23. Lehenga Choli.
***
Badanku pegal-pegal. Betisku mengeras. Dan kedua lenganku ngilu. Sakitnya tidak begitu parah, akan tetapi karena ini pertama kalinya bagiku. Jadilah, seluruhku meresponnya dengan linu yang masih bisa kutahan.
Mengingat apa yang kukerjakan kemarin, bersama Olin dan juga Salwa. Walau agak sedikit paksaan. Kami semua berhasil menghapalkan koreo atau tarian yang akan Anak-anak Bu Sarma tampilkan nanti. Dan kami bergabung bersamanya.
Ya! Betul sekali. Kami bertiga akan bergabung bersama mereka, mempersembahkan sebuah tarian dari salah satu lagu bertajuk SONI-SONI, yang terdalam dalam film India berjudul, MOHABBATEIN. Yang dikeluarkan pada tahun 2000.
Mereka bahkan memberi khusus pada kami kaos putih polos, biar kompak dengan anggota lainnya.
Aku harus bangun. Tidak boleh mengeluh. Ini bukan seberapa, dengan banyaknya kerja part time-ku. Kuharap menagerku tidak memecatku. Semoga saja. Begitulah, biarpun sekarang libur kuliah, aku tetap harus bekerja. Seharusnya aku bekerja. Tapi karena-- ah, lupakan. Aku tidak akan lagi menyalahkannya.
Aku....
Jujur, menikmati tempat ini.
Seperti aku sedang liburan di kampung halamanku. Tanah kelahiranku, kota Malang.
"Selamat pagi, Nona." Ketukan pada daun pintu kamar yang saat ini kuhuni. Yang sekarang menjadi kamarku.
Pintu tidak tertutup rapat. Karena aku dari balkon belakang. Menjemur baju mandi dan handuk kecil untuk mengeringkan bajuku.
Saat pertama kali aku berada di sini, Olin menawarkan untuk menjemurnya. Tapi aku menolak, dan hanya menanyakan tempat menjemurnya. Kebetulan sekali, tempatnya ada di lantai atas. Tepatnya di balkon belakang. Itu sangat memudahkanku, dan akan menyusahkan Olin, jika dia yang harus menjemurnya. Sekalipun itu adalah tugasnya.
Aku menatapnya bingung. Ya, dia tidak memakai baju yang seharusnya digunakan untuk persembahan nanti.
"Olin, kita 'kan sudah sepakat untuk melakukan pertunjukan bersama."
Dia menggoyangkan kepala mengerti. "Benar Nona. Tapi Bu Raya -meminta anggota keluarga dan asisten rumah, mengunakan pakaian khas India."
"Wah! Benarkah?"
"Ini Saree -khmm, maksudnya lehenga choli." Olin memberiku bungkusan plastik bening yang di dalamnya terdapat kain warna putih -ah, tidak- lehenga choli.
Aku menerimanya dengan semangat.
"Jadi aku harus mengganti baju ini," ucapku seraya memegang bagian depan kaos putih yang sedang aku kenakan.
"Benar sekali. Dan Nona, saya rasa ... Anda sangat akan terlihat cantik dengan lehenga ini."
Aku membalas pujian Olin dengan cengiran ringan.
"Kamu terlalu memujiku." Aku menjeda sesaat. Sesuatu sedang menganggu pikirianku. Ah --
"Tapi aku tidak tau cara pakainya," sambungku memindahkan tatapan pada Olin.
Dia tersenyum sumringah di hadapanku. "Itulah mengapa saya ada di sini, Nona." Ia mengungkapkan dengan agak sedikit menunduk.
"Olin ... jangan terlalu formal kepadaku."
Dia terkekeh. "Saya kira Anda tidak akan mengungkit hal itu lagi."
"Yang kamu lakukan sangat menganggu. Lagipula, kamu sedikit lebih tua dari pada aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
#2. Hello, Masa!
RomanceWarning 🔞 *** "Tidak perawan?" Suara itu membuatku tergelonjak kaget. Tak butuh dua menit menarik atensiku dari keadaan di bawah pahaku. Lantas membalas tatapan si pemilik suara. "Seorang calon istri yang tidak perawan!" serunya, menajamkan kata...