35. Pasangan Serasi.
****
Terbangun dalam dekapan seseorang spontan membuatku tergelonjak kaget.
Dan lagi-lagi aku merasa dejavu. Terlempar ke dalam masa lalu untuk ke sejuta kali.Diam-diam aku memperhatikan wajahnya. Bahkan memasang Sangkar terlelap seperti sekarang, itu sudah sempurna membuatku melihatnya sebagai Lingkar.
Aku merasa bermimpi. Dengan khayalanku yang terlalu tinggi. Gerakanku pelan, menyingkirkan lengan Sangkar yang memelukku. Lantas perlahan kugeser tubuhku sehati-hati mungkin agar tak menimbulkan bunyi. Dan itu berhasil.
Kulirik wajah tenangnya, mengenyahkan keganjalan yang terlalu pagi untuk aku pikirkan.
Apa aku harus mencaritahu kebenaran dari perkataan Sangkar?
Aku menghela napas.
Tapi itu akan membutuhkan waktu yang tidak lama.
Hmm!
Aku tidak mungkin terus berada di sini.
Batinku kembali, meninggalkan objek langit-langit kamar dan menyampingkan tubuhku membelakangi Sangkar.
Aku harus kembali, tempatku bukan di sini.
Lemari pakaian yang seluruh permukaan depannya berbahan cermin itu memantulkan figur diriku di dalam kaca bening tersebut.
Cukup lama kuperhatikan diriku yang kini sedang berkutat pada pikir. Dan saat tak ada jawaban pas atas keganjalanku, aku kembali memejamkan mataku, mencari ketenangan agar kecurigaanku itu tersingkirkan.
Belum lima detik aku menutup mata, netraku membola. Mematung dalam posisi terlentang.
Oh tidak....
Secepat kilat aku terbangun dari tempat tidur. Setelah ingatanku pada kejadian kemarin berangsur-angsur tercetak di motorikku.
Tapi ... Bukan kah tidak melakukannya semalam? Lantas siapa yang mengganti pakaianku....,
Ck! Pikiranku benar-benar kotor. Tolong, ingatkan aku lagi bahwa ini masih terlalu pagi untuk memikir hal yang tidak-tidak.
... Tentu saja aku.
Mohon maaf. Separuh ingatanku baru turut menyatuh.
Tak!
Tepukanku pelan di jadatku, diiringi senyum garing yang memalukan.
Bisa kupastikan, pipiku bersemu selepas semua kejadian antara aku dan Sangkar berkerumun di dalam kepalaku.
Lagi, aku menoleh menghadap cermin. Menurunkan sedikit kerah baju yang lubang lehernya cukup rendah. Bahkan hanya sekali tarikan, jejak kemerahan di area leherku nampak dari pantulan cermin.
Aku menunduk, penasaran ingin melihat tanda bibir Sangkar di sana.
“Kenapa? Mau ditambah lebih banyak lagi?”
****
Kedatanganku bersama Sangkar disambut beberapa kepala yang langsung menghujani kami tatapan menggoda.
Shit! Apalagi, itu pasti karena tangan kekar lelaki itu yang bergelayut seenaknya di pundakku.
Romantis.
Ya, mungkin pikiran mereka begitu.
“Nona Masa dan Tuan Muda sangat sosweet....” Salwa, gadis itu menatap ke arah kami dengan mata yang berbinar. “Dan pasangan yang sangat serasi!”
“Aku setuju, pasangan yang paling serasi,” sahut orang itu diiringi kekehan.
Senyumku begitu saja luntur, saat tau yang ucapan menyela Salwa adalah Rasa. Aku membenci, selalu menjadi antagonis jika wajah itu tampil di hadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2. Hello, Masa!
RomanceWarning 🔞 *** "Tidak perawan?" Suara itu membuatku tergelonjak kaget. Tak butuh dua menit menarik atensiku dari keadaan di bawah pahaku. Lantas membalas tatapan si pemilik suara. "Seorang calon istri yang tidak perawan!" serunya, menajamkan kata...