekompakan orang-orang itu dan sedikit terganggu dengan kata-kata Loen tadi.

"Dia orang yang kucari?" Horon berpikir saat para Mielin semakin dekat dan tatapan para bawahannya tampak stres.

"Dia Sang penolong? Astaga," ucap Horon sambil menepuk dahinya dan ikut melompat dengan perasaan ragu.

( .... )

Excibis City✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang