Chapter 23

19 15 2
                                    


Walau tidak mengantuk, tapi Lyra mencoba mengistirahatkan tubuhnya sebelum melangkahkan kaki menuju distrik 9 di mana gedung pusat Excibis berada. Loen menjaga tempat mereka bersembunyi dengan beberapa penghuni Ventrikel sedangkan Horon memilih ikut Lyra untuk mengistirahatkan perutnya yang sakit dan belum juga berhenti mengeluarkannya darah walau tidak sederas sebelumnya.

"Kau sudah bangun?" tanya Loen pada Lyra yang sudah berdiri di sampingnya dengan wajah kusut akibat berbaring terlalu lama. Gadis itu hanya mengangguk dan ikut duduk di sebelah Loen yang bersandar di akar pohon.

"Siap untuk pergi ke distrik sembilan saat ini juga?" tanya Loen lagi, gadis itu kembali mengangguk sekaligus menggaruk kepalanya dengan mata setengah terbuka.

"Loen, kupikir aku takkan mengantuk di sini karena aku tidak lapar, tapi nyatanya aku malah sulit sekali menahan mataku untuk tidak terpejam karena aku takut tertidur sepanjang hari," bisik Lyra membuat Loen tertawa kecil sambil mengacak-ngacak rambut Lyra yang kesal dibuatnya.

"Kau memang Lyra yang super lucu,  bagaimana kau bisa bertanya jika kau tahu kalau rasa ngantuk itu diatur di kepala manusia. Atau jangan-jangan kau tidak mendengarkan saat guru biologi menjelaskannya di kelas, kan? Kau pasti mendengkur dengan hebat seperti hari ini, wanita cantik tapi dengkuran mirip babi sekarat," goda Loen membuat Lyra meninju bahunya cukup keras.

"Aku tidak mendengkur setiap waktu, itu karena aku kelelahan dan aku juga selalu mengikuti pelajaran biologi tanpa tertidur sekalipun, jadi jangan mengolok-olokku pria Cina!" ucap Lyra kembali meninju bahu Loen yang membuatnya meringgis. Lyra tidak peduli, dia bergegas mendekati wanita yang saat ini bertugas sebagai pemimpin di tempat itu.

"Sepertinya aku akan pergi sekarang dengan teman-temanku, kalian tidak apa?" tanya Lyra sambil berjongkok. Wanita yang sibuk mengurus anak-anak desanya itu menatap tenang ke arah Lyra. Tangannya terulur menggapai tangan Lyra yang membiarkannya.

"Kau adalah harapan kami, Lyra. Tolong tetaplah hidup dan hancurkan para petinggi yang sangat ambisius itu! Kau bisa bukan?" Lyra mengganguk dengan wajah menyakinkan.

"Aku akan berjuang agar itu terwujud, tapi jika aku gagal, kalian tidak akan kecewa telah menolongku, kan?" Wanita itu cepat-cepat menggeleng sambil menggenggam erat tangan Lyra.

"Apapun akhirnya, kami akan selalu menerimanya, hanya saja jangan lupa untuk kembali ke dunia nyata begitu itu selesai, karena walaupun kau berhasil menghancurkannya, jika kau tetap di sini, kau akan menjadi seperti kami yang hidup tanpa tujuan jelas." Lyra mengangguk dan bersiap pergi dengan Loen dan Horon yang sudah bersiap, tapi beberapa orang dari suku Ventrikel berdiri menghadang langkah mereka. Lyra menatap bingung dengan ulah keempat pria dan dua wanita itu.

"Apa maksud kalian?" tanya Lyra.

"Kami akan ikut dan membantu dengan sebisa kami, karena kalian pasti tidak faham seluk beluk tempat ini, bukan?" ucap salah satu dari gadis itu.

"Terima kasih, tapi kami akan pergi bertiga saja, tidak ada yang boleh menjadi korban untuk kami lagi. Kalian hanya boleh tinggal di sini dan menunggu keberhasilan kami, jika ada yang salah atau kami tidak berhasil memenangkan pertarungan ini, kalian cepat-cepatlah mencari tempat perlindungan dan tetaplah hidup dengan damai seperti yang selama ini kalian lakukan dan carilah cara untuk menghancurkan petinggi Excibis sebisa kalian suatu hari nanti," ucap Lyra menolak kebaikan warga desa dengan baik-baik. Wanita pemimpin warga maju mendekati Lyra dan kembali menggengam tangan gadis itu erat.

"Jika kau berhasil masuk, jangan langsung melawannya, kau harus menyusup dahulu ke dalam dan hancurkan seluruh tentaranya dengan mengendalikan ruang Sinaps, dengan berhasil menguasai tempat itu, seluruh Excibis akan berada dalam kendalimu," jelas wanita itu.

Excibis City✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang